Menumbuhkan Kemampuan Menghargai Diri Sendiri pada Anak

Dari Abu Hamzah, Rasulullah bersabda:
Tidak sempurna iman seseorang di antaramu sehingga ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Hadis tersebut menyebutkan bahwa mencintai saudara seperti mencintai diri sendiri merupakan kesempurnaan iman. Mencintai saudara/teman bisa berupa banyak hal, seperti duniawi misalnya ketika saudara/teman kita mendapatkan rezeki yang banyak maka kita pun turut senang.

Nah, mencintai diri sendiri bisa diartikan menghargai diri. Orang yang mampu menghargai dirinya sendiri maka bisa dipastikan orang tersebut penyayang dan pengasih. Menghargai diri sendiri akan menjaga kepribadian kita untuk menghargai orang lain. Di era pandemi ini, akan terlihat sekali perbedaan orang yang menghargai dirinya sendiri dan mana yang tidak. Contohnya, menjaga PHBS (perilaku hidup bersih dan sehat) juga merupakan salah satu sikap menghargai diri sendiri.

Alangkah baiknya jika menghargai diri sendiri ini kita terapkan pada anak usia dini melalui pembiasaan hal-hal sederhana. Anak yang mampu menghargai dirinya sendiri maka akan tumbuh dengan percaya diri dan mampu bersyukur. Anak dengan rasa cinta terhadap diri sendiri juga akan menghargai orang-orang di sekitarnya.

Salah satu hal paling mendasar yang bisa kita lakukan agar anak kita mencintai dirinya sendiri yaitu dengan cara mengajak anak untuk senantiasa mengikuti segala perintahNya seperti menjaga atau menutup aurat, salat dengan ikhlas, dan hal lainnya. Jika pondasi ini sudah dipahami anak dengan pembiasaan sejak dini, maka akan sangat optimal pembentukan rasa cinta terhadap diri sendiri sekaligus terhadap saudara/temannya.

Sekarang kita sudah tahu beberapa cara islami untuk menghargai diri sendiri. Namun, bagaimana menjelaskan kepada anak-anak? Jika anak kita melihat temannya mendapatkan mainan, maka ia akan ikut senang juga. Jika anak-anak mampu mengamalkan hadis ini, maka tidak akan memukul temannya karena hal tersebut sama saja dengan tidak mencintai diri sendiri.

Beberapa cara sederhana agar anak menghargai diri sendiri antara lain: bagi orang tua, cobalah untuk membawakan anak bekal makanan ke sekolah agar anak tidak jajan sembarangan di sekolah. Membawa bekal makanan ke sekolah merupakan bentuk kepedulian kita terhadap kesehatan diri sendiri sehingga terjaga kebersihan makanannya. Tak lupa, sisipkan pula bekal makanan lebih agar anak bisa berbagi dengan temannya.

Berikutnya adalah membiasakan anak untuk menjaga perilaku hidup bersih dan sehat baik di sekolah maupun di rumah. Tanamkan pada anak bahwa menjaga perilaku hidup bersih dan sehat akan menjaga pula kesehatan bagi semua pihak di lingkungan terdekat. Guru dan orang tua senantiasa mengingatkan untuk berperilaku hidup sehat dan bersih ini agar lebih optimal karakter baik ini melekat.

Tak kalah pentingnya, guna menumbuhkan sikap menghargai diri sendiri ini maka sejak dini biasakan anak untuk tidur di awal waktu atau tidak terlalu larut malam. Tidur lebih awal akan membuat kita bugar menjalani aktivitas sehari penuh karena mempunyai waktu luang untuk berolahraga sejenak dan menghirup udara segar di pagi hari. Imbasnya yaitu kita tidak terburu-buru, emosi lebih stabil sehingga akan lebih mudah berpikir positif terhadap lingkungan sekitar.

Selanjutnya, biasakan anak menjaga kerapihan diri di rumah dan di sekolah. Untuk anak-anak, minimal mampu menjaga kerapihan diri sendiri seperti menyisir, menyimpan barang pada tempatnya, dan lainnya. Hal kecil ini jika dilakukan sejak dini dan rutin maka akan mengoptimalkan penghargaan anak terhadap diri sendiri dan sekitarnya.

Tak lupa, terangkan kepada anak bahwa tak semuanya melakukan seperti apa yang kita lakukan. Jika menemui teman atau orang di sekitar yang belum menjaga kerapihan, membawa bekal, masih berperilaku tidah bersih maka ajarkan kepada anak untuk memberikan keteladanan tanpa menggurui terhadap temannya.

Nah, sudah siap untuk menjalani kehidupan yang lebih baik? Semoga dimampukan memberi contoh kepada anak-anak dan mereka pun dimudahkan mengimplementasikannya.

 

Nur Fitri Agustin (Umi Fitri), merupakan anggota FLP Cirebon. Si bungsu dari lima bersaudara yang berprofesi sebagai guru TK, merupakan istri dari Kariri, serta ibu dari Jelita (kelahiran 2009) dan Fikri (kelahiran 2011). Bi’idznillah, sudah merilis buku solo parenting, buku pengayaan SMP (Tiga Serangkai), beberapa antologi fiksi maupun nonfiksi serta artikel parenting.

Bagikan:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *