Ular naga panjangnya bukan kepalang…
menjalar-jalar selalu kian kemari
umpan yang lezat itulah yang dicari
ini dianya yang terbelakang…
tangkep… tangkep… tangkep…

Begitulah kira-kira syair lagu yang dinyanyikan oleh bocah-bocah yang berbaris meliak-liuk seperti ular sambil saling memegang pinggang, pundak atau bagian belakang baju teman di depannya. Anak-anak tersebut sedang asyik bermain Ular Naga, jenis permainan anak-anak yang kini sudah jarang lagi terlihat. Bahkan nyaris sudah punah.

Ular Naga adalah jenis permainan anak-anak secara berkelompok yang biasa dimainkan anak-anak Jakarta (Betawi) di luar rumah di waktu menjelang sore dan malam hari. Tempat bermainnya bisa di tanah lapang atau halaman rumah yang agak luas. Akan lebih menarik apabila dimainkan ketika malam dalam keadaan terang bulan. Dibutuhkan pemain yang cukup banyak dalam permainan ular nagaini, kira-kira 5-10 anak, perempuan atau lelaki. Aturan mainnya adalah:

[iklan]

Pertama:
Dua orang anak akan menyatukan kedua tangan di atas kepala membentuk sebuah terowongan dan menyanyikan lagu ular naga.

Kedua:
Saat lagu dinyanyikan pemain yang lain berbaris memanjang seperti ular, bergerak mengitari terowongan atau ‘gerbang’. Sambil menyanyikan lagu, barisan akan terus bergerak melingkar kian kemari, sebagai Ular Naga yang berjalan-jalan mengitari ‘terowongan’ atau ‘gerbang’ yang berdiri di tengah-tengah halaman. Pada saat-saat tertentu sesuai dengan lagu, Ular Naga akan berjalan melewati (memasuki) ‘gerbang’ atau ‘terowongan’. Pada saat terakhir, ketika pas lagu habis, sampai pada bait: “…tangkep, tangkep… tangkep!”. Bocah yang berbaris paling belakang akan ‘ditangkap’ oleh ‘gerbang’. Ular naga terus berjalan sembari menyanyi. Ketika kemudian barisan ular akan memasuki terowongan kembali, Ular naga berhenti di depan terowongan. Induk naga (bocah paling depan pada barisan naga) akan berdialog dan bantah-bantahan dengan kedua anak yang menjadi ‘gerbang’ atau ‘terowongan’ mengenai anak/bocah yang ditangkap. Seringkali dialog berlangsung seru dan kocak, karena anak-anak yang di belakang induk naga juga ikutan berbantah-bantahan. Sampai akhirnya, bocah yang tertangkap itu disuruh memilih di antara dua pilihan. Berdasarkan pilihannya ia lalu ditempatkan di belakang salah satu ‘gerbang’. ‘Gerbang’ yang terdiri dari dua orang anak itu diam-diam sudah memiliki kode pilihan untuk dirinya masing-masing.

Berikut adalah contoh dialog dan bantah-bantahan antara ‘Induk naga’ (I) dengan ‘Gerbang’ (G).

I : “Mengapa anak saya ditangkap?”
G1: “Karena dia sudah mencuri ketimun!”
I : “Lho, yang suka mencuri ketimun itu kan namanya Kancil. Bukan anak saya.”
G2: “Anak ibu namanya siapa?”
I : “Nggak tau, saya lupa.”
G1: “Kamu ini ibu apaan sih sama anak sendiri lupa namanya…!”
I : “Saya Ibunya naga bukan ibu anak ini.”
Bersama: “Huuu….!!”
G2: “Yaudah sekarang anak ibu harus masuk penjara… ”
I : “Tapi….,” dan seterusnya.

Sampai akhirnya si induk menyerah dalam perbantahan. Kemudian, untuk meyakinkan kokohnya ‘penjara’ yang dihadapinya, si induk biasanya menanyakan:

(Sambil menepuk/menunjuk salah satu lengan si ‘gerbang’)

I : “Ini pintu apa?”
G : “Pintu besi!”
I : “Yang ini ?” (menepuk tangan yang lain)
G : “Pintu api!”
I : “Ini ?” (menunjuk tangan yang lain lagi)
G : “Pintu Air!”
I : “Kalau yang ini?” (menunjuk tangan yang terakhir)
G : “Pintu Angin”

Induk Naga putus asa, tak yakin bahwa pintu ‘penjara’ bisa ditembus. Si Induk kemudian bertanya kepada anaknya yang tertangkap (pelan atau berbisik):

I : “Kau mau pilih ‘Api’ atau ‘Air’ ?”

A : “Air.”

Setelah menentukan pilihan ‘Air’, anak yang malang itu ditempatkan di belakang salah satu “gerbang”, yang digelari ‘AIR’ (disepakati secara diam-diam oleh 2 pemain yang jadi ‘Gerbang’ atau ‘Terowongan’).

Ketiga:
Selanjutnya, permainan dimulai kembali. Nyanyian terdengar lagi, Ular Naga kembali bergerak dan menerobos gerbang, lalu ada lagi seorang anak yang ditangkap. Perbantahan lagi.

Hal yang demikian itu berlangsung terus, hingga ‘Induk Naga’ akan kehabisan anak dan permainan selesai dengan sendirinya. Atau, anak-anak bubar karena ada pemain yang dipanggil pulang oleh orang tuanya karena sudah larut malam.

Permainan Ular Naga ini sungguh sangat bermanfaat bagi kecerdasan anak-anak. Selain mendapatkan kegembiraan karena bisa bernyanyi dan tertawa bersama, anak-anak juga belajar bersosialisasi pada sesama, belajar patuh pada aturan (permainan) dan saling bahu membahu agar satu sama lain tidak terlepas dan ketinggalan gerak meliuk-liuk seperti ular naga. Dalam permainan ini anak-naka juga belajar mengatur emosinya untuk tetap berada dalam kekompakan. (AY)

Bagikan:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *