Close Menu
    Facebook X (Twitter) Instagram
    Mbludus.com
    • Beranda
    • Berita
    • Humaniora
      • Sosial Politik
      • Sosialita
      • Pendidikan
      • Tradisi
      • Lingkungan
    • Sains
    • Sastra
      • Cerbung
      • Cerpen
      • Dongeng
      • Drama
      • Kritik Sastra
      • Puisi
    • Kreasi
      • Bisnis
      • Musik
      • Sinematografi
    • Merchandise
      • Buku
      • Baju
      • Kerajinan Tangan
    • Lainnya
      • Profil Redaksi
      • Penerimaan Naskah Mbludus.com
    Mbludus.com
    You are at:Home » Musik » Keroncong Tugu
    Musik

    Keroncong Tugu

    17 September 2019Updated:13 November 2019Tidak ada komentar3 Mins Read221 Views
    Facebook Twitter Telegram WhatsApp
    Keroncong Tugu
    Share
    Facebook Twitter Telegram WhatsApp

    Keroncong Tugu

    Musik keroncong merupakan sebuah musical hybrid, genre hasil akumulasi dari berbagai elemen barat (Portugis dan Belanda) dan non-Barat (Arab, India, Cina, Ocean, Betawi dan Jawa). Peninggalan musik Portugis di Sunda Kalapa dapat dikatakan nihil. Penelusuran tentang pengaruh musik Portugis di Indonesia harus dilacak dari wilayah lainnya, yaitu di maluku, karena Portugis berhasil bertahan di sana lebih dari seabad (Ganap, 2006: 2). Hal ini seperti yang dinyatakan oleh Judith Becker (1975:14).

    Kroncong was brought to Eastren
    Indonesia (the Moluccas in particular)
    along with a guitar-like instrument
    by Portuguese sailors and seems to
    have been rapidly accepted by the
    indigenious populations.

    Seni musik yang kental dengan pengaruh Portugis itu dibawa ke Kampung Tugu di Jakarta pada abad ke – 17. Keroncong Tugu, sesuai dengan sebutannya, merupakan orkes keroncong khas Kampung Tugu, Kecamatan Cilincing, Jakarta Utara (Dinas Kebudayaan DKI Jakarta, 1986: 36). Keroncong Tugu (Krontjong Toegoe) dahulu kerap disebut Cafrinho Tugu. Orang-orang keturunan Portugis (Mestizo) telah memainkan musik ini sejak masih bernama keroncong asli pada sekitar 1661. Musik ini diperkenalkan oleh orang-orang Portugis dan dijaga kelestariannya oleh keturunannya. Oleh karena itu, tidak mengherankan bila jenis iramanya pun banyak berciri unsur kesenian bangsa Portugis. Pengaruh Portugis itu dapat diketahui dari jenis irama lagunya, misalnya Moresko, Frounga, Kafrinyo, dan Nina Bobo (http://lembagakebudayaanbetawi.com/artikel/seni-budaya/musik/orkes-keroncong).

    [iklan]

    Keroncong Tugu dahulu dimainkan pada saat upacara ‘Pesta Panen” dan pesta pertemuan keluarga. Musik Keroncong Tugu tidak jauh berbeda dengan keroncong pada umumnya, tetapi juga tidak sama persis. Musik Keroncong Tugu berirama lebih cepat, yang disebabkan suara ukulele yang dimainkan dengan cara menggesek/memetik seluruh senarnya. Berbeda dengan musik keroncong Solo atau Yogyakarta yang berirama lebih lambat.

    Pada awalnya, Keroncong Tugu dimainkan oleh 3 atau 4 orang. Alat musiknya hanya berupa 3 buah gitar, yaitu gitar frounga yang berukuran besar dengan 4 dawai, gitar monica yang berukuran sedang dengan 3-4 dawai, dan gitar jitera yang berukuran kecil, dengan 5 dawai. Kebanyakan syair lagu-lagunya masih menggunakan bahasa Portugis. Meskipun syairnya berbahasa Portugis, pengucapannya sudah terpengaruh dialek Betawi Kampung Tugu. Selain itu, alat musik Keroncong Tugu ditambah dengan suling, biola, rebana, mandolin, cello, kempul, dan triangle (besi segi tiga).

    Irama lagu Keroncong Tugu hampir semuanya menggunakan ketukan 4/4 dan seluruh nadanya menggunakan nada mayor. Irama lagu yang seperti ini membuat irama musik Keroncong Tugu dapat digunakan untuk mengiringi tarian atau dansa. Akan tetapi, ciri khas yang utama dari Keroncong Tugu adalah Keroncong Moresco, yang merupakan jenis irama paling tua. Dari jenis Keroncong Moresco muncul keroncong pada umumnya. Dalam catatan sejarah, lagu Keroncong yang pertama di Indonesia berjudul Keroncong Moresco. Kini, grup musik keroncong tugu yang masih ada adalah Krontjong Toegoe, Krontjong Cafrinho Toegoe, dan Krontjong Toegoe Junior.

    Musik Keroncong Tugu memang merupakan warisan Portugis berdasarkan nilai-nilai historis yang dimilikinya, tetapi secara definitif merupakan sebuah gaya musikal Indo-Belanda jika dipandang dari sudut sosial budayanya (Ganap, 2001:9). Hal ini kemudian yang menjadi ciri khas dan keunikan tersendiri bagi musik Keroncong Tugu, yang masih bertahan di tengah gempuran musik-musik modern lainnya.  (diambil dari berbagai sumber. NS).

    Kebudayaan Betawi Musik Betawi Tradisi Betawi
    Share. Facebook Twitter Telegram WhatsApp
    Previous ArticleMitos Gerhana Bulan
    Next Article Kashmir Surganya Ujung Dunia

    Postingan Terkait

    Perjalanan Musik Felix Irwan

    26 Januari 2021

    Alip Ba Ta The Humble Guy

    25 Januari 2021

    Makna Lagu Satu, Dua dan Tiga

    31 Desember 2019
    Leave A Reply Cancel Reply

    Postingan Terbaru

    Refleksi dalam Cerpen “Requiem Burung Gereja”

    11 November 202530 Views

    Sandal Jepit Pesantren

    9 November 202511 Views

    Mengenal Sistem Administrasi Negara Indonesia

    30 Oktober 20252 Views

    Membaca ‘Rahasia Tanda’ di Universitas Pancasakti Tegal

    29 Oktober 202511 Views
    Kategori
    • Berita Terkini (206)
    • Bisnis (7)
    • Buku (80)
    • Cerbung (19)
    • Cerpen (157)
    • Dongeng (90)
    • Drama (28)
    • Europe (1)
    • film (1)
    • Highlights (2)
    • Kritik Sastra (75)
    • Lingkungan (52)
    • Money (5)
    • Musik (18)
    • News (9)
    • Pendidikan (66)
    • Politics (3)
    • Profil Redaksi (16)
    • Puisi (186)
    • Sains (50)
    • Science (5)
    • Sinematografi (22)
    • Sosial Politik (29)
    • Sosialita (141)
    • Sports (5)
    • Tech (5)
    • Tradisi (98)
    • Travel (4)
    • UK News (4)
    • World (1)
    Advertisement
    Follow Kami
    • Facebook
    • Instagram
    • YouTube

    Bermis Serpong ASRI Blok B7/19 RT/RW 02/04, Cisauk - Tangerang

    Untuk Pengajuan Iklan dan Kerja Sama Hubungi:

    Email : redaksi@mbludus.com / dapoertjisaoek@gmail.com
    Kontak: -

    Facebook Instagram YouTube
    Syarat dan Ketentuan
    Definisi

    Ketentuan Layanan

    Ketentuan Konten

    Penggunaan dan Hak Cipta

    Undang-Undang ITE

    Tim Redaksi

    Penerimaan Naskah
    Flag Counter
    Flag Counter

    Type above and press Enter to search. Press Esc to cancel.

    Ad Blocker Enabled!
    Ad Blocker Enabled!
    Our website is made possible by displaying online advertisements to our visitors. Please support us by disabling your Ad Blocker.