DRAMA dalam SASTRA & SENI PERTUNJUKAN
“Seni menghadirkan pengalaman masa lalu ke masa kini” (Rudjito – Skenografer)
Manusia menjalani kehidupan tentu mengalami berbagai dan beragam kejadian atau peristiwa. Apakah ketika menjalaninya tanpa masalah atau memunculkan masalah? Bagaimana kuantitas dan kualitasnya, bagaimana dan apa saja upaya atau cara memperoleh solusi mengatasi atau menyelesaikan masalah? Semua tentu berdasarkan pengetahuan dan pengalaman hidup manusia, yang masing-masing berbeda.
Ya, tidak ada di alam semesta ini yang sama dan sebangun. Yang ada – boleh jadi – mirip.
Benarkah tidak ada yang sama sebangun? Tidakkah garis yang kita torehkan di kertas dengan ukuran mili, atau centi, bahkan meter, membentuk segitiga sama kaki maupun segi empat, dan sebagainya itu tidak sama?
Di mana letak perbedaannya? Ternyata, mengutip ahli fisika, kurang-lebih :..”proton dan neutron di setiap benda berbeda..” Sekelumit uraian di atas coba menggambarkan bahwa dalam kehidupan selalu ada perbedaan.
“Setiap beda mengandung drama,” demikian hakikatnya.
Drama ada di sekeliling kita.
Kata drama berasal dari bahasa Yunani draomai yang berarti perbuatan atau tindakan. Dengan demikian dapat diartikan bahwa drama berada di dalam kisah kehidupan & penghidupan manusia di alam semesta.
Inter aksi antara manusia dengan manusia, manusia dengan alam, flora-fauna, menghadirkan drama. Karena manusia dilengkapi panca indra, aqalqalbu, nalar naluri, otak hati, intelektual intuisi, rohani nafsani jasmani maka proses olah seni pun menjadi bagian tak terpisahkan dalam kehidupan.
[iklan]
Dengan demikian dalam ranah kesenian: seni rupa, seni suara, seni musik, seni tari, seni sastra maupun seni pertunjukan, ada : drama.
Pada seni rupa, titik-titik jadi garis : lurus linear berubah jadi lengkung, berombak, melingkar, dan sebagainya. Pada seni suara, ada bariton ada sopran ada falcetto. Juga mantra, tembang, dan lain-lain. Pada seni musik, ada irama: mars, hymne, jazzy, keroncong, dan ragam ekspresi lainnya. Pada seni tari, ada gerak halus, gerak kecil, gerak besar. Juga hentakan, sabetan, dan sebagainya. Pada seni peran, ada karakter, ada emosi, ada mimik wajah, ada gerak tubuh, langkah, dan lain-lainnya.
Lingkup
Lingkup bahasan kita kali ini, utamanya mengenai drama dalam kaitannya dengan seni sastra dengan seni pertunjukan. Sastra bukan hanya berupa tulisan namun juga lisan. Merujuk pada sejarah kehidupan manusia, maka bahasa lisan menjadi awal dari kesenian antara lain berupa: percakapan, do’a, mantra, diucapkan di luar kepala, ini jelas berkait erat dengan bunyi-suara, kemudian berkembang ke bahasa tulisan yang diwujudkan dengan simbol-simbol berupa gambar sampai dengan aksara-aksara seperti kaligrafi dan abjad – yang maujud, dan disebut seni-rupa, sebagaimana kita kenal dan gunakan.
Sejalan dengan pesatnya teknologi komunikasi maka aksara menjadi simbol-simbol digital kurun waktu ini – yang dapat diolah menjadi berbagai ekspresi. Dapat dikatakan masa kini telah terjadi berbagai terobosan batas – lintas batas, multi dimensi. Dengan demikian terjadi proses pencairan batas, berlangsung kolaborasi, yang dilakukan dalam kerjasama pekerja seni. Tentu karenanya drama yang hadir di dalamnya menjadi kompleks. (UBS)
(akan berlanjut)