Ca’at Fa, kali ini berhasil menayangkan beberapa puisi yang beraroma tentang pencarian makna, siapa sejatinya dirinya. Hal ini bisa terduga di dalam pemilihan metafora dan diksi yang mendayu dayu, diselingi dengan berbagai nuansa keragu raguan. Mirip seorang pencari yang tidak pernah bertemu jawaban langsung dari proses pencariannya. Sebut saja beberapa bait puisi puisinya, semisal hanya Engkaulah yang kutuju dalam puisi ‘debu-debu jalanan’.
Diksi ini mampu menjadi semacam tiang pancang yang ditancapkan kuat di antara debu-debu kehidupan, namun apakah sudah sampai pada tekadnya? Belum terendus jawab dari puisinya. Terus mencari… serasa itulah yang mewarnai puisi puisi besutan Sang Penyair. Di samping itu, penyair juga terpindai tidak terlalu berjarak dengan alam sekitar untuk memilih diksi dan melontarkan simbol-simbol yang sudah biasa dikenal di masyarakat luas, lebih-lebih tentang rindu dan cinta. Bagaimana tidak, Penyair pun tidak segan segan memilih ungkapan keseharian, semisal mata terpejam/ kidung asmara/karena mulutmu adalah harimaumu/kugenggam tanganmu. Itulah Ca’at Fa, Penyair yang kadang punya potensi menyembunyikan makna sesungguhnya di dalam setiap puisi puisinya, meski ditulis dalam kalimat yang terang benderang. Selamat menelurusi rahasia diksi Puisi puisinya. (Redaksi).
Debu-Debu Jalanan
beribu aksara telah kurangkai
menjadi syair indah penuh makna
beribu langkah telah kutempuh
tak kuhiraukan debu-debu jalanan
: hanya Engkaulah yang kutuju
sf 26.08.2020 12:51
Diam
ketika sang bayu enggan berhembus
apakah wangimu masih kan tercium
ketika derasnya hujan menghujam
apakah airmatamu masih dapat terlihat
engkau terdiam dengan mata terpejam
sf 28.08.2020 05:45
Kembara
terdengar seruling sang kembara
di sunyinya padang savana
melantunkan kidung-kidung asmara
tentang rindu dan juga cinta
yang berdesakan dalam dadanya
sf 30.08.2020 06:08
Maaf
jangan kau umbar
kebohongan, tipu muslihat serta kebencian
hingga berserak di mana-mana
maaf, jangan kaulakukan itu
karena mulutmu adalah harimaumu
sf 10.09.2020 06:51
Tentang Gerimis
tentang gerimis waktu itu
kita berlari kecil kugenggam tanganmu
memburu rindu di stasiun pasar minggu
basah rambutku basah rambutmu
kurangkul engkau di peron satu
sf 14.08.2020 06:04
Ca’at Fa, seorang penyair dari Tangerang. Ia aktif di komunitas Dapoer Sastra Tjisaoek. Buku puisinya Sekeranjang Puisi Cinta dan Bulan Merah Saga.