
“Tanpa disadari ternyata sudah sejak tahun 2005 Akademi Jakarta (A.J.) mengadakan acara yang dinamakan Kuliah Kenangan Sutan Takdir Alisyahbana—atau dengan gaya yang sok Internasional disebut juga STA Memorial Lecture. Acara ini barulah dimulai ketika telah semakin dirasakan betapa suasana perubahan dalam dinamika sosial-politik tanah air telah semakin menguasai irama kehidupan bangsa. Kalau dingat-ingat tahun 2005 tidak meninggalkan bekas yang pantas dikenang dalam sejarah. Tetapi bukankah pada tahun ini berarti telah sekian lama negara-bangsa ini meninggalkan situasi kenegaraan dan –bahkan mungkin juga– kemasyarakatan, ketika berada di bawah sistem kekuasaan yang nyaris menguasai seluruh aspek kehidupan kenegaraan dan bahkan tidak jarang telah menjalar pula ke wilayah kemasyarakatan dan pemikiran?”
Itulah petikan kata pengantar Taufik Abdullah, ketua Akademi Jakarta 2007-2020 pada buku Pasang Surut Idealisme yang terbit atas kerjasama Yayasan Hari Puisi dan Akademi Jakarta. Buku itu berisikan kumpulan tulisan-tulisan dari makalah pemateri atau pembicara di acara seminar-seminar yang diadakan oleh Akademi Jakarta. Banyak tokoh-tokoh hebat Indonesia yang menyumbang ide pemikirannya tentang bangsa ini di acara seminar-seminar tersebut. Untuk itu, naskah-naskah makalah yang tercecer dikumpulkan lalu disusun menjadi sebuah buku.
Maman S Mahayana dan Abu Hasan yang menyusun naskah-naskah itu menjadi buku dengan didampingi oleh Nana Sastrawan selaku Co-Editor. Menurut Nana Sastrawan kepada mbludus.com, buku ‘pasang surut idelaisme’ mengalami proses panjang, dari tahun 2019, 2020 dan hingga akhirnya 2021 tercetak dengan halaman sekitar 1700an. Buku itu, memang sangat perlu diedarkan untuk dibaca publik agar pemikiran-pemikiran para tokoh hebat bangsa ini dapat dikembangkan menjadi sesuatu yang nyata demi kemajuan bangsa.