WAYANG KULIT 17-AN : “KRESNO SAYEMBORO”

Kemeriahan memperingati HUT 74 Tahun Republik Indonesia marak di berbagai lokasi, dalam dan luar negeri. Dari informasi Youtube : pemuda Palestina di pantai Gaza menyusun pasir dengan kalimat : “Hiduplah Indonesia Raya, Merdeka Palestina” lengkap dengan warna merah-putih. Di menara Burj Khalifa,  bangunan tertinggi dunia – yang ada di Dubai,  bertingkat 209,tinggi  828 meter atau 2.717 kaki, dengan tehnik digital diwarnai warna merah-putih, yang dilengkapi dengan lagu kebangsaan Indonesia Raya.

[iklan]

Unit Pengelola Museum Seni, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI Jakarta, sejalan dengan program Cinta Museum juga memeriahkan HUT 74 tahun RI dengan acara-acara menarik. Di plaza di Kota Tua selama seminggu diadakan bazar dengan mendirikan tenda-tenda menjual kuliner maupun hiburan. Sementara Museum wayang menyelenggarakan pagelaran wayang kulit bekerjasama dengan KODIM 0503 Jakarta Barat.

Lakon yang dipentaskan berjudul “Kresno Sayemboro” gaya Surakartan dengan penampilan dalang muda Pandu Gandang Sasongko, asal Sragen, didukung karawitan – yang sebagian nayaganya juga dalang –  sedangkan sindennya dari Blora, Banyumas dan Depok.

Sebagaimana umumnya pagelaran wayang kulit masa kini, dalang meminta pejabat/tokoh masyarakat setempat naik ke panggung untuk di”wawancara”i. Sumardi – yang mewakili Kepala UP Museum Seni Esti Utami, antara lain menyatakan bahwa pentas malam itu merupakan 1 (satu) dari 10 (sepuluh) program Pagelaran Wayang Kulit di Ruang Publik 2019. Minggu depan, Sabtu 24 Agustus, dengan lakon “ Wahyu Makutha Rama” digelar di Auditorium RRI, jalan Merdeka Selatan.

Herni, yang menonton bersama suami dan anaknya, berkomentar,” Lakon malam ini carangan. Artinya karangan baru yang di luar pakem. Lakon “Kresno..” ini gak tahu carangannya siapa..,” tambahnya. Boleh jadi demikian, karena dalang cenderung melakukan “improvisasi” dan demo ketrampilan memainkan wayang – lengkap dengan memutar jungkir-balik sosok wayang, membuat dan hadirkan wayang raksasa bersosok super besar dan “hantu”, misal: glundung pringis, pocong, kuntilanak, maupun tampilkan tokoh lawakan baik punakawan : Semar, Gareng, Petruk, Bagong maupun Limbuk & Cangik. Selain Semar, kelima sosok wayang kulit itu bergiliran “menari” dengan iringan gending dan alunan suara pesinden.

Yang juga membuat penonton betah adalah dihidangkannya makan malam, pun jajan pasar beserta wedang teh kopi, sehingga pagelaran di tengah lapangan bola KODIM 0503 Jakarta Barat makin hangat. (UBS).

Bagikan:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *