Tradisi Puput Puser

Kehadiran manusia baru atau kelahiran seorang bayi ke dunia ini sudah pasti akan membawa kebahagiaan bagi kedua orang tuanya dan seisi keluarga.

Di kalangan  masyarakat Jawa, kelahiran bayi adalah sesuatu yang dianggap sakral,  sehingga sebaiknya diadakan upacara adat untuk menyambut kehadirannya. Tidak kurang dari 6 tradisi atau  ritual upacara yang dilakukan oleh orang Jawa dalam menyambut kehadiran seorang bayi . Rangkaian tradisi tersebut adalah:
Mengubur Ari-Ari,  Brokohan, Sepasaran,  Aqiqah, Selapanan
, dan Puputan.

[iklan]

Biasanya, karena alasan kepraktisan dan ngirit biaya, seringkali ritual Puput Puser dilaksanakan bersama-sama dengan Sepasaran atau Selapanan, sekaligus pemberian nama kepada si bayi.

Setiap bayi yang baru lahir dapat dipastikan masih dalam keadaaan terikat dengan tali ari-ari yang menghubungkan antara pusat (pusar) bayi dengan ibunya untuk pemberian nutrisi atau makanan ketika bayi masih berada dalam kandungan. Pada saat sang bayi lahir ke dunia, tali tersebut akan dipotong atau digunting, dan masih tersisa sedikit di pusat (pusar) sang bayi.Ritual Puput Puser atau Puputan akan dilakukan setelah sisa tali pusar mengering dan terlepas dari perut bayi. Tujuannya adalah untuk memohon keselamatan bagi bayi yang besangkutan.

Setelah sisa potongan tali ari-ari yang menempel di pusat (pusar) bayi terlepas, segera pusar bayi ditutup dengan uang logam atau benggol yang sudah dibungkus kain kasa atau kapas, dan diikatkan pada perut bayi. Maksudnya supaya nantinya pusar si bayi tidak menonjol keluar atau bodong. Sisa potongan tali ari-ari yang sudah terlepas itu kemudian disimpan baik-baik.

Penutupan pusar dengan menggunakan uang logam atau benggol tersebut dilakukan untuk bayi lelaki atau perempuan. Akan tetapi ada juga yang membedakan penutupnya. Pada bayi lelaki, pusar yang baru saja mongering itu ditutup dengan sepasang (dua butir) merica, dan untuk bayi perempuan ditutup dengan sepasang ketumbar.

Selanjutnya, ritual dilanjutkan dengan mengadakan kenduri atau selamatan yang dihadiri oleh para kerabat dan tetangga dekat. Sajian makanan yang disediakan untuk para tamu yang hadir dalam acara kenduri antara lain berupa  Nasi Gudangan (nasi dengan sayur mayur dan parutan kelapa) berikut lauk pauknya, bubur merah putih, dan Jajan Pasar. Nasi Gudangan mengandung makna kesegaran jasmani dan rohani dari sang bayi, dan Jajan Pasar melambangkan kekayaan untuk sang bayi.

Orang Jawa percaya bahwa jabang bayi yang baru lahir ke dunia itu diiringi oleh 4 saudaranya. Itulah yang kita kenal dengan Sedulur papat lima pancerSedulur papat adalah apa-apa yang mengiringi kelahiran si jabang bayi, yaitu:  kakang kawah (ketuban), adi ari-ari (plasenta), getih (darah), dan pusar (tali plasenta). Adapun yang kelima pancer adalah si jabang bayi itu sendiri.  Sedulur papat itu harus dirawat dengan baik, karena orang Jawa percaya bahwa dengan merawat dulur papat dan lima pancer, kelak di kemudian hari si bayi akan akan hidup rukun dengan saudara-saudaranya (kakak dan adiknya). (AY)

Bagikan:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *