Tatkala Roket Telah Menjadi Magnet
Atik Bintoro
Lelaki tua itu masih saja betah duduk di atas batu hitam, sambil sesekali melempar-lemparkan pecahan cangkang kerang dan potongan kecil batu karang yang dipungut dari sekitar kaki telanjangnya. Entah apa sasaran lemparnya tak terlihat fokus pada obyek tertentu, seperti ingin menembakkan peluru namun tak lagi tersedia senjata, yang penting pelor itu lepas dari tangannya meski dengan lesatan energi yang sangat lemah. Satu cangkang ke cangkang berikutnya, satu kerikil karang ke kerikil yang lain, seolah tiada habis terlontar dari tangan yang terlihat keriput dan mulai memerah serta ditumbuhi titik-titik embun keringat di lengannya.
Sementara tangan kanan melakukan gerakan lempar, tangan kirinya asyik mempermainkan sepotong kecil daun pandan liar yang dia pungut dari rimbunan belukar di tepi pantai, tatkala hendak mengambil posisi tempat duduk yang dirasa tepat untuk menikmati perjalanan di salah satu wilayah pantai selatan di pulau Jawa. Kedua telapak kakinya menjejak di tanah, sambil sesekali menendang-nendang angin dan menghentakkan pelan salah satu tumitnya ke dinding batu yang diduduki.
Alam sekitar terasa damai melayani lelaki tua itu dan membiarkannya melakukan apa saja yang dia suka. Nyanyian angin yang menerpa daun telinga, siulan camar, debur ombak yang mengguruh serta teriakan nelayan yang memanggil-manggil sesama pencari ikan, tidak membuatnya terganggu, bahkan sebaliknya justru menjadi teman setia, apalagi tatkala matanya menerawang jauh menyusuri alunan gelombang sampai di garis tepi horison samudra Hindia.
Ketika bayangan badan belum terlalu bergerak condong ke barat, langkah lelaki itu sedikit gontai dan terlihat terburu-buru mengejar sesuatu yang mencemaskan pikirannya. Sepatu hitam dengan lapisan pelindung baja di ujungnya tidak menyebabkan langkahnya makin terseok, baju putih dengan logo institusi riset milik negara di dada kanan yang selalu dibanggakan oleh lelaki itu beserta keluarga yang menjadi tanggung jawabnya, dan sepotong tanda ban merah yang melingkar di lengan baju sebelah kanan sebagai penanda bahwa dia punya wewenang untuk memasuki zona pertama potensi bahaya kegiatan uji terbang prototip roket, tidak juga membuatnya takut kotor terkena butiran pasir maupun darah segar yang mengalir dari dada putranya yang baru saja terkena lontaran serpihan roket yang meledak ketika hendak diluncurkan untuk uji coba penerbangan prototip hasil disain dan rekayasa tim teknis di tempatnya bekerja.
Semalam sebelum kejadian kecelakaan riset yang amat memukul hati dan membuatnya hampir hilang harapan, karena putra lelaki satu-satunya harus meregang nyawa satu hari setelah peristiwa itu, menyusul evakuasi para korban meski telah berhasil dilarikan ke rumah sakit terdekat untuk mendapatkan pertolongan sementara.
Malam itu ketika semuanya hadir dalam rapat pengarahan pimpinan proyek riset dan pengembangan wahana peluncur balistik, serta penyampaian evaluasi dan laporan terakhir dari masing-masing tim teknis mengenai status kesiapan uji terbang prototip roket balistik dan ditambah dengan laporan pengamanan zona bebas berlayar serta zona bebas lintas penerbangan pesawat udara. Segalanya terlaporkan dengan sebaik-baiknya dan sesuai dengan Standar Opersional Prosedur (SOP), mulai dari Tim Aerodinamika melaporkan bahwa roket dapat dipastikan akan meluncur sesuai rencana, letak titik pusat tekanan (centre of pressure = CP) berada di belakang letak titik pusat massa (centre of gravity = CG) ditinjau dari letak ujung hidung roket, skenario uji terbangnya, roket akan dibuat meluncur spin dengan putaran sekitar dua rotasi per detik. Dengan status tersebut akan dihasilkan stabilitas terbang yang paling optimal.
Tim motor roket melaporkan bahwa gaya dorong hasil uji darat diperoleh sebesar empat ton dengan waktu pembakaran selama empat belas detik, selongsong motor roket terbuat dari tabung tipis berbahan baja paduan, pada status seperti ini roket akan meluncur dengan jarak jelajah sekitar empat puluh kilo meter. Bagian pengamanan lingkungan melaporkan bahwa seluruh bandara sekitar, telah menyampaikan pengumuman pada berbagai macam jenis penerbangan udara, mulai pagi jam lima subuh sampai dengan jam sepuluh besok dilarang melintas di atas zona potensi bahaya uji terbang prototip roket. Demikian juga pihak-pihak yang berkepentingan dengan kegiatan pelayaran dan kelautan, telah diumumkan oleh pelabuhan laut terdekat, agar menghindari lintasan zona bahaya pada rentang waktu tersebut.
[iklan]
Segalanya terlihat sempurna, dia pun yang sedari tadi mendengarkan pengarahan pimpinan proyek dan laporan dari masing-masing ketua tim teknis dan bagian pengamanan lapangan, merasa siap, meskipun selalu saja ada rasa cemas acap kali kegiatan peluncuran uji terbang roket akan dimulai. Padahal dia telah puluhan kali mengikuti proyek besar ini dan dia juga termasuk peneliti senior di bidang disain teknologi roket. Dia paham betul apa yang harus disiapkan dan dikerjakan. Namun demikian pengalaman lapangan tidak mampu menyurutkan rasa cemas yang seringkali menghantui dirinya, sampai terkadang harus beberapa kali keluar masuk kamar kecil untuk sekedar menghilangkan atau mengalihkan fokus yang sedang dipikirkan akan potensi bahaya yang siap menyergap, jika terdapat SOP yang terlewatkan atau tidak ditaati oleh pelaksana uji terbang, karena berbagai macam sebab, maupun sebab lain yang masih memerlukan investigasi untuk mencari penyebabnya.
Selepas rapat pengarahan, laporan status, evaluasi dan persiapan uji terbang, lelaki itu tidak segera menuju tempat istirahat dan tidur, agar besok kondisi badannya tetap bugar seperti beberapa sahabat peneliti maupun teknisi yang lain. Dia justru langsung menuju hangar tempat penyimpanan roket yang telah terpasang di atas peluncur (launcher) yang letaknya sekitar lima puluh meter dari lokasi ruang rapat. Setelah keluar dari gedung ruang rapat, dilihatnya langit mulai gelap dengan sedikit binar dari bintang gemintang yang diam membisu dan membiarkannya berlalu begitu saja. Lelaki itu sepertinya tak hendak menikmati suasana malam dan juga tidak sempat memaknai suara debur ombak yang tak pernah bosan berulang kali merayu pantai yang tak mau terpengaruh untuk segera masuk ke dalam samudra. Tidak seperti biasanya, malam ini dia tidak menemui anaknya untuk memberikan petuah agar besok selalu berhati-hati dan mengutamakan keselamatan kerja sesuai SOP, terutama tatkala sudah berada di lokasi sekitar launching pad di tengah lapangan peluncuran roket sesuai dengan tugas pokok dan fungsi masing-masing.
Memang mereka berdua sejak beberapa hari yang lalu sudah berada di lokasi stasiun uji terbang roket dan sudah saling memahami bidang tugas masing-masing. Stasiun uji terbang ini berada di tepi pantai yang amat indah, di beberapa lokasi terdapat hamparan batu karang yang sudah mati, disela-sela celah batu maupun cekungan karang sering ditemukan ikan berwarna-warni dengan berbagai bentuk, terlihat seolah jinak ingin ditangkap sambil berenang ke sana ke mari.
Sepanjang jalan menuju stasiun ini, taman jalan di kiri kanan tertata rapi bersih dan bebas dari perumahan masyarakat umum. Pagar setinggi tiga meter dan di atasnya terpasang beberapa lilitan kawat berduri menjadi pemandangan yang kontras dengan sekitarnya yang merupakan padang luas, hamparan pasir pantai yang tak berpenghuni. Ketika memasuki pintu gerbang utama, setiap tamu yang berkunjung dapat dipastikan akan disambut oleh satuan keamanan yang terdiri dari dua tentara dengan senjata lengkap dan lima satpam. Mereka akan memeriksa kondisi tamu beserta legalitas perijinan masuk pada obyek vital, fasilitas pendukung riset dan rekayasa teknologi roket. Pada lokasi seperti itulah hangar penyimpanan roket berada, kira-kita berjarak seratus meter dari pintu gerbang utama. Hangar ini dijaga ketat oleh satu orang tentara dengan membawa senjata laras panjang di punggungnya dan ditemani oleh dua orang satpam. Setelah dia melaporkan keperluan pada tentara tersebut, dia pun diperiksa, seluruh anggota badannya digeledah oleh seorang satpam yang berada di dekat pintu masuk hangar. Sedangkan satpam yang satunya lagi mengawasi sekitar hangar, kemudian menemani lelaki tersebut memasuki ruang penyimpanan roket. Untuk ukuran badan yang termasuk rata-rata lelaki pada umumnya, bangunan hangar ini terasa terlalu besar, bisa dibuat sepuluh kali luas rumahnya yang dibeli secara angsuran dan lunas cicilan masih tiga tahun lagi pas bertepatan dengan masa pensiunnya tiba.
Di beberapa posisi yang tersembunyi di dalam hangar terdapat kamera pengintai yang memantau segala aktifitas, keadaan hangar beserta isinya. Sensor percikan api dan sensor pencegah kebakaran juga terpajang di dalamnya, dan tentu ada kren geser pengangkat benda-benda besar dan berat, terlihat di gelagar atas di ujung hangar dekat dengan posisi pintu belakang. Kren angkat ini digunakan untuk membantu memindahkan roket dari truli ke peluncur, baik arah atas ke bawah maupun dari arah belakang bergeser ke depan. Beberapa tanda larangan merokok dan memotret terpampang jelas, sekitar tiga meter dari bawah di tengah-tengah dinding hangar. Siapa pun yang mengunjungi hangar, kecuali petugas khusus bagian dokumentasi, dilarang keras melakukan kegiatan pengambilan gambar dalam bentuk apa pun, termasuk lelaki peneliti senior tersebut.
Setelah mengamati lingkungan di dalam hangar, dia pun menuju sosok roket yang terpasang gagah di atas peluncur. Panjang total roket sekitar lima meter, dengan diameter luar tiga puluh dua sentimeter. Hari-hari yang panjang dan melelahkan, selama menjalankan riset dan rekayasa roket telah dilalui, besok tepat jam enam pagi merupakan waktu penentuan untuk mengukur tingkat keberhasilan misi roket, pikirnya. Dia ingat bagaimana dia harus berdebat keras dengan anaknya sendiri ketika dalam rapat membahas bahan logam jenis apa yang tepat untuk digunakan sebagai material konstruksi roket. Menurut anaknya yang baru saja menyelesaikan pendidikan es tiga atas beasiswa pemerintah di bidang material teknik dari universitas ternama, dan juga sebagai peneliti muda di institusi yang sama dengan bapaknya, mengatakan bahwa material yang paling tepat digunakan sebagai konstruksi roket adalah alumunium paduan seri 2024 T6, karena logam ini mempunyia sifat yang amat kuat, tetapi mempunyai bobot yang amat ringan jika dibandingkan dengan jenis logam yang lain semisal baja paduan, sehingga memang sesuai untuk bahan konstruksi roket. Sedangkan menurut dia, dalam pemilihan bahan konstruksi roket tidak boleh hanya tergantung pada sifat dan karakter bahan secara mekanik maupun fisik saja, tetapi masih perlu mempertimbangkan hal-hal lain yang kadang kala tidak ada hubungannya dengan masalah teknologi roket, misalnya kesediaan bahan di pasaran dalam negeri maupun pasar internasional, kalau perlu diadakan juga lewat pasar gelap, dan lain-lain, atau dengan kata lain diperlukan kearifan disain teknologi maupun kompromi lintas keahlian agar roket bisa didisain dan prototipnya bisa dibuat sesuai dengan misi roket, misalnya untuk keperluan damai maupun untuk kepentingan pertahanan.
Perdebatan itu membuatnya bangga akan anaknya, bahwa masa depan martabat bangsanya di bidang teknologi roket dapat segera diraih melalui generasi demi generasi yang mampu konsisten dan fokus dengan pekerjaanya. Roket hasil riset dan rekayasa yang akan diuji terbang besok, persis berada di depan matanya, dilihatnya kembali dan diperhatikan bagian-bagian roket dan diperiksa sekali lagi atas kesesuaiannya dengan dokumen teknik yang telah dirancang oleh seluruh tim teknis. Sebagai peneliti senior yang diberi tanggung jawab untuk menjaga kualitas dan sekaligus diberi wewenang untuk melakukan validasi dan verifikasi hasil riset dan rekayasa roket, dia merasa bertanggung jawab penuh atas kesuksesan dan kegagalan pencapaian misi rancang bangun teknologi roket. Oleh sebab itu dia pun merasa perlu untuk melakukan pemeriksaan ulang secara garis besarnya saja, terhadap roket yang telah terpasang di atas peluncur. Mulai dari struktur hidung roket yang berbentuk kerucut dan berwarna biru langit sebagai komponen roket terdepan ketika melaju menembus rapat massa udara, disusul dengan kompartemen muatan berisi sensor pengukur tekanan, percepatan, temperatur, global potioning System (GPS) maupun radio telemetri yang akan mengirimkan sinyal ke stasiun bumi atas hasil pengukuran sensor muatan roket pada saat meluncur di udara, serta sebuah parasut untuk keperluan rekoveri muatan.
Komponen lain yang amat menentukan kekuatan tenaga peluncuran adalah motor roket. Komponen ini berfungsi sebagai mesin konversi energi yang dapat merubah energi kimia propelan menjadi panas dan tekanan serta gaya dorong roket melalui nosel, sehingga roket mampu melesat berlawanan arah dengan arah gaya dorong. Propelan atau bahan bakar ini merupakan sumber energi yang digunakan untuk menggerakkan roket pada saat peluncuran berlangsung. Energi tersebut berasal dari energi kimia propelan atau bahan bakar yang dibakar di dalam tabung motor roket. Proses pembakaran akan berjalan dengan baik jika terjadi perpaduan sempurna antara komposisi bahan bakar, panas dan oksigen dalam satu kesatuan. Bahan bakar padat tersusun atas dua bahan utama yaitu bahan bakar padat dan oksidator. Bahan bakar padat berupa senyawa karbon, sedangkan oksidator berupa garam-garam perklorat. Bahan propelan yang digunakan sebagai bahan bakar roket yang akan di uji terbang adalah Hydroxy Terminated Poly Buta-diene (HTPB). Komponen terakhir yang masih perlu diperiksa ulang adalah sirip roket. Komponen ini berfungsi sebagai penjaga stabilitas dan pengarah terbang roket. Pada uji terbang besok, roket direncanakan akan meluncur pada kecepatan 1,2 Mach ditempuh dalam waktu tujuh detik setelah lepas landas.
Di benak lelaki itu terbayang suara bergemuruh akan membelah angkasa raya dan disusul dengan sorak sorai rekan kerja di tim teknis maupun tamu undangan yang hadir, disertai decak kagum orang-orang di sekitarnya dan disusul dengan konferensi pers pimpinan proyek dengan sejawat wartawan cetak dan elektronik. Kondisi hangar yang terjaga stabil pada temperatur kamar, terasa menyejukkan hati manakala bayangan kesuksesan melintas di hati. Sisi sebaliknya ancaman gagal kerap kali menyelinap di benak, dan membuatnya cemas, gundah dan sedikit gelisah, karena memang pada dasarnya pekerjaan riset dan rekayasa teknologi roket mempunyai potensi bahaya yang cukup tinggi dibandingkan riset-riset yang lain. Meski demikian panggilan hati membuatnya betah berlama-lama bekerja di institusi yang tidak banyak orang-orang pintar seperti dirinya di luar sana, berminat menggeluti riset dan rekayasa teknologi roket, disamping karena potensi bahayanya besar, finansial yang diterimanya juga hanya cukup untuk keperluan hidup yang sederhana saja. Tak terasa tidak terlalu lama lagi masa pensiun akan segera tiba. Hanya karena kecintaannya pada kegiatan riset dan rekayasa serta niat menjunjung martabat bangsa melalui teknologi roketlah yang membuatnya betah dan bahkan mengarahkan anak lelaki satu-satunya agar bersedia mengikuti jejak bapaknya. Bangsa yang mampu menguasai dan mengembangkan teknologi roket dengan sebaik-baiknya akan disegani oleh bangsa-bangsa lain di seluruh dunia. Kalimat itu selalu terngiang dalam hatinya dan seringkali dipetuahkan pada siapa saja, terutama pada anak lelakinya yang sudah menjadi mitra kerja di institusi riset tempatnya dia bekerja.
Selepas meninggalkan hangar penyimpanan roket, dia segera berjalan kaki menuju barak tempatnya istirahat yang berjarak sekitar lima puluh meter dari hangar, dan berdekatan dengan pintu gerbang utama stasiun uji terbang. Udara di luar mulai terasa dingin dan tidak terlalu lama lagi azan subuh akan segera tiba. Barak ini berupa bangunan sederhana yang memanjang sejajar jalan beraspal, di dalamnya seperti sebuah lorong panjang tanpa kamar-kamar, hanya di isi dengan jejeran ranjang bertingkat, kira-kira menampung dua ratus unit. Sesampainya di barak, tempat tidur bertingkat telah menunggunya, namun dia tidak segera melepas lelah. Diraihnya dokumen teknik yang bearada di tas cangklong kesayangannya, dibaca dan dicermati berulang kali, meski tebalnya hampir mencapai lima ratus halaman.
Sesekali dia sempatkan mengamati sekitarnya. Ada satu dua temannya yang juga belum tidur sambil melakukan aktifitas persiapan besok pagi. Ada yang membaca ulang SOP uji terbang, mempersiapkan seragam, topi proyek dan atribut pelaksana tim teknis uji terbang roket. Tak sedikit juga yang sudah mendengkur kelelahan akibat bekerja seharian sampai dengan jam sembilan malam. Sesekali juga tangannya menepis nyamuk-nyamuk yang kelaparan tanpa permisi menghisap darahnya.
“Ya… barangkali sudah lama mereka tidak bertemu manusia, mumpung banyak orang menginap di barak, hisap saja sepuasnya, hm…,” pikirnya sambil tersenyum kecil dan menahan kantuk. Setelah semuanya tiada yang terlewatkan, barulah dia rebahkan badannya di ranjang bawah untuk sekedar tertidur lelap meski hanya sesaat saja.
“Yang penting kualitas tidurnya, hehe,” pikirnya lagi sambil menertawakan diri sendiri. Sedangkan ranjang di atas telah ditempati temannya yang sedari tadi sudah terbawa mimpinya sendiri.
Mandi, salat Subuh dan menyantap sedikit makanan kecil dari bagian konsumsi sudah dilakukan, seperti serombongan burung kuntul, seragam putih berarak sekitar lima puluh orang peneliti dan teknisi keluar dari barak menuju lokasi uji terbang. Hari masih gelap, cahaya lampu jalan berjajar menuju launching pad juga masih terlihat jelas. Masing-masing pelaksana mengambil posisi sesuai tugas dan fungsinya. Sebagai peneliti senior, dia bertanggung atas kualitas riset dan rekayasa teknologi roket, dari mulai disain konfigurasi aerodinamika sampai dengan pelaksanaan uji terbang roket, bahkan diteruskan sampai dengan membuat prototip roket yang siap untuk diproduksi sesuai dengan pesanan calon pengguna.
Roket bersama peluncurnya sudah siap dikeluarkan dari hangar menuju lokasi launching pad yang jaraknya sekitar dua ratus meter, menghadap ke laut lepas. Sebelah kanan dan kiri hangar terdapat ruang kontrol, stasiun bumi, ruang petugas medis, ruang pasukan pemadam kebakaran, ruang pertemuan serta ruang permantauan uji terbang baik untuk tamu undangan maupun untuk pelaksana teknis yang letaknya terpisah. Ruang pemantauan berupa bangker tertutup yang mempunyai jendela buka tutup secara otomatis, untuk melihat dan mengamati perilaku roket pada saat awal peluncuran maupun ketika melintas terbang.
Tak lama setelah tamu undangan yang sedari jam lima tadi berada di ruang pertemuan untuk mendengarkan dan bertanya jawab seputar penjelasan pimpinan proyek tentang misi uji terbang dan perkembangan penguasaan teknologi roket, dipersilakan masuk ke bangker untuk menyaksikan uji terbang, pengeras suara protokol acara terdengar telah mempersilakan protokol teknis untuk memberikan aba-aba dan pembacaan perintah teknis dalam SOP uji terbang. Pimpinan pelaksana uji terbang kali ini adalah seorang perempuan muda yang amat berbakat dan fokus pada pekerjaannya, dia adalah perempuan tungggal di negaranya yang berhasil meraih puncak prestasi di bidang disain dan rekayasa teknologi roket. Di dalam hatinya kadang terlintas pikir: Seandainya dia anakku… Dan kenyataannya dia hanya mempunyai satu anak lelaki saja dan sudah berkeluarga.
Suara tegas dan berat dari pengeras suara terdengar bahwa pimpinan proyek telah menyerahkan pelaksanaan uji terbang kepada perempuan muda itu, disusul dengan dikeluarkannya roket dari hangar menuju launching pad. Di depan roket dikawal oleh dua tentara bersenjata laras panjang dan empat orang satpam, di belakang kendaraan peluncur roket diikuti oleh pimpinan proyek, peneliti senior dan beberapa tamu penting. Sekitar lima puluh meter dari launching pad garis merah tanda bahaya untuk zona potensi bahaya satu terlihat terpasang berkeliling. Tak jauh dari situ berdiri tiang kantong angin berwarna jingga, kantung ini bergerak-gerak mengikuti arah angin.
Roket beserta peluncurnya telah terpasang di launching pad, kemudian rombongan pimpinan proyek beserta tamu penting foto bersama di depan roket. Setelah itu semua yang tidak berkepentingan diharap segera meninggalkan launching pad dan disarankan untuk melihat peluncuran roket dari dalam bangker, demi keselamatan dan keamanan. Hembusan angin pantai masih terasa bersahabat, matahari mulai malu-malu menampakkan sinarnya, semburat merah di ufuk timur mulai menghangatkan susana. Lampu jalan yang telah berjasa menerangi launching pad telah juga dimatikan.
Lelaki peneliti senior iti bersama dua anggota tim kualiti kontrol melakukan pemeriksaan terakhir sebelum roket diluncurkan. Dari kejauhan mereka sejenak terlihat seperti sedang berunding, dan akhirnya saling mengangkat jempol, kemudian meninggalkan launching pad menuju tempat perlindungan terdekat yang aman. Sekilas lelaki itu melihat anaknya mengambil posisi di bawah pohon kelapa yang memang banyak ditanam di sekitar arah belakang launching pad atau menjauh dari pantai. Kali ini pun juga tidak seperti biasanya, lelaki itu tidak meneriaki putranya, agar menjauh dan mencari perlindungan yang lebih aman, sambil bisa mengamati tingkah laku roket dari jarak yang agak dekat. Dia berasumsi bahwa putranya sudah menjadi peneliti muda, pasti sudah tahu apa yang harus dikerjakan, dan bagaimana cara menjaga kemanan dan keselamatan.
Kabel penyalaan motor roket telah disambungkan dan siap untuk dinyalakan. Sirine tanda akan dimulainya uji terbang juga telah dibunyikan sebanyak tiga kali. Hitungan mundur dimulai : lima puluh … empat puluh … tiga puluh … dua puluh … sepuluh, sembilan, delapan, tujuh, enam, lima, empat, tiga, dua, satu, go!
Sunyi senyap jantung seolah berhenti berdetak menunggu apa yang terjadi, tak sempat bertindak, disusul suara menghentak dahsyat seolah membelah dunia: Blarrrrrrrrr… Bangunan hangar dan bumi yang dipijak terasa bergetar, wajah-wajah tamu undangan dan sebagian dari tim teknis tampak pucat pasi mengekspresikan kebingunan apa yang harus diperbuat. Lampu listrik sekitar lokasi segera dipadamkan. Suara sirine tim pemadam kebakaran meraung secepatnya menuju lokasi ledakan yang menimbulkan nyala api berkobar dan serpihan roket yang terdiri dari benda-benda keras dan panas terlontar sampai jatuh mendekati bangker. Tim medis beserta mobil ambulan siap siaga akan melayani jikalau ada korban yang berjatuhan.
Lelaki peneliti senior itu hanya satu yang dipikirkan. “Bagaimana nasib anakku, semoga dia selamat, dia tadi mengambil posisi terlalu dekat dengan zona bahaya, semoga anakku selamat.”
Dilihatnya alam sekitar, pohon kelapa dekat anaknya, gosong seperti bekas terbakar, secepat kilat dia ingin berlari meski masih terlihat seperti berjalan gontai karena dia tidak lagi berusia muda. Ingin mendekap erat anaknya dan berusaha menolong semampunya. Anak lelaki yang dibanggakan terkapar dengan bersimbah darah di dadanya. Merah darah memenuhi warna putih seragam kerjanya, diraih tangan anaknya dan dibopong untuk segera menolongnya.
Tim medis mulai sibuk memberikan pertolongan pertama dan segera dilarikan ke rumah sakit terdekat. Beberapa tim teknis dan rekan wartawan peliput uji terbang roket yang mendekati zona bahaya satu, ada yang menjadi korban, terluka sobek dan luka bakar terkena serpihan roket yang melesat akibat ledakan. Setelah mengamankan lokasi paska ledakan, ia menyerahkan segala sesuatunya pada sejawat peneliti yang lain, dia minta ijin pada pimpinan proyek untuk segera menyusul putranya dan menjenguk rekan-rekannya ke rumah sakit.
Putra tunggalnya ini baru setahun yang lalu menikah dengan perempuan teman sekantornya, dan mereka belum berpisah rumah dengan dirinya. Keluarga anaknya berencana tahun depan setelah kelahiran cucu, mereka akan membeli rumah perumnas dengan cara membayar cicilan selama lima belas tahun, langsung dipotong gaji.
Sepanjang jalan ke rumah sakit, hanya zikir dan doa yang berdesis pelan dari gerakan bibir serta memenuhi ruang kalbunya.
“Ya Allah ya Rob … Engkau yang Maha Penolong dan Pemberi kesembuhan, limpahkan sehat dan sembuhkan anak dan sekaligus mitra kerjaku, beserta korban yang lain. Hanya kepada Mu, aku memohon ampun dan memohon pertolongan. Amin.”
Tak habis-habisnya dia berdoa dan tiada habisnya pula dia menyesali tindakannya, kenapa dia tidak mengingatkan anaknya, agar lebih hati-hati dan menjauh dari zona bahaya.
“Seandainya saja, saya ingatkan. Kalau seandainya aku telah menasihatinya, jangan terlalu berani mengambil resiko pengamatan, ini tak akan terjadi pada anakku.”
Kata pepatah, setiap pekerjaan pasti ada resikonya, dan resiko itu sedang menimpa aku beserta anak kesayanganku dan keluarganya. Semoga tidak membuat yang lain berhenti melakukan uji coba riset dan rekayasa teknologi roket untuk meningkatkan martabat bangsa, amin.
Segalanya telah terjadi. hanya berselang sehari, dokter mengabarkan bahwa anak tunggal dan mitra kerjanya itu tak bisa ditolong dan kembali ke sisi ALLAH. Semoga diampuni dosanya dan dilipatgandakan pahala amal baiknya. Pemakaman putranya telah usai, beberapa kerabat juga telah pulang ke rumah masing-masing, lelaki itu berjalan pelan menuju seorang perempuan muda yang tampak kuyu dan masih terlihat sisa sengguk tangisnya lantaran ditinggal mati suami tercinta. Perempuan muda itu memperlihatkan tanda-tanda kehamilan di tubuhnya dan barangkali tidak beberapa lama lagi akan melahirkan cucunya, pengganti putranya yang telah tiada. Dia bersama istrinya berharap menantunya bersabar dan masih bersedia tinggal lama bersama di rumahnya, sampai kelak cucunya beranjak dewasa.
Angin masih berdesis manja, sesekali membuat topi lelaki tua itu terlepas dari kepala, terpaksa dia mengejar dan berusaha meraihnya, kemudian duduk kembali di atas batu hitam, di tempat duduk semula sambil membetul-betulkan posisi duduknya, yang barangkali sudah pegal-pegal, dan udara pun mulai semakin menyengat panas. Tak terasa kenangan anaknya kembali hadir di hatinya setelah sekian tahun dia pensiun dari pekerjaannya, dan sampai saat ini dia belum tahu apa sesungguhnya yang menjadi penyebab meledaknya roket yang diuji terbang kala itu. Matahari pun mulai bergeser ke barat sedikit, dari posisi puncak tengahnya, lelaki itu terhenyak atas panggilan manja bocah perempuan kecil berlari menuju ke arahnya, sambil membawa layang-layang dan segulung benang panjang.
“Kek, kata nenek sudah waktunya makan, kakek ditunggu semuanya, ayo Kek …”
“Aih… kamu. Ayo! Kakek juga sudah lapar.”
Dituntunnya anak perempuan itu menuju rumah makan yang tak jauh dari bibir pantai. Anak kecil itu adalah cucunya, putri dari anak kesayangannya yang telah mendahului menuju alam baka. Sambil berjalan, dia pun berdoa dalam hati.
“Ya Allah ya Rob … jadikanlah anak keturunanku sebagai orang-orang yang menentramkan hati serta indah di pandangan mata, dan berilah kekuatan padanya untuk meneruskan cita-cita bapak dan kakeknya memperkuat martabat bangsa melalui riset dan rekayasa bidang teknologi dirgantara. Amin.”
Disekanya air mata yang sedari tadi berusaha ditahan agar tidak menangis di kala bersama istri, menantu dan cucunya tercinta bertamasya.
Rumpin, 23 Februari 2009
Catatan :
Centre of Pressure = CP fenomena aerodinamika karena pengaruh bentuk luar benda terbang
Centre of Gravity = CG posisi kesetimbangan karena pengaruh beban gravitasi bumi
Launching pad : tempat peluncur roket pada saat peluncuran roket berlangsung.
Bilangan Mach adalah satuan pengukur kecepatan benda terbang, 1 Mach = 342 m/detik .
Cerpen ini pernah terbit di Antologi Cerpen Festival Bulan Purnama Majapahit Trowulan (2010), dan saya posting di kemudian.com