Lama kelamaan, Abunawas merasa suntuk dengan situasi kehidupan di daerahnya sendiri.  Hatinya merasa tak nyaman melihat keadaan yang memprihatinkan. Yang kaya tambah kaya, yang miskin bertambah miskin. Para pamong praja, tokoh masyarakat, dan orang-orang yang punya pengaruh kerjanya hanya menumpuk harta dengan menghalalkan segara cara. Banyak orang semakin tak perduli pada sesama. Elu-elu gue-gue. Senang melihat orang lain susah dan sebaliknya, susah melihat orang lain susah. Naudzubilah min zdalik .

Melihat kenyataan hidup yang sedemikian itu hati Abunawas jadi gusar. Ini bertentangan dengan ajaran agama yang rahmatan lil alamin, pikirnya. Karena itu, dengan hati yang gundah gulana, siang malam Abunawas memutar otak mencari ide yang tepat untuk menyadarkan banyak orang yang sudah pada keblinger itu. Setelah berpikir panjang ke sana kemari, akhirnya ia menemukan ide yang cemerlang, yaitu Sendal Ajaib atau Sendal Anti Susah.

[iklan]

Maka pada keesokan harinya, dengan membawa selembar tikar dan beberapa pasang sandal, berangkatlah Abunawas ke pasar. Sesampainya di depan pasar, ia menggelar tikar dan menata  dagangan sendalnya.

“Sendal ajaib, sendal ajaib… Sendal Anti Susah,” teriak Abunawas menawarkan dagangannya. Tak lama kemudian datanglah seorang pemuda yang melihat-lihat sandal dagangannya.

“Silahkan Tuan, mau mencari apa?” tanya Abunawas.
“Tuan?… enak aja ente bilang saya Tuan. Saya ini orang susah, tau! Orang miskin. Bukan Tuan.”

“He he he… iya maaf, Tuan. Eh maaf, orang susah. Ada yang bisa saya bantu?”

“Saya lagi mencari sesuatu yang bisa mengubah hidup saya yang miskin selamanya ini,” jawab si pemuda.

“Maksudnya?” tanya Abunawas Iagi

“Saya sudah bosan jadi orang miskin. Saya ingin jadi orang kaya raya, dan sekarang saya mencari barang atau benda  apa saja yang bisa memberikan saya keberuntungan. Berapapun harganya saya akan beli,” kata pemuda itu.

Sejenak kemudian Abunawas memilih salah satu Sandal Ajaib dagangannya. Ia mengatakan bahwa sandal itu akan membuat pemakainya yang tadinya punya menjadi orang yang punya. Karena tertarik dengan penjelasan Abunawas, pemuda itu tanpa piker panjang lagi langsung membeli sandal ajaib itu dengan harga yang lumayan mahal. Ia langsung saja memakai Sandal Ajaib itu berkeliling kampung dengan harapan semoga keberuntungan segera datang dan mengubah nasibnya yang miskin berkepanjangan.

Akan tetapi, harapan tetap tinggal menjadi harapan, keinginannya tak juga menjadi kenyataan. Bukannya keberuntungan yang ia dapatkan, tapi… bukannya keberuntungan yang didapat. Si pemuda malah dicurigai dan dituduh akan mencuri  di kampung tersebut. Untung saja para warga kampung tak sampai menghakiminya.

Merasa kalau dirinya telah kena tipu, pemuda itu mendatangi Abunawas. Dia mau menuntut minta ganti rugi.

“Assalamu’alaikum,” sapa pemuda itu.

“Wa’alaikum salam, ah ternyata Tuan, Si Orang Susah. Apa kabar, Tuan?” tanya Abu Nawas.

“Kabar… kabar… kabar jelek. Muke lo sobek. Gara-gara Sandal Ajaib ini,  saya mau dikeroyok orang sekampung. Disangka pencuri. Padahal waktu saya beli sandal ini, kamu sendiri yang bilang kalau sandal ini bisa mendatangkan keberuntungan, bisa menjadi kaya dan terkenal, tapi mana buktinya?” protes si pemuda.

“Waduh, seingat saya, saya tidak pernah ngomong seperti itu,” potong Abunawas. “Saya hanya bilang bahwa kalau Tuan pada mulanya adalah orang yang tidak punya, maka dengan membeli sandal ini, Tuan akan menjadi orang yang punya. Buktinya, sekarang Tuan sudah memiliki sandal ajaib ini,” kata Abunawas.

Sejenak setelah mendengar ucapan Abunawas, pemuda itu hanya bisa diam, mikir sebentar dan menyadari bahwa dirinya sudah salah tafsir.

“Lalu, mengapa engkau mengatakan bahwa sandal ini ajaib?” tanya si pemuda.

“Karena merk sandal ini adalah Ajaib. Sandal Ajaib,” jawab Abu Nawas.

Si Pemuda semakin diam dan menyadari kesalahannya. Karena itu, tanpa mengucapkan sepatah kata pun ia pergi dengan hati menggerutu. Tapi Abunawas cepat memanggilnya.

“Sebentar, Tuan. Saya ingin mengatakan sesuatu. Mungkin saja akan ada manfaatnya buat Tuan,” kata Abunawas. “Jangan pernah percaya kepada barang ajaib, karena percaya pada sesuatu selain Tuhan bisa membuat kita syirik, dan akan mendapatkan kesusahan di dunia dan kelak di akhirat. Buktinya seperti  yang Tuan alami sekarang ini. Karena itu, segeralah bertobat kepada Tuhan,” kata Abunawas.

Mendengar perkataan Abunawas, sepertinya si pemuda itu semakin menyadari kesalahannya. Ternyata banyak sekali dalam hidup ini, haI-hal yang bisa membawa kita kepada perbuatan yang dimurkai Tuhan. Mulai saat itulah ia pun bertobat kepada Tuhan.

***

Dapoer Sastra Tjisaoek, Juni 2020
Diceritakan kembali oleh: Abah Yoyok.

Bagikan:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *