
Sejarah Waktu
Ada tapi nggak ada. Nggak ada tapi sesungguhnya ada. Siapakah dia? Dialah yang membuat hidup kita teratur, dan memudahkan kita dalam melakukan kegiatan dalam keseharian kita. Kadang-kadang kita mengejarnya, kadang-kadang kita yang dikejarnya. Kadang juga kita harus bertanya atau melirik kalender untuk mengetahui hari apa saat ini.
Ya, itulah waktu. Sesuatu yang abstrak keberadaannya. Seringkali kita merasakan kehilangan waktu dalam hidup ini. Entah lupa karena kesibukan, atau memang tak perduli pada jalannya waktu.Tak sedikit juga orang yang mengejar waktu atau dikejar waktu.
[iklan]
Selanjutnya, untuk menandai waktu agar mempermudah untuk menghitungnya dan menyeragamkan lamanya, manusia mengupayakannya dengan menentukan nama-nama hari yang jumlahnya ada 7. Disebut 1 Minggu. Jumlah hari dalam 1 minggu ada 7 hari. Lalu ditentukan lagi nama-nama bulan sebanyak 12 bulan. Selanjutnya disebut tahun, di mana 1 tahun ada 12 bulan. Orang-orang Yunani kuno lah yang mula pertama punya inisiatip untuk memberi nama-nama hari dan bulan. Sistem kalender merekalah yang sampai saat ini dipergunakan oleh dunia. Dikenal dengan kalender Masehi. Sedangkan orang Arab juga punya kalender sendiri yang dikenal sebagai kalender Hijriah.
Asal usul nama-nama Hari.
Nama-nama hari yang kita kenal sekarang ini, konon kabarnya berasal dari peradaban Yunani Kuno. Orang-orang Yunani percaya bahwa kehidupan di bumi ini sangat dipengaruhi oleh oleh benda-benda yang ada dilangit. Menurut kepercayaan mereka, langit tersusun atas 7 lapisan yang mengelilingi bumi sebagai pusatnya. Pada masing-masing lapisan langit itu terdapat benda-benda seperti berikut:
Lapisan 1 ada Bulan,
Lapisan 2 ada Merkurius, (Bintang Utarid)
Lapisan 3 adaVenus (Bintang Kejora)
Lapisan 4 ada Matahari
Lapisan 5 ada Mars (bintang Marikh)
Lapisan 6 ada Jupiter (bintang Musytari)
Lapisan 7 ada Saturnus (bintang Siarah)
Dalam perjalanannya mengelilingi bumi, ketujug benda langit tersebut telah mempengaruhi kehidupan manusia di bumi secara bergantian. Pengaruh itu dimulai dari planet yang paling jauh, Saturnus. Orang Romawi kuno meyakini kalau Saturnus akan menunjukkan pengaruhnya tepat pada pukul 00.00. Karena itulah mereka menandandai hari pertama dengan sebutan hari Saturnus. Satu jam kemudian pengaruh Saturnus digantikan oleh Jupiter, lalu Mars pada 1 jam berikutnya, dan seterusnya sampai ke Bulan. Jika dalam 1 hari ada 24 jam, maka benda langit yang akan memberi pengaruh pada hari berikutnya tepat pada jam 00.00 Matahari. Karena itu hari kedua disebut hari Matahari.
Selanjutnya, nama-nama hari secara lengkap menurut versi Yunani kuno itu adalah: hari Saturnus, hari Matahari, hari Bulan, hari Tiw (nama dewa Mars-dewa perang), hari Woden (nama dewa Merkurius-dewa Perdagangan), hari Thor (nama dewa Jupiter-dewa Petir), dan hari Freyza (nama dewi Venus-dewi Kecantikan), Dalam perkembangannya kemudian, nama-nama hari tersebut berubah dalam Bahasa Inggris yang kita kenal sebagai: Saturday, Sunday, Monday, Tuesday, Wednesday, Thrusday, dan Friday.
Lain Yunani kuno lain lagi Arab. Orang Arab memberi nama hari berdasarkan urutan angka mulai dari 1,2,3 sampai 7. Bahasa Arab untuk urutan angka 1 sampai 7 adalah: Ahad, Istnain, Tsalasah, Arba’ah, Khomsah, Sittah, dan Sab’ah. Khusus untuk hari yang keenam dipilih nama yang berbeda, yaitu Jum’ah. Alasannya adalah untuk mengingatkan umat muslim untuk melaksanakan Sholat Jum’at.
Dari nama-nama hari versi Arab terbut kemudian dikenal di Indonesia menjadi hari Senin, Selasa, Rabu, Kamis, Jum’at, dan Sabtu. Adapun 1 hari lagi, yaitu hari Minggu. Nama ini berasal dari kebiasaan orang Portugis pada kedatangan mereka ke Indonesia. Mereka suka mengunjungi gereja untuk beribadah di hari pertama. Penduduk pribumi yang melihat hal ini sering bertanya tentang kebiasaan mereka tersebut. Orang-orang Portugis itu menjelaskan kalau ibadah yang mereka lakukan itu adalah demi Domingo. Dalam Bahasa Portugis lama, Domingo berarti Tuhan. Dalam Bahasa melayu lama kata tersebut dieja menjadi Dominggo. Lama kelamaan ejaan terjebut di lidah pribumi menjadi Minggu. Maka lengkaplah nama-nama hari dalam 1 minggu menjadi: Senin, Selasa, Rabu, Kamis, Jum’at , Sabtu, dan Minggu.
Lain lagi dengan orang Jawa. Mereka mengenal 2 sistim penanggalan. Sistim Mingguan dan sistim Pasaran. Dalam sistim mingguan, masih mengenal dan menggunakan nama-nama hari yang sudah kita ketahui dan gunakan, yaitu Minggu, Senin, Selasa, Rabu, Kamis, Jum’at, dan Sabtu. Dalam sistim Pasaran jumlah hari menyusut, dari 7 menjadi 5, yaitu: Pahing, Pon, Wage, Kliwon, dan Legi. Dengan demikian orang Jawa punya sistem penanggalan yang tersendiri yang merupakan penggabungan dari sistem mingguan dan pasaran. Sehingga dalam sistim penanggalan Masehi selalu punya 2 nama hari. Hari Biasa dan Hari Pasaran. Misalnya: Jum’at Kliwon, Rabu Pahing, Kemis Legi, dan Sabtu Pon.
Asal usul nama Bulan
Nama-nama bulan sebanyak 12 nama dalam 1 tahun Masehi juga berasalan dari budaya dan kepercayaan bangsa Yunani kuno. Penamaan bulan dengan Januari, Februari, Maret, sampai Desember adalah diambil dari nama-nama Dewa bangsa Yunani kuno.
Januari (January), diambil dari nama Dewa Janus yang punya dua wajah. Menghadap ke depan dan belakang. Letak wajah tersebut menjadi simbol batas antara masa lalu (tahun sebelumnya) dan masa depan(tahun yang akan datang).
Februari (February), berasal dari istilah bahasa Latin ‘Februa’ yang artinya adalah Pesta Penyucian yang selalu diselenggarakan setiap tanggal 15 Februari oleh bangsa Romawi kuno.
Maret (Mart), diambil dari nama Dewa Perang Romawi kuno yang terkenal dengan keberaniannya.
April (April), nama ini berasal dari bahasa Yunani yang berarti ‘membuka’. Di Yunani, musim semi dimulai pada bulan April.
Mei (May); berasal dari kata Maia Majesta yang artinya Dewa Musim Semi.
Juni (June); berasal dari nama Dewi Feminim, Juno. Dewi yang dipercaya membawa kebahagiaan dalam keluarga.
Juli (July); berasal dari nama Julius Caesar
Agustus (August); berasal dari nama seorang Kaisar Romawi yang mengubah jumlah hari pada bulan yang memakai namanya dan mengurangi jumlah hari padabulan Februari,. Dialah Kaisar Augutus
September; berasal dari kata ‘Septa’. Dalam bahasa Latin artinya tujuh.
Oktober (October) ; berasal dari kata ‘Okto’, yang dalam bahasa Latin artinya delapan.
Nopember (November) dan Desember (December); berasal dari kata ‘Novem’ dan ‘Decem’ yang dalam bahasa Latin artinya adalah Sembilan dan Sepuluh.
Untuk diketahui, bahwa orang jaman dulu hanya mengenal ada 10 bulan dalam setahun. Pada saat itu tidak ada bulan Mei dan Juli. Bulan kelima disebut Quintilis. Akan tetapi memasuki abad ke 8 SM (Sebelum Masehi), jumlah bulan dalam setahun berubah, dari 10 menjadi 12. Quintilis berubah nama jadi Juli, dan menduduki posisi bulan ketujuh dalam setahun.
Kalender Masehi
Kalender Masehi atau Tahun Masehi yang dalam bahasa Inggrisnya disebut Anno Domini (AD) adalah penanggalan dalam kalender yang didasarkan pada tahun tradisional yang dihitung sejak kelahiran Yesus dari Nazaret. Masehi dihitung sejak hari tersebut, hari kelahiran Yesus. Sedangkan masa sebelum itu disebut Sebelum Masehi (SM). Kata Masehi (M) berasal dari bahasa Arab ‘Al Masih’, yang artinya adalah ‘yang membasuh’, ‘mengusap’ atau ‘membelai.’
Awal tahun Masehi (Tahun 1) merujuk kepada tahun yang dianggap sebagai tahun kelahiran Nabi Isa Al-Masih. Kebalikannya, istilah Sebelum Masehi (SM) merujuk pada masa sebelum tahun tersebut. Sistem penanggalan yang merujuk pada awal tahun Masehi ini mulai diadopsi di Eropa Barat pada abad ke-8.
Meskipun tahun 1 dianggap sebagai tahun kelahiran Yesus, tetapi bukti-bukti historis terlalu sedikit untuk mendukung hal tersebut. Namun, para ahli agaknya telah bersepakat untuk bahwa tahun 1 M adalah tahun pertama sistem Masehi dan tepat setahun sebelumnya adalah tahun 1 SM (Sebelum Masehi).
Di Indonesia selain tahun Masehi yang digunakan secara resmi, secara tidak resmi masyarakat juga mengenal tahun Hijriyah (Islam) dan tahun Imlek (Tionghoa) dan tahun Saka (Jawa).
Kalender Hijriyah
Kalender Hijriyah, Tahun Hijriya, atau Kalender Islam adalah sistim penanggalan yang berisi dengan hari-hari, tanggal dan bulan-bulan penting yang berkaitan dengan ibadah dan hari-hari penting lain bagi umat Islam. Sistim penanggalan ini dinamakan Kalender Hijriah karena diawali/dimulai pada tahun pertama saat terjadi peristiwa hijrah Nabi Muhammad SAW dari Makkah ke Madinah, yakni pada sekitar tahun 622 Masehi. Penetapan kalender hijriah dilakukan pada zaman Khalifah Umar bin Khatab, 6 tahun setelah wafatnya nabi Muhammad SAW. Kalender Hijriah juga terdiri dari 12 bulan, dengan jumlah hari berkisar 29-30 hari.
Penentuan dimulainya sebuah hari dan tanggal pada Kalender Hijriah berbeda dengan Kalender Masehi. Pada Kalender Masehi, hari dan tanggal dimulai pada pukul 00.00 dini hari waktu setempat, sedangkan pada Kalender Hijriah, hari dan tanggal dimulai saat matahari terbenam atau ketika memasuki waktu Maghrib.
Sama halnya dengan kalender Masehi, Kalender Hijriah juga terdiri dari 12 bulan dalam setahun. Nama-nama bulan tersebut secara berurutan adalah Muharam, Safar, Rabiul awal, Rabiul akhir/Rabi’utstsani, Jumadil awal, Jumadil akhir/Jumadits tsani, Rajab, Sya‘bān, Ramadhan, Syawal, Zulkaidah, dan Zulhijah.
Kalender Jawa
Kalender Jawa atau penanggalan Jawa yang dikenal juga sebagai tahun Saka, adalah sistim penanggalan yang mulai digunakan pada masa kesultanan Mataram dibawah pimpinan Sultan Agung. Penanggalan ini memiliki keistimewaan karena memadukan sistem penanggalan Islam, sistem Penanggalan Hindu, dan sedikit penanggalan Masehi. Sistem kalender Jawa memakai dua siklus hari: siklus mingguan yang terdiri dari tujuh hari (Ahad sampai Sabtu) dan siklus pekan pancawara yang terdiri dari lima hari pasaran (Pahing, Pon, Kliwon dan Legi).
Jumlah bulan dalam Kalender Jawa juga ada 12 bulan yang diambil dari nama-nama bulan dari Kalender Hijriyah dengan nama-nama Arab, tetapi beberapa di antaranya menggunakan nama dalam bahasa Sanskerta. Nama-nama tersebut secara berurutan adalah: Sura, Sapar, Mulud (Rabingulawal), Bakda Mulud (Rabingulakir), Jumadilawal, Jumadilakir, Rejeb, Ruwah (Sa’ban), Pasa (Siyam), Sawal, Séla (Dulkangidah, Apit), Besar (Dulkahijjah). Jumlah hari per bulan antara 29 dan 30.
Berikut adalah tabel daftar nama bulan menurut kalender Masehi Hijriyah dan Jawa.
No | Masehi | Hijriyah | Jawa |
1 | Januari (31) | Muharam (30) | Suro (30) |
2 | Februari (28) | Safar (29) | Sapar (29) |
3 | Maret (31) | Rabiul Awal (30) | Mulud (Rabingulawal) (30) |
4 | April (30) | Rabiul Akhir (29) | Ba’da Mulud (Rabingulakhir) (29) |
5 | Mei (31) | Jumadilawal (30) | Jumadilawal (30) |
6 | Juni (30) | Jumadilakhir (29) | Jumadilakir (29) |
7 | Juli (31) | Rajab (30) | Rejeb (30) |
8 | Agustus (31) | Sya’ban (29) | Ruwah (Sa’ban) (29) |
9 | September (30) | Ramadhan (30) | Poso (Siyam) (30) |
10 | Oktober (31) | Syawal (29) | Sawal (29) |
11 | Nopember (30) | Zulkaidah (30) | Séla (Dulkangidah, Apit) (30) |
12 | Desember (31) | Zulhijah (29/30) | Besar (Dulkahijah) (29/30) |
Keterangan : Angka dalam kurung adalah jumlah hari per bulan (10/01/2020)
(AY)