MH. Dzulkarnain nama pena dari Noer Moch Yoga Z adalah Penyair yang patut diendus mempunyai kemampuan memilih kata apa adanya dan cenderung menukik pada perenungan lintas ruang dan lintas waktu melalui perlintasan kosa kata sehari hari.

Puisi puisi Penyair yang memperkenalkan diri lahir di Pulau Madura, yang tayang kali ini berpotensi bisa dinikmati sambil menyendiri di kamar merenungi masa lalu, saat kekinian serta harapan ke depan, atau pun dibaca menjadi semacam penyiar radio di malam hari untuk mengantarkan pendengar agar hanyut mengaduk aduk imajinasi perasaan yang timbul ketika setiap diksi sudah terlanjur dibaca.

Lihat saja dari judul judul puisinya:
/ Memori Kosa Kata ‘Kisah Pisah Kita’/,
/ Risalah Seorang Petualang/,
/Setangkai Kisah Beranting Puisi
;daduwi nh./ dan
/Lembaran Waktu/

Judul judul tersebut dapat memantik Perenungan yang bisa jadi akan melahirkan perenungan juga atau justru tidak hendak memikirkan, segalanya terserah pembaca. (redaksi).

Memori Kosa Kata ‘Kisah Pisah Kita’

Mungkin tak ada lagi cerita yang bakal kita bahas tuntas
Jika  benang layang-layang kasih sayang telah rela kau lepas
Mendiami ruang dengan raung di kening penuh kunang-kunang kenang
Hingga jangkrik, cicak dan nyamuk pun
Kerap kali gundah bahkan gaduh membuat irama lagu
Hanya untuk mengganggu percakapan kita
Di balik hitam waktu tak berpintu

Dan itu semua telah kuarsip dalam buku catatan
Meski sedikit dari huruf-hurufnya berterbangan
Menjelma merpati yang setia hinggap di jendela
Namun tidak dengan dua kata
Yaitu aku dan kamu yang telah dikutuk selamanya
Menjadi Maha Kita
Dalam memori kosa kata ‘kisah pisah kita’

Annuqayah Mata Pena, 2021

Risalah Seorang Petualang

Kini malam menjadi tantangan
bagi seorang petualang
merelahkan diri nya bertelanjang
karena undang-undang yang ia pegang
lepas dari genggaman tangan

maka terpaksalah ia menaru muka
di bawah atap purnama
bersama gantungan tanda tanya

Annuqayah Mata Pena, 2021

Setangkai Kisah Beranting Puisi  
;daduwi nh.

Nuansa baru pagi itu aku menemukanmu di balik bilik mimpi
Etika tingka dan senyum yang tak pernah alpa sempurna mekar bunga
Napas yang kau lepas berdesir meraba dada
Gincu seakan tak berguna pada kedua pipimu yang telah lebih dulu merona

Nostalgia bersama malam tak cukup mengobati goresan kenang
Ingatkah kau, dulu kita pernah pasang wajah di jendela Tuhan
Hampir dua puluh empat jam kita hitung bersama di kening malam
Aku dan kau memang diksi Tuhan yang larut dalam secawan peradaban
Laila dan majnun pun adalah bukti profil dari kisah kita yang terlarang

Lupakah engkau saat kata terucap pilu padaku?
Untuk apa kau menerima lelaki lain, jika kau masih menerimaku sebagai butiran debu di pipimu
Nestapa air mata yang berlinang deras disela-sela pipi itu, aku tak rela melihatnya jatuh

Nama kita telah diikrar oleh Tuhan dalam setangkai puisi
Alam pun gembira mendengarkannya
Desir ombak di laut sana akan hening seketika
Andai kata kita bertatap muka mencuci luka

Annuqayah Mata Pena, 2021

Lembaran Waktu

Lembaran waktu terus terbuka
Burung-burung hinggap di pundak rumah
Meratapi jejak subuh merangkul doa
Becericit menyambut rona bagaskara

Aku masih berada di tepi gubuk mati
Menjemput segala yang surga pada lekuk tubuhnya

Aku pun terbangun dari ranjang Tuhan
Dengan serpihan angan menempel di tembok ruang
Cericit para burung masih tetap bersenadung
Memberi kabar, bahwa waktu telah membawanya pudar

Ternyata, di gubuk mati itu
Seorang perempuan
Yang selama ini menjadi penghuni detak waktuku

Annuqayah Mata Pena, 2021

MH. Dzulkarnain nama pena dari Noer Moch Yoga Z. Pemuda kelahiran Sumenep, 16-06-2003. Alamat rumah Desa Gunung kembar Kec. Manding Kab. Sumenep, Santri PP. Annuqayah Daerah Lubangsa , Siswa kelas akhir MA 1 Annuqayah, Aktif di Organisasi Daerah ‘IKSAPUTRA’ (Ikatan Santri Pantai Utara), dan salah satu Masyarakat  ‘Majelis Sastra Mata Pena’. Buku Antologi bersamanya a.l.: Menjadi Sajak dan Jarak (Tazik zona barokah, 2020); Ajher (Keraton, 2020); Antologi DNP 11 KHATuLISTIWA (KKK, 2021). Dan beberapa karya lainnya pernah dimuat di Koran Jawa Pos Radar Madura (JPRM); Majalah Sidogiri (Sya’ban1442). dan beberapa puisi juga bisa di lihat di media Online : NU Online Sumenep; Takanta.id; ddl.

Bagikan:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *