Ramadhan di Rumah Saja
Cikeu Bidadewi

Puasa ramadhan dalam keadaan pandemik Covid-19 sebetulnya saya sedikit bersyukur. Semua seperti ada hikmahnya. Lebih banyak waktu bersama keluarga. 24 jam dan 7 hari dalam seminggu. Kami memasak sahur dan menyiapkan buka bersama- sama setiap hari. Mungkin ada sesuatu yang sudah kebiasaan hilang, khususnya bagi anak-anak,  yaitu sholat taraweh di masjid. Mereka menunggu momen tersebut. Namun kami bisa melakukannya di rumah. Puasa kali ini tentu saja terasa lebih nikmat karena kami selalu menyantap makanan yang kami masak sendiri.

Andaikan tak ada pandemi ini? Saya sudah bisa bayangkan kemacetan Jakarta dan sekitarnya. Emosi seperti diuji. Mau pergi kemanapun? Kita akan dihadapkan oleh kemacetan yang luar biasa. Puasa tahun ini juga terasa hemat. Andaipun berbelanja sedikit lebih mahal akibat kenaikan bahan-bahan tertentu tapi masihlah lebih hemat jika dibanding kita makan di restoran.

[iklan]

Andaikan tak ada bencana virus ini… saya pasti sering keluar rumah berbuka puasa di luar. Bagaimana tidak? Saya punya 3 anak gadis yang mana teman mereka sekelas adalah kompak. Tiap kelas punya WAG…  Ada uang kas tiap bulan, So, hampir dipastikan kami selalu buka bersama. Sekelas. Setiap ramadhan. Seperti sudah tradisi. Mereka banyak.

Jadi, saya punya 3 anak, berarti 3 kali pula saya harus pergi ke Mall.  Saya juga punya banyak teman lain. Group arisan sekolah, group arisan tetangga, teman gaul, dll. So,  undangan bukber yang belakangan ngetrend itu pasti akan saya hadiri minimal seminggu 3x. Belum lagi dengan saudara kandung. Banyak orang bicara BukberBukber and bukber. Entahlah siapa yang memulai semuanya? Sejak kapan ini jadi tradisi dan budaya? Siapa yang mempopulerkan? I dont know.

Padahal bukber di luar itu identik dengan heboh and riweuh. Saya pernah lihat anak usia 11 tahun muntah. Mungkin dia kelelahan antri. Padahal yang dipesan hanya ayam dan kentang goreng. Minumnya soda. Tak lama kemudian anak itu muntah.

Saya sendiri pernah ribut dengan suami ketika kami berdua saling mengandalkan. Suami dari kantor sementara saya dari rumah. Ketemu di tengah alias Mall Pondok Indah. Suami, pikir saya sudah mencari table. Secara saya sebaliknya. Akhirnya waktu buka tinggal 30 menit lagi, antrian pesanan makanan mangular di manapun. Anak-anak saya, yang pada saat itu masih kecil, mulai menangis. Maka teganglah kami semua. Pulang ke rumah dengan hari kesal. Hanya membawa minuman mineral dan roti yang habis dan tak banyak pilihan dari toko roti yang paling sedikit antriannya. Plus… Kami harus melewati kemacetan parah menuju Bintaro dengan perut lapar dan emosi  di dada.  Kami tak ingin mengulangnya.

Maka ketika ada virus Corona yang luar biasa ini, jauh di lubuk hati saya sebenarnya saya merasakan kenikmatan dalam menjalankan ibadah.

Ibadah di rumah. Makan masakan rumah. Tak terjebak macet atau susah mencari slot parkir. Tak perlu antri memesan makanan dan ketika membayar di kasir. Tak perlu sibuk mencari meja untuk duduk bahkan terkadang ribut berebut bangku dengan pengunjung lain. Jika dipikir-pikir apa spesialnya makan direstoran, cafe atau foodcourt di sebuah Mall? Lelah mencari tempat duduk. Makanan yang belum tentu enak. Susah mau ke toilet. Bingung mencari tempat sholat. Ibadah terganggu. Plus harus membayar mahal untuk semua itu. Oh Tuhan…

Sementara puasa tahun ini tentu berbeda dengan puasa-puasa sebelumnya. Berbuka dengan takjil sederhana semisal teh manis hangat dengan qurma. Satu dua potong dimsum atau martabak buatan sendiri.  Semangkok kecil es campur sudah cukup membuat kami bersyukur. Lalu kami akan berwudhlu… Berbuka puasa di jeda sholat maghrib berjamaah selama 10-15 menit sungguh bukanlah suatu gangguan. Karena setelah itu kami lanjut makan jika masih lapar. Nasi panas dengan sop daging tetelan plus sambel terasi pun… sudah membuat tubuh ini berkeringat. Atau ceplok telor dengan emping dan kecap pun sudah nikmat. Bandingkan jika kita harus susah payah pergi berbuka puasa di luar.

Well… Saya tidak menggurui. Saya hanya menuliskan apa yang pernah terjadi dan saya alami. Semoga ibadah anda lancar. Salam. (CBD)

Bagikan:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *