Ramadhan I

Perjalanan masih panjang
Dan aku akan pulang
Menerjemah lebih dalam
Makna kerinduan
Yang tak ingin kuceritakan
Kecuali dengan pelukan.

Jogja 2023

Ramadhan II

Sudah 15 hari
Aku menghitung
Segala yang jatuh dari tubuhku
Dosa, cinta, dan serakah
Gugur dalam 1 jam satu malam.

Ia membentuk sungai Nil
Yang setia kuselami
Dari bau bangkai manusia
Sampai harum surga tak terkira.

Jogja 2023

Ramadhan III

Apa yang harus disesali,
Bukankah tangis akan segera pecah,
Doa-doa akan menjadi rumah
Bagi setiap lelah?

Apa yang harus disesali,
Bukankah kemenangan
Akan segera tiba
Bagi langkah yang lama menahan amarah?

Tak ada yang lebih bersih
Kecuali Ayat Suci
Tak ada yang lebih indah
Selain irama seorang pembaca
Dan tak ada yang lebih abadi
Selain puisi yang puasa
Dari hal-hal keji
Di bulan ini.

Jogja 2023

Aku Mencintaimu

Dari dalam atau pun luar sekali pun
Aku tak akan pernah mengganggu tidurmu
Selama nafasku masih berdetak di dekat bibirmu
Dan itu akan menjadi sejarah
Yang paling sering aku eja
Ketika mata tak lagi mampu
Menerjemah segala yang tak bermula.

Aku akan sering menuliskanmu puisi
Sebagai bunga mimpi
Menjadikan bibirmu metafora
Yang tak pernah mati
Mengembalikan pandangmu yang hilang
Setelah sekian lama aku tinggalkan.

Aku mencintaimu
Seperti jalan-jalan
Yang sesak akan polusi
Dan bersih dari iklan korupsi.

Aku mencintaimu
Sebelum semuanya runtuh
Dan jatuh gugur dari otakku.

Jogja 2023

Wail Arrifqi pemuda kelahiran Sumenep, Madura. Beberapa tulisannya dimuat dipelbagai media, online maupun cetak.

Bagikan:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *