TINGKAP
di tingkap ini angin berderak-derak
gelombang menerjang
tiang pancang
pantai memanggil-manggil
nelayan pulang
manusia begitu riang
di tepian pantai, mengikat angin,
ombak, dan kemilau senja pungkasan
diam-diam, air mata sama disembunyikan
di kedalaman laut pasang
di tingkap ini, cemara udang
lesu di sudut ruang
tumbuh dalam pot yang segera
tersinggung ketika engkau menyebutnya tiran
kita sama ketukan
sepanjang pantai dan hutan hujan
“dua hari lalu, jasad burung
cekakak dan raja udang
ditemukan dengan luka peluru
menerjang.”
Mjk, 28/08/2022
POTRET
di depan lobi kansa
kali terakhir bersama
liburan untuk mencegah
sekelumit keluh kesah
lelah tampak begitu ruah
berbeda dengan kanak-kanak
yang cepat mengeja bahagia
“hari kian menghimpit ri,
sesak menyeret bak lumpur
pertama yang hanyut di bulan juni.”
mungkin benar
kita adalah bayangan
mengikuti atau menjauhi
sebuah kehidupan yang yang melekat
pada langkah kaki
pengembaraan
dalam naungan cahaya
pun juga lindap kanopi rimba
kita sama berjibaku
agar tetap perawan
dalam ketidaktahuan dan pencarian
Mjk, 27/08/2022
DI ALISMU
kurebahkan diri di alismu
malam ini
saat kelopak matamu masih terbuka
kulihat mimpi-mimpi
terhampar penuh debar
beberapa sendu
sebagian besar penuh rindu mawar
di wajahmu, musim masih
dengan curah hujan nan hebat
mulai petang hingga malam lelap
basah atap, juga daun-daun
tanaman merambat
yang tumbuh
dengan iringan munajat
kurebahkan diri di alismu
malam ini, diantara gertap air
tiap berkedip
langkah-langkah waktu bergegas menyalip
bekas luka masa muda
berjalan cepat, menjauhi
hamparan tulip
Mjk, 24/08/2022
JAUH AIR
hujan hadir, sungai mengalir
namun kita sama jauh dari nyanyi air
jendela kamar rapat
menyembunyikan ruam keringat
cinta, entah tawa siapa
entah luka siapa
kecipak genangan hujan di halaman
tetap bersiul menggoda
berloncatan pada bunga asoka dan daun
pucuk merah, menggelitik dahan
palem kuning serta mangga
hujan hadir, menjadi tirai
diantara pintu dan halaman
gertapnya asyik berbisik
agar bunga-bunga lahir dalam cumbuan
jauh di dapur, sumur
telah lama pergi berlibur
kehilangan timba dan derik
putaran katrol roda
air di lindap nan dalam
memegang lengan kurus pipa
hujan hadir, kita sama jauh dari nyanyi air
hanya biasa mendengar pias
saat membilas piring dan gelas
deburnya dalam putaran mesin cuci
memelas
Mjk, 02/09/2022
Mochammad Asrori, karyanya—berupa cerpen, puisi, naskah drama, dan esai—telah terbit di berbagai surat kabar, media daring, dan buku-buku antologi bersama. Sehari-hari bekerja sebagai guru di SMKN 2 Mojokerto. Buku puisinya yang telah tebit Tiga Postur Kota (Sarbi, 2015) dan Saat Jarum Jam Bersandar di Punggung Kursi Pelabuhan (Temalitera, 2020). Pegiat Sanggar Interlude ini aktif menjadi kurator buku, editor buku, dan sesekali juri lomba kepenulisan