
Narasi Mimpi
Arunika yang mulai menampakan diri
Semangat hati yang berjuta arti
Dersik pagi menjadi saksi
Akan mimpi yang terpendam dalam hati
Dirgantara seolah tertawa
Anak kecil lugu yang termangu
Terus meraki tiada henti
Renjana dalam diri tak pernah mati
Demi orang tua dengan ribuan jasa
Karsa yang kuat tak pernah gugat
Menjadi harapan yang terwujudkan
Litani tak hentinya terucap
Agar mimpi yang tinggi menjadi yang terealisasi
Memikul beban dalam angan
Terus dikejar sampai semua kelar
Dengan renjana yang selalu ada dalam dada
Senandika tiap malam tak pernah terlewat
Meyakinkan diri agar bisa dan kuasa
Mimpi yang baswara kini telah berwarna
Tak lagi niskala yang telah tiada
Kidung kemenangan telah terdengar
Jumantara yang biru kini tak lagi ragu
Perjuangan yang panjang kini telah usang
Mimpi yang besar kini telah terkejar
November
Tentang November yang penuh dengan keluh kesah menjalani hari yang kian sulit untuk dimengerti.
Bulan ini benar-benar penuh dengan plot twist.
Menjalani kehidupan dengan sepikul harapan dua insan.
Menjadi yang terdepan walaupun gagal sekalipun.
Semakin hari rasanya semakin datar, sedih nggak, seneng juga nggak
Novemberantakan ternyata jelas adanya dan aku lalui dengan penuh lapang dada
Derai hujan yang selalu menemaniku tuk wujudkan secercah harapan
Kesepian yang selalu saja datang dibalik gelapnya malam
Tempat ternyaman yang memberiku kesempatan untuk kembali kepada Tuhan
Jalanan berlubang selalu menjadi penghalang untuk kembali pulang
Deretan bangunan menjadi saksi sebuah perjuangan
Cuaca yang panas menjadi ciri kehidupan yang ganas
Kehidupan yang patut diperjuangkan dan dipertahankan
Sampai pada akhirnya kata sukses menyertaimu langkahmu
Tak mudah memang, tapi menyerah bukanlah pilihan
Bertahan untuk menjadi pemenang dalam setiap impian
Rambut putih yang sudah menghiasi kepala mereka
Kulit yang kini tak lagi kencang
Mata yang mulai rabun, tak lagi terang
Usia yang entah sampai kapan berada didunia
Tatapanya tersirat banyak harapan padamu
Senyumnya penuh dengan cinta dan kasih
Belaian tanganya menjadikan nyaman sementara
Doa yang tak pernah putus terucap dari lisannya
Kupikir hidup Cuma menunggu waktu untuk mati
Meninggalkan dunia yang penuh huru-hara
Menuju akhirat dengan penuh rasa khidmat
Yang Terkenang
Setiap perjalanan hidup seseorang, pasti menyimpan sejuta kenangan
Tak peduli itu membuat menetesnya air mata ataupun terukirnya senyum dibibir
Mulai dari kecil yang tak tahu banyak hal, sampai dewasa yang kerap kali gagal
Pengalaman memang menjadi guru terbaik dalam menjalani hidup yang kian pelik
Dan menurutku, kita tak perlu menyesali hal buruk apa yang dilakukan kita dimasa lampau
Karena itu yang membuat kita menjadi orang seperti sekarang
Terutama waktu kecil, dimana yang kita pikirkan hanyalah belajar dan bermain, tak lebih dari itu
Banyak sekali kenangan yang terekam tentang masa kecil yang ingin diulang
Mungkin mesin waktu bisa mengembalikanya?
Ahh, itu hanya khayalanku yang terlalu, sebab dewasa membuatku kerap menghalu
Terkadang tatkala malam mulai datang dan kamar menjadi tempat ternyaman
Disitu pula aku mulai menghayal tentang banyak hal yang telah lama tertinggal dan menjadi kenangan
Namun begitulah semesta, yang telah jauh membawa kita menuju dewasa yang menyiksa
Tapi apa boleh buat, hidup terus berjalan untuk kenangan yang berkesan
Entah waktu yang terlalu cepat berlalu, atau kita yang terlalu lambat melakukan sesuatu
Angan Petang
Semburat jingga perahan datang dari ufuk barat
Mengisyaratkan surya yang harus pergi
Kini bagian purnama yang menerangi
Bersama gemerlap bintang yang melintang
Panggilan sembahyang mulai berdendang
Pencari rezeki pun kunjung pulang
Mengakhiri hari dengan muram
Mengakhiri hari dengan murung
Seperti ufuk barat yang selalu menunggu kehilangan sang rawi
Aku ingin seperti dia
Setia akan sebuah kehilangan yang sementara
Aku juga ingin seperti ufuk timur
Menyambut sang surya untuk mulai bekerja
Yang menjadi awal dari sebuah kisah yang indah
Andika Tara Prian Saputra atau penulis puisi yang lebih dikenal dengan nama pena Diktar, merupakan seorang mahasiswa pada sebuah perguruan tinggi di Purwokerto, Banyumas, tepatnya di Universitas Islam Negeri Prof.K.H. Saifuudin Zuhri Purwokerto. Andika atau Diktar sudah mulai menyukai dunia tulis menulis sejak duduk dibangku Sekolah Dasar. Karya-karya yang sudah ditulis juga pernah dimuat pada sebuah laman web tajdid.id. Selain itu, ia juga kerap kali mengikuti lomba-lomba cipta puisi baik offline maupun online dan tak jarang pula ia memenangkan beberapa perlombaan tersebut. Selain sering mengikuti perlombaan, ia juga aktif dalam Komunitas Cipta Gembira Indonesia. Berasal dari sebuah desa kecil di Kabupaten Banjarnegara, tak membuat dirinya putus asa untuk menjadi seorang penulis atau penyair hebat seperti Pramudya Ananta Noer yang juga merupakan salah satu penulis favoritnya.