ANTAH BERANTAH

Purnama malam  ini
Tepat jatuh di bulan Juni
Ia mengerti diri terus menanti
Sepasang bola mata yang penuh arti
Meski jauh di ufuk timur sana
Tak ada lagi pelipur lara tuk bermuara
Tapi dengarlah
Rindu ini takan terobati
Jiwa dan ragamu tlah abadi
Pada alam yang belum sempat ku jelajahi
Aku meniti sesuatu yang tak pasti
Merangkai kisah bersejarah
Pada dunia antah berantah

ANAK RANTAU

Gemintang dalam kelam
Perlahan hilang ditelan malam
Hidup di kota orang
Jauh dari peradaban
Aku si anak rantauan
Memisah diri demi mencari cuan
Tak bisa dijelaskan
Merindukan kampung halaman
Demi sebuah pekerjaan

Aku si anak rantau
Menggenggam, mencekram
Di tengah kemuraman dari hantaman kehidupan
Menutup luka, menawarkan tawa
Saat ditanya “Apakah  baik-baik saja?”

PENGORBANAN

Desah angin mengusik daun
Terbawanya pada lamunan
Menanti kabar yang tak kunjung datang
Hari, bulan dan tahun terus mendaur
Tapi aku masih terkubur
Jawaban datang sisakan kepedihan
Tertatih-tatih, terjungkal, hingga tertendang
Kembali lagi merajut kehidupan
Memburu dan menunggu
Hanya itu yang bisa dilakukan
Pada diri yang penuh kesiapan

GUNUNG

Semilir angin menyentuh diri
Mengajakku memandang kau yang gagah berkharisma
Ribuan kicau burung mengiringi
Bunga-bunga mekar menghiasi
Ku lihat kau dari jauh
Tampak indah menjulang tinggi
Gagah bergandengan dengan awan
Itulah keindahan yang Tuhan berikan

REMANG

Remang
Ditengah heningnya malam
Kau hadir dalam rembulan
Yang bersembunyi dibalik awan
Ku ikuti redup cahaya bulan
Mengajaku bertualang
Bersemayam , hingga lupa jalan pulang
Ku harap ini takan membenam

Ananda Fitria Ramadhanti, mahasiswi Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Muhammadiyah Purwokerto. Lahir di Banyumas, 18 Desember 2001. Agama Islam. Hobi menulis, dan menyanyi

Bagikan:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *