Selama bertahun-tahun garis waktu itu berputar dari pertama bentuk itu tercipta hingga sampai akhir masanya. Begitulah Momen yang terasa pada acara edisi ke 221 KENDURI CINTA, pada tanggal 18 Juni 2022, di pelataran Gedung Fakulas Ilmu sosiologi Politik (FISIP) di Universitas Muhamadiyah Jakarta, Ciputat, Tangerang Selatan, Banten.
Pada kesempatan itu sebuah perayaan 22 tahun Kenduri Cinta atau bisa disingkat (KC), yang di hadiri oleh bermacam-macam kalangan masyarakat, dan bermacam usia, dari tahun 2000-an hingga sampai tahun 2022, sebuah forum kajian yang berjalan bertahun-tahun di tengah masyarakat yang dipelopori oleh Muhammad Ainun Nadjib atau biasa dikenal Emha Ainun Nadjib (MH) atau Cak Nun atau Mbah Nun adalah seorang tokoh intelektual Muslim Indonesia atau biasa dipanggil Cak Nun. Sebuah forum kajian masyarakat Egiliter atau bersikap sosial, berdiri sama tinggi duduk sama rendah terlihat sangat jelas khazanahnya sebuah kekayaan intelektual yang terkenal di gelar dengan cara lesehannya dalam sebuah pengkajian yang di bawakan oleh MH. Bertahun-tahun acara tersebut melakukan estafet yang tanpa disadari oleh beberapa anggotanya atau pengunjung yang berawal dari ajakan teman, lalu teman tersebut mengajak temannya lagi dan seterusnya hingga linimasa mencatat sampai edisi 221, yang bertepatan dengan perayaan ulang tahun yang ke 22 tahun, yang sangat disayangkan acara tersebut tidak bisa dihadiri sendiri oleh MH itu sendiri, dikarenakan permasalahan kesehatan beliau.
Acara tersebut seperti biasa sebuah forum pengkajian yang dipandu oleh Fahmi selaku pengurus KC dan beberapa narasumber tetap yang biasa mendampingi MH untuk melakukan sebuah kajian, lalu disela-selanya pertunjukan tersebut disisipkan pertunjukan musik yang sangat syarat makna yang lebih menarik lagi pertunjukan musik tersebut diiringi dengan tarian Darwis sebuah tarian cinta yang berputar seperti gangsing bertumpuan pada satu poros yang terlihat amat eksotik itu, merupakan salah satu ritual keagamaan dari tarekat Naqshbandi Haqqani Rabbani. Dimana tarian itu mencoba mencapai ekstase spiritual, seperti yang diajarkan sang guru, Jalaluddin Rumi, lebih dari delapan abad lalu.
Semakin malam justru acara tersebut semakin seru, pesta, sebuah sinonim kata dari kenduri itu sendiri. Perayaan cinta. Yang terkenal bisa sampai memasuki waktu dinihari tersebut ditutup oleh doa dan sajian roti khas Betawi atau yang bisa dikenal dengan ‘roti buaya’ lalu tidak lupa untuk melakukan doa bersama untuk kesembuhan sang tokoh Kenduri Cinta Emha Ainun Najib agar bisa memberikan kajian lagi untuk seluruh kalangan masyarakat.(BS/19/6/22)