Novel yang berjudul Guru Aini karya Andrea Hirata merupakan novel yang bercerita tentang perjuangan seorang guru Matematika yang mengabdikan diri di daerah terpencil di Pulau Tanjong Hampar yaitu Kampung Ketumbi. Guru tersebut bernama Desi Istiqomah, ia merupakan guru muda yang memiliki pemikiran tinggi. Seorang guru yang memiliki impian untuk mengajarkan Matematika kepada anak-anak yang tinggal di kampung pelosok, untuk menyukai sekaligus supaya mereka pintar dengan mata pelajaran Matematika. Impian ini bukan hanya sekedar idealismenya saja namun juga strategi untuk memberikan kepercayaan diri bagi anak-anak yang berada di daerah pelosok. Bahwa anak-anak tersebut juga mampu meraih sesuatu yang selalu mereka bayangkan tidak mungkin dapat mereka raih yaitu mendapatkan nilai matematika bagus.

Guru Desi merupakan tokoh utama dalam novel Guru Aini karya Andrea Hirata yang digambarkan secara antagonis yang memiliki karakter pemarah, ditakuti oleh muridnya, dan tidak memiliki sikap toleransi. Namun kenyataannya bahwa guru Desi memiliki karakter penyabar, hal ini terlihat dari ketabahannya mengajarkan matematika pada Aini. Ketabahan dan kesabaran guru Desi dalam mengajarkan Matematika kepada siswanya dapat dilihat pada kutipan berikut :

“Tanpa diketahui Aini, guru Desi pun menggigit jarinya karena geram tak kunjung menemukan cara untuk mengajarinya muridnya itu. Dicobanya berbagai metode pengajaran Matematika, tak ada yang berhasil.” (hlm: 178).

Pada kutipan diatas, guru Desi sudah berkali-kali mengajari murid-muridnya terutama siswa yang bernama Aini, namun nilai Aini tetap saja seperti sebelumnya. Aini memang murid yang paling anti pada mata pelajaran Matematika. Namun, guru Desi tetap berusaha mengajar dengan menerapkan berbagai teknik yang berbeda. Bahkan guru Desi merasa bahwa dia gagal sebagai guru karena tidak mampu mengajarkan Matematika dengan baik pada Aini.

Alur dalam novel Guru Aini yaitu menggunakan alur maju. Hal ini terlihat dari pengisahan cerita seorang guru matematika bernama Desi Istiqomah memiliki prinsip yang teguh pendirian, walaupun ia mengabdi ditempat terpelosok di daerah Ketumbi. Keadaan seperti ini tidak membuat ia patah semangat dalam mengabdi sampai ia menemukan seorang siswa yang bernama Aini yang juga pintar dalam matematika seperti dirinya, sehingga Desi ini bisa mengantarkan siswanya ke pintu kesuksesan.

Yang menarik dari novel tersebut yaitu sangat memberikan inspirasi terutama untuk pelajar remaja, bahwa tidak hal yang tidak mungkin di dunia ini. Ilmu bisa dipelajari dan diperjuangkan. Berani bermimpi dan gigih dalam mewujudkannya. Amanat yang disampaikan dalam novel juga sangat menarik dan memotivasi. Penggunaan bahasa yang digunakan dalam novel ini sangat bagus dan mudah dipahami. Terkadang sesekali diiringi sendau gurau agar pembaca tidak merasa bosan untuk membacanya. Alurnya mudah diikuti sehingga pembaca selalu ingin membaca novel ini dari bab ke bab hingga tuntas.

Pada novel yang berjudul Guru Aini karya Andrea Hirata ini mengingatkan saya pada novel Sang Pemimpi yang sama saja karya dari Andrea Hirata. Kedua novel tersebut mengandung nilai pendidikan. Novel Sang Pemimpi berkisah mengenai persahabatan yang berujung untuk mendapatkan pendidikan yang layak. Penulis menggambarkan bahwa cita-cita memang harus diwujudkan dengan tekad yang kuat. Kisah novel tersebut di dalamnya mengangkat beberapa tokoh, seperti Arai yang hidupnya sangat sebatang kara, lalu ada tokoh seorang Jimbron yang teguh dalam prinsip agama Islamnya, walaupun sedari kecil ia dididik oleh seorang pendeta dan tokoh yang bernama Ikal yang orang tuanya akan mengalami kebangkrutan.

Ketiga anak Melayu Belitong tersebut dengan penuh semangat, pengorbanan dan lika-liku kehidupan yang nyata sehingga bagi pembaca percaya akan adanya kekuatan cinta, percaya dan kekuatan mimpi serta adanya kekuasaan dari Sang Maha Pencipta yitu Allah SWT. Ikal, Arai dan Jimbron berjuang demi menuntut ilmu di SMA Negeri Bukan Main yang jaraknya lumayan jauh dari perkampungannya. Mereka tingga di salah satu los pasar kumuh Magai Pulau Belitong. Mereka bekerja sebagai kuli ngambat untuk tetap bisa hidup sambil belajar.

Sementara itu, untuk kelebihan dari novel Sang Pemimpi yaitu memberi semangat dan motivasi bagi pembacanya, dari segi beragam bahasa yang membuat pembaca merasa berada dalam cerita. Hal ini tidak lepas dari kecerdasan penulis menggunakan imajinasi berfikir yang dituangkan dengan bahasa-bahasa intelektual. Penulis juga menjelaskan tiap detail latar yang melatari adegan demi adegan.

Sedangkan kekurangan dari novel ialah banyak menggunakan bahasa yang pembaca menjadi tidak mengerti apa maksud dari yang dibicarakan, seperti adanya bahasa Melayu. Mungkin ada sebagian orang yang pagam dengan bahasa Melayu dan ada juga yang tidak.

 

*) Febia Rahmawati, lahir di Cilacap 21 Februari 2001. Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, UMP. Ia dapat dihubungi melalui ig: febiarhm_

Bagikan:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *