Pementasan drama di Indonesia pada tahun 2019 mulai terlihat geliatnya, seniman-seniman semakin kreatif dalam menggabungkan kesenian tradisi dengan modern, satu di antaranya adalah pementasan Opera Melayu berjudul Mencencang Air karya Asrizal Nur. Pementasan yang akan di selenggarakan pada 12 Juli 2019, pukul 19.30 WIB di Sasono Langon Budoyo Taman Mini Indonesia Indah menghadirkan beberapa pemain dari 4 Negara. Satu sutradaranya adalah Mohd Diani Kancil dari Malaysia. Beberapa minggu menjelang pementasan tiket sudah hampir habis, namun bagi siapa saja yang akan menyaksikan pementasan ini masih bisa memesan tiket melalui Online atau menghubungi nomor-nomor yang tertera pada poster pementasan. Ini ini terdiri dari tiket VIP Rp 250.000 dan Tiket umum Rp 100.000, harga tiket sudah termasuk biaya masuk Taman Mini Indonesia dan souvenir-souvenir menarik lainnya. Untuk cara pembelian dapat ditransfer ke BRI Kanca Depo, no rek 0538-01-006046-53-0 An.Perkumpulan rumah seni Asnur.

Inilah Sinopsis Pementasan ‘Mencengcang Air’

Syahdan di negeri antah berantah tersebutlah kerajaan besar bernama : Indrapura Raya, kerajaan damai, kaya dan sejahtera. Kekayaan alam dan kedamaian kerajaan itu menyebabkan lanun dari Negeri jauh berhasrat untuk merompak kerajaan tersebut. Pada suatu masa mereka datang dengan pasukan besar. Kerajaan damai itu tidak siap mengahadapi serangan mereka, akhirnya Raja Indrapura Raya dan permasuri terbunuh, untunglah ke empat putranya berhasil diselamatkan oleh pemuka kerajaan.

Empat Puluh tahun kemudian, setelah runtuhnya kerajaan Indrapura Raya, berdirilah kerajaan baru bernama Indrapura Diraja, dipimpin oleh seorang Raja yang bijaksana. Ia memiliki seorang putri cantik jelita dan santun budi pekertinya. Kecantikan dan berbudi bahasanya itu tersebar sampai ke berberapa kerajaan tetanga, diantaranya Kerajaan Malaya dan Kerajaan Borneo. Sultan Kerajaan Malaya datang langsung menemui Raja Indrapura melamar putri untuk putranya, Raja tidak langsung menerima tetapi meminta waktu untuk mempertimbangkannya. Tak lama kemudian datang Sultan Borneo bermaksud sama.

Raja Indrapura diberada di posisi serba salah. Untuk menentukan sikapnya maka Raja mengumpulkan pemuka Istana dan kepala-kepala daerah sekitar kerajaan untuk musyawarah mufakat. Tersebutlah seorang Datuk bernama Datuk Padekik menyampaikan usulan agar putra-putra dari lingkungan kerajaan Indrapura juga diberi kesempatan untuk melamar putri Raja, kendatipun niatnya adalah ambisi untuk mendapatkan putri untuk dipersunting putranya. Dari usulan itulah muncul ide diadakannya sayembara, siapa yang menang dapat mengikuti sayembara antara kerajaan Indrapura, Borneo dan Malaya dan pemenang berhak mempersunting putri Raja. Sayembara pun dilaksanakan dengan peserta antara lain tiga putra terbaik : Putra Datuk Bendahara, Putra Datuk Pedekik dan Putra Datuk Bebengkot. Sayembara itu dimenangkan oleh Putra Datuk Bendahara.

Datuk Padekik yang memiliki ambisi untuk anaknya, kecewa berat karena dikalahkan wasit dalam sayembara itu, inilah awal petaka itu. Datuk Padekik yang dipercaya untuk mengantarkan surat Raja ke Sultan Malaya dan Borneo malah mengganti surat itu dengan isi berbeda dan menyampaikan fitna luar biasa, sehingga kedua kerajaan itu marah dan menyerang kerajaan Indrapura.

Ulah Datuk Padekik memfitnah sebenarnya sudah diberi isyarat oleh Datuk Kelana, menyindir dengan lagu pantunnya, namun karena amarah sudah merasuk sukma akhirnya mereka menyerang kerajaan Indrapura.

[iklan]

Ketika pasukan Sultan Malaya, pasukan Sultan Borneo sudah berada di wilayah kerajaan Indrapura siap untuk berperang, disaat inilah muncul Datuk kelana, Datuk Senggoro mengehentikan peperangan tersebut dan membuka rahasia yang selama ini ditutup rapat karena dicemaskan akan didengar Lanun negeri jauh yang masih berkuasa diam-diam di kerajaan itu akan menghancurkan mereka bila bersatu. Keempat Sultan itu yakni Sultan Indrapura, Sultan Malaya, Sultan Temasik dan Sultan Borneo sebenarnya ada adik beradik, anak Raja Indrapura yang diselmatakan oleh pemuka Istana diantaranya tak lain adalah Datuk Bendahara yang mereka kenal sebagai Datuk Kelana dan Datuk Laksemana yang dikenal sebagai Datuk Senggoro.

Setelah semua tahu ihwal hubungan persaudaraan itu peperangan dapat terelakan, dan masing-masing Sultan karena mengetahui Raja Indrapura adalah saudara mereka dan tidak dibolehkan anak mereka menikah maka akhirnya mengiikhlaskan Putera Datuk Bendahara menikahi Puteri Raja. Tak putus air dicencang.

Selamat Menyaksikan! (NS)

Bagikan:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *