Cevi Whiesa Manunggaling Hurip begitulah Penyair yang satu ini memperkenalkan nama. Dari biografi singkatnya terbaca bahwa Sang Penyair mempunyai potensi multi talenta. Betapa tidak, di tiga puisinya pun terendus adanya beberapa rasa yang datang hampir bersamaan, namun sanggup diusahakan dilayani secara bersamaan juga. Gejala multi talenta ini semakin terlihat di tiga puisinya, lihat saja di besutan puisi /Negeri Kolor/. Puisi ini mencoba menarasikan fakta keseharian menjadi jajaran kata bermakna, yang kadang diperlukan sedikit pikir agar berhasil menelusuri segala makna, baik yang tersembunyi di balik kata atau pun yang tertampamg gamblang di depan cahaya. Talenta membuat pilihan kata yang rumit diungkapkan menjadi diksi yang mengundang imajinasi terendus di Puisi ini.

Puisi berikutnya :
/Harapan Terasingkan/
Di sini talenta berkelit terlontar kuat dan cenderung jenaka tertangkap di perkelitannya
seolah berkata segalanya
/hanya soal waktu/.

Begitu juga di puisi ketiganya ada Talenta berbeda lagi, yang tersebar aromanya. Temukan pada lipatan-lipatan diksinya. (redaksi).

Negeri Kolor

Celanaku, Si Batik asal tanah kelahiran
Tak pernah menggerutu
Pada Kaos impor di atasnya
Mereka akur-akur saja, seperti;
Sebada hajat demokrasi
Tapi, tak ada damai bagi Si Kolor
Terperangkap di ruang pengap
Padahal ia sangat tabah
Menjaga harga dan jati diri
Tapi, Si Batik dan Si Kaos bilang
Beruntunglah Si Kolor, aman dari bahaya
Pandangan dan pikiran liar
”Lebih baik di negeri sendiri, sengsara
Sedikit gak apa-apa” Katanya.
Lantas kenapa kau aman-aman saja, Batik?
”Jelas, sebab aku punya dua nama, Kuno.”

2021

Harapan Terasingkan

Terasingkan kita oleh senyap orasi
Yang biasa menggema di pusat kota
Berpindahnya mulut pada layar
Membungkam teriak dan keinginan
Suaranya nyaris tak terdengar lagi
Dikecoh tumpukan tutorial
Disamarkan goyangan remaja

Pada keagungan waktu
Banyak yang menitipkan harapan;
Seperti bandrol mengurangi angka nol
Atau sembako tak sok jual mahal
Namun, nadi terus berdenyut
Semua harap dan semboga berkumpul
Menggelegar lagi di tubuh jalan
Hanya persoalan waktu

2021

Hikayat

Yang tertidur pulas di trotoar bersaksi
Kehidupan tak melulu perihal senja
Atau minum kopi di beranda kafe
Melainkan mengubah botol plastik
Menjadi sebungkus nasi, segelas teh
Atau sepotong roti pondasi hari
Sesungguhnya ia merasakan kehidupan
Bukan sebatas menyicipi hidup saja

2021

Cevi Whiesa Manunggaling Hurip lahir dan tinggal di Tasikmalaya. Puisinya dimuat di berbagai portal media online, di antaranya Haripuisi.id, Inskripsi.com, dan Klikanggaran.com. Kumpulan puisi pertamanya berjudul Setia Ialah Farhatun terbit tahun 2020 (langgam pustaka). Selain menulis, aktif sebagai dalang wayang golek, penyiar di Radio Pemerintah Kabupaten Tasikmalaya, mengajar di beberapa sanggar seni, madrasah, dan taman baca masyarakat.

Bagikan:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *