Mbludus.com
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Berita Terkini
  • Humaniora
    • Sosial Politik
    • Sosialita
    • Pendidikan
    • Tradisi
    • Lingkungan
  • Sains
  • Penulis
  • Sastra
    • Cerbung
    • Cerpen
    • Dongeng
    • Drama
    • Kritik Sastra
    • Puisi
  • Kreasi
    • Bisnis
    • Musik
    • Sinematografi
  • Merchandise
    • Buku
    • Baju
    • Kerajinan Tangan
  • Lainnya
    • Profil Redaksi
  • Beranda
  • Berita Terkini
  • Humaniora
    • Sosial Politik
    • Sosialita
    • Pendidikan
    • Tradisi
    • Lingkungan
  • Sains
  • Penulis
  • Sastra
    • Cerbung
    • Cerpen
    • Dongeng
    • Drama
    • Kritik Sastra
    • Puisi
  • Kreasi
    • Bisnis
    • Musik
    • Sinematografi
  • Merchandise
    • Buku
    • Baju
    • Kerajinan Tangan
  • Lainnya
    • Profil Redaksi
No Result
View All Result
Mbludus.com
No Result
View All Result
Home Musik

Musik Tradisi Sumatra

Mbludus by Mbludus
19 November 2019
in Musik
Reading Time: 4min read
0
musik sumatra

Menelisik Jejak Musik Tradisi Sumatera

RELATED POSTS

Perjalanan Musik Felix Irwan

Alip Ba Ta The Humble Guy

Makna Lagu Satu, Dua dan Tiga

Teks dan Foto oleh Christian Heru Cahyo Saputro

Asal usul dan perkembangan musik tradisional Sumatera belum bisa tergambar secara jelas. Sebab ada benang merah sejarah yang terputus selama lebih kurang delapan abad. Ini perlu diungkap.

Dari sejarahnya secara umum fungsi musik memang ditujukan untuk keperluan keagamaan (religi), kepentingan sosial, dan sebagai hiburan. Para pendakwah agama di Sumatera pada umumnya memanfaatkan musik sebagai media dakwah. Misalnya, para pendakwah Islam yang masuk wilayah ini, mereka memperkenalkan musik gambus.

Dalam perjalanannya setiap adat budaya suatu suku bangsa mengalami proses akulturasi yang selanjutnya menjadi alat pemersatu. Seni budaya (kesenian) pada umumnya berangkat dari nilai-nilai nurani yang memiliki nilai-nilai filosofi luhur. Demikian juga dengan perkembangan musik di wilayah Sumatera.

[iklan]

Menurut Curt Sachs perkembangan musik tradisional, seperti melalui proses evolusi dan tentu saja, perkembangan itu sangat dipengaruhi situasi sosial, politik, dan ekonomi masyarakat pada saat itu.

Meskipun demikian, dapat diciri musik tradisional Sumatera dari Nanggroe Aceh Darusallam (NAD) sampai ke Lampung tumbuh sejak zaman animisme dan lebih menonjol di zaman penyebaran agama Islam.

Menurut para ahli, perkembangan musik tradisional Sumatera berjalan seiring dengan cerita rakyat (folklor) lisan. Dimulai dengan pemberian semacam notasi  pada syair-syair cerita untuk dijadikan lagu yang selanjutnya diiringi dengan tetabuhan. Instrumen musik juga digunakan sebagai ungkapan komunikasi personal , mengiringi kegiatan adat dan upacara ritual keagamaan.

sumatra barat

Pada era berikutnya, dipakai sebagai sarana hiburan, dan fungsi sosial musik yang paling jelas kentara adalah pada pengiring lagu yang pengungkapannya mengacu pada notasi dan ritme. Isi nyanyian pun bisa bersifat mendidik, sindiran, pujian dan ungkapan yang menyatukan emosi individu dan kelompok.

Musik Religi

Secara umum fungsi musik memang ditujukan untuk keperluan keagamaan (religi), kepentingan sosial, dan sebagai hiburan. Para pendakwah agama di Sumatera pada umumnya memanfaatkan musik sebagai media dakwah. Misalnya, para pendakwah Islam yang masuk wilayah ini, mereka memperkenalkan musik gambus.

Pada masa itu, gambus diamainkan untuk mengiringi sayair-syair berbahasa daerah di Sumatera yang dipadu dengan sayair berbahasa arab. Kreasi perpaduan instrumen dan syair pun menjadi indentitas musik Sumatera yang lebih didominasi keislaman. Tak heran jika dari berbagai jenis lat musik tersebut, ada kesamaan bentuk dan fungsi dari setiap daerah.

sumatra barat

Misalnya, alat musik rebana, yang dikenal sebagai pengiring syair-syair Barzanji dan upacara-upacara Islam, dimiliki hampir disetiap daerah di Sumatera. Tentu dengan nama yang berbeda-beda. Dari aceh ada alat musik sejenis rebana yang diberi nama rapa daboih, rapai geurimpheng, papai pase, geundrang dan repana.

Rabai geurimpheng dan rapai pase merupkan alat musik yang dipergunakan sebagai pengiring pada kesenian yang menampilkan sejumlah pembawa syair (radat/temarok) yang melantunkan syair-syair agama berisi nasehat. Untuk rapai geurimpheng biasanya dimainkan dengan jumlah pemain 10 -20 orang, sementara pemain rapai pase lebih banyak lagi, biasanya 60 orang.

Di Sumatera Barat, jenis alat musik membranafon yang sering dipergunakan untuk mengiringi lagu-lagu dan upacara keagamaan natara tasa (pengiring tambur pada tabot) dan indang atau rapai (musik pengiring tari dari syair berisi nasehat agama).

Dari Riau ada marwas untuk iringan tari zapin dan dari Bengkulu ada rebana, tasa, dan dol (untuk pengiring tabot). Sementara dari Sumatera Selatan ada terbangan, rebana, gendang burdah yang semuanya untuk iringan kesenian bernafaskan Islam. Begitu juga dari Lampung  dikenal terbangan, berdah, rebana dan gindang.

Pada alat musik aerofon dan kardofon, juga terdapat sejumlah kesamaan antardaerah di Sumatera. Ini menunjukkan bahwa telah terjadi akulturasi dan pergesekan antarbudaya pada suku bangsa dipulau ini. Misalnya, alat musik akrordion, gambus, biola, kecapi, hampir semua derah di Sumatera memilikinya, meski dengan nama dan fungsi beragam.

Pada alat musik jenis idiopon kesamaan antar daerah juga terlihat. Barangkali perbedaannya hanya pada nama dan cara pukulan. Misalnya, jenis boning, di Aceh ada yang bernama canang situ di Sumatera Barat dinamakan talempong pacik, di Bengkulu disebut kulintang, di Sumatera Selatan disebut kenong dan di Lampung dinamakan talo.

Musik Ritual

Sementara jenis alat musik yang sejak masa animis dipakai dalam upacara-upacara adat juga terlihat diberbagai daerah.  Dari Aceh ada rapai daboih, sejenis gendang yang dipergunakan untuk menampilkan atraksi berbagaai mistik semacam debus di Banten. Dari Sumatera Utara ada fondrahi juga sejenis gendang yang dipakai dalam upacara religi penyembuhan penyakit.

Suku Mentawai (Sumatera Barat) memiliki sejenis alat musik gendang yang disebut kateuba yang dipergunakan untuk mengiringi upacara-upacara adat. Aslinya alat musik ini terbuat dari batang aren yang dilubangi dan bagian atasnya ditutup dengan kulit biawak atau kulit ular. Suku Talang Mamak (Riau) memakai alat bernama ketabong untuk menggelar acara bakumantan yaitu upacara menggelar roh-roh jahat.

sumatar barat

Memang masih perlu ada penelitian lebih lanjut untuk mengetahui asal-usul serta perkembangan musik tradisional Sumatera. Keterputusan sejarah yang cukup lama, sejak abad keempat sampai ke-12 Masehi masih menyimpan misteri. Siapa yang tertantang untuk menguak kotak pandora dan menyambung buhul sejarah musik Sumatera yang terputus? Tentu, ini menjadi  pekerjaan rumah kita semua.

Christian Heru Cahyo Saputro, penghayat kearifan lokal dan  peneliti Folklor pada   Sekelek Institute Publishing House, tinggal di Lampung.

Tags: lampungmitos musikmusik sumatrasumatra barat
ShareTweetPin

Related Posts

Perjalanan Musik Felix Irwan
Musik

Perjalanan Musik Felix Irwan

26 Januari 2021
Alip Ba Ta The Humble Guy
Musik

Alip Ba Ta The Humble Guy

25 Januari 2021
Makna Lagu Satu, Dua dan Tiga
Musik

Makna Lagu Satu, Dua dan Tiga

31 Desember 2019
Kesenian Genjring Bonyok
Musik

Kesenian Genjring Bonyok

17 Desember 2019
Sejarah Hip Hop
Musik

Sejarah Hip Hop

10 Desember 2019
kendang
Musik

Kendang

3 Desember 2019
Next Post
kangen rendra

Rindu Rendra Megatruh

Mimpi Penjual Roti

Mimpi Penjual Roti

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Follow Me

Popular Stories

  • Hikayat Si Miskin

    Hikayat Si Miskin

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Main Bola Bekel

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Permainan Keripik Jengkol

    1 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Cerita-Cerita di Musim Hujan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Hikayat Panji Semirang

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

Berita Terkini

Reuni Tipis-Tipis Para Penulis

Reuni Tipis-Tipis Para Penulis

31 Juli 2022
Sayembara Buku Puisi Hari Puisi Indonesia 2022

Sayembara Buku Puisi Hari Puisi Indonesia 2022

29 Juli 2022
100 Tahun Chairil Anwar

100 Tahun Chairil Anwar : Sederhana tapi Mendunia

28 Juli 2022

Puisi

Sunyi Sunyaruri

Sunyi Sunyaruri

11 Juli 2022
Adorasi

Adorasi

3 Juli 2022
Aku Ingin Pulang ke Rahimmu

Aku Ingin Pulang ke Rahimmu

26 Juni 2022

Cerpen

Jalan Hidayah

Jalan Hidayah

26 Juni 2022
Peniup Saksofon dan Anjing yang Mati Suri

Peniup Saksofon dan Anjing yang Mati Suri

5 Juni 2022
kucing

Kucing Persia

22 Mei 2022
Free counters!

Alamat Redaksi

Bermis Serpong ASRI Blok B7/19 RT/RW 02/04, Cisauk - Tangerang

Hub : 0877 8848 4000

Untuk Pengajuan Iklan dan Kerja Sama Hubungi:

redaksi@mbludus.com
dapoertjisaoek@gmail.com

Syarat dan Ketentuan

Definisi

Ketentuan Layanan

Ketentuan Konten

Penggunaan dan Hak Cipta

Undang-Undang ITE

Tim Redaksi

Penerimaan Naskah

Kategori

  • Berita Terkini
  • Bisnis
  • Buku
  • Cerbung
  • Cerpen
  • Dongeng
  • Drama
  • Kritik Sastra
  • Lingkungan
  • Musik
  • Pendidikan
  • Profil Redaksi
  • Puisi
  • Sains
  • Sinematografi
  • Sosial Politik
  • Sosialita
  • Tradisi

© 2021 Dapoer Sastra Tjisaoek.

No Result
View All Result
  • Beranda
  • Berita Terkini
  • Humaniora
    • Sosial Politik
    • Sosialita
    • Pendidikan
    • Tradisi
    • Lingkungan
  • Sains
  • Penulis
  • Sastra
    • Cerbung
    • Cerpen
    • Dongeng
    • Drama
    • Kritik Sastra
    • Puisi
  • Kreasi
    • Bisnis
    • Musik
    • Sinematografi
  • Merchandise
    • Buku
    • Baju
    • Kerajinan Tangan
  • Lainnya
    • Profil Redaksi

© 2021 Dapoer Sastra Tjisaoek.