Puisi adalah alat penyampai apa pun yang menjadi kegelisahan atau kecamuk pikiran. Apa yang dirasa, dilihat, didengar bisa menjadi pintu keluar untuk menghasilkan puisi. Jadi, puisi bisa lahir dari berbagai peristiwa, bisa peristiwa remeh-temeh atau peristiwa luar biasa. Yang penting, bagaimana fakta itu menjadi fiksi, diperlukan sentuhan imajinasi, asosiasi sampai pada perkara metafora. Perangkat itulah yang membedakan puisi (sastra) dengan berita atau sejarah. Selalu, peristiwa dalam puisi berfungsi menghidupkan imajinasi dan asosiasi pembaca. Teks (puisi) jadinya punya cantelan konteks. Itulah yang dilakukan Cunong, selamat membaca. (Redaksi).

[iklan]

Puisi-Puisi Cunong Nunuk Suraja

Aku Menjaring Senja

tangisan kekasihku melelehkan hujan dalam kubang french fries berkeju
menelikung nafas kompor meremas fried chicken terbalut saus tomat
merah lidah api memanggang diksi puisi mengeras hangus badai

adakah ini gerbang waktu membidikmu?
atau lika liku luka nganga lelaki lugas macammu
ilalang yang tegak menaburkan bunga telah tergolek kering
semarak nyala kunang-kunang pesta musim kawin di ujung hujan

2081

Aku Menulis Senja

perlahan usia mengamitku ke pojok kafe rimbun mendidihkan
mengurai jejak imaji diksi lumer dihimpit chicken sandwiches

kekhawatiramu akan jantung waktu merembeskan jam tik tok tengara
membuahkan ilusi senja pelangi bidadari mandi cahaya sore
di persawahan yang mulai rimbun mengabarkan harap kunang-kunang
pesta lampion mengundang gerimis warna saat purnama bulan biru

Pangeran Kodokmu menunggu di pintu cafe dengan memegang balon ulang tahun

2081

Meremas Malam

badai bulan Juni mendesak cuaca pada tepi suhu tujuh derajat lebih
menandai bergolaknya tubuh bumi gelombang pantai membuih-buih
mengeja nama juga usia petualang di jalan hutan sesiang mendung

geriap sulur waktu menambat perahu batal melaut

senja masih jauh merengkuh jaring menjebak laron terbang
sore memburu lampu kota meremas birahi musim semi
aroma semerbak sajak terkait bait-bait di matamu memanik tikam rindu Ramadan bertandang

senja melengkapi rakaat ketiga saat laut menggumul pasir membuih di bibir jam

nasib menghantar menghantam jejak
merayapi perbukitan rindu kota urban
renta tulang terjerembab tumbang jurang pailit
sakit mendera hingga kampung halaman

2081

Terbelit Musim

Saat musim melipat jarak tersembul jejak Ben Abel tertimbun buku Saut Situmorang yang berkeredep membalikkan punggung jarum waktu Yogyakarta dikemas Katrin Bule menguliti sastra wangi Medy Loekito dan Tulus Wijanarko dalam strip comical Agustinus Wahjono. Musim pun berganti saat autum fall dedaunan bersolek warna ikan Rukmi Wisnu Wardani menarikan puisi Sihar Ramses Simatupang menjajakan imaji Anggoro Saronto teremas bilur-bilur Graffity Gratitude dalam pusara Asep Sambodja

2081

Terperangkap Pelangi

kabar burung meretas jajaran kawat bisu penanda nada
geletar sayap makna merampok bunyi desis peluit kepala
bertaburan bintang-bintang menabrak pagar kuasa sekam
berloncatan serangga menjebak kemarau muda
di puncak pohon kelapa air hujan terperangkap warna

2081

Cunong Nunuk Suraja

Cunong Nunuk Suraja lahir di Yogyakarta, 9 Oktober 1951 dan sekarang tinggal di Bogor. Buku puisi tunggalnya “My Beloed Nite” 2016. e mail cnsuraja@yahoo.com. cell-phone  0813 1057 6006.

Bagikan:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *