Maestro Lukis Jeihan Meninggal Dunia
Innillahi wainnailaihi rojiun.
Telah pergi ke pangkuan Illahi seorang maestro lukis Indonesia, Jeihan Sukmantoro, pada hari Jum’at tanggal 29 Nopember 2019 jam 18.15 di studionya, Jl. Padasuka 147, Bandung-Jawa Barat.
Pada akhir tahun 2018, Jeihan didiagnosa terkena kanker kelenjar getah bening. Ia sempat dirawat di salah satu rumah sakit di Kuala Lumpur, Malaysia. Pada bulan Juli 2019, kondisi Jeihan semakin menurun. Ia pun sempat dirawat di Rumah Sakit Santo Borromeus, Bandung. Mendiang juga didiagnosa mengalami gagal ginjal.
Jeihan dikenal sebagai pelukis atau seniman lukis yeng berkarakter. Gaya melukisnya berkarakter figuratif dengan mata hitam dan warna datar sederhana. Karena ciri khasnya itu, ia juga kerap disebut si mata hitam atau mata cekung. Oleh karena itu banyak yang menafsirkan mata yang sepenuhnya dicat hitam pada lukisannya melambangkan misteri. Salah satu lukisannya yang terkenal adalah lukisan Satrio Piningit.
[iklan]
Jeihan menemukan ciri khasnya itu pada tahun 1963 semasa ia kuliah di ITB. Masa itu dianggap sebagai saat tersulit dalam hidupnya. Ciri khas lainnya adalah penggunaan dua warna dalam latar yang berbeda di lukisannya.
Riwayat Singkat
Jeihan Sukmantoro lahir di Kota Surakarta, Jawa Tengah, 26 September 1938 di Surakarta, Jawa Tengah. Sejak masih kecil ia sudah senang melukis dan belajar seni lukis di Himpunan Budaya Surakarta. Tahun 1960, untuk memperluas wawasan seninya, dia pergi ke Bandung, Jawa Barat dan menuntut ilmu di Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD) Institut Teknologi Bandung (ITB). Namun, dia tidak pernah menyelesaikan pendidikannya di ITB karena sikapnya yang cenderung memberontak.
Tahun 1978 Jeihan Sukmantoro mendirikan studio Seni Rupa Bandung yang kemudian menjadi tempat pengembangan kreativitas kaum muda di bidang seni lukis. Karena itu Jeihan dinobatkan sebagai Perintis Seni Rupa Jawa Barat pada 2006, dan pada 2009, ia juga mendapatkan penghargaan Anugerah Budaya Kota Bandung.
Kiprah kesenimanannya sudah malang melintang di kancah internasional. Sebagaimana diketahui Jeihan juga masuk dalam komite The Wolrd Art and Culture Exchange Association yang berpusat di New York.
Selain melukis, Jeihan juga membuat karya sastra berupa Puisi. Dia lekat dengan gerakan Puisi Mbeling. Salah satu puisinya yang berjudul DO’A ditulis pada tahun 1970-an. Karyanya ini mendapat tanggapan dari kalangan penyair maupun kritikus sastra.
Tak banyak orang yang tahu jika Jeihan kecil pernah mengalami kecelakaan yang nyaris merenggut nyawanya. Ia pun divonis mengalami cedera otak dan diyakini telah meninggal. Sebelum dimakamkan, Jeihan Sukmantoro terbangun. Kejadian ‘bangkit dari kematian’ tersebut, sedikit banyak mempengaruhi cara berpikir dan setiap karyanya. (AY)
Sumber:
https://seleb.tempo.co/
https://jabar.tribunnews.com
https://id.wikipedia.org/