
Peristiwa yang hadir pada kehidupan sehari-hari biasanya menjadi inspirasi bagi penyair untuk mewujudkannya menjadi puisi. Meskipun peristiwa itu hanya sebatas daun jatuh, sungai yang mengalir atau kekosongan. Seorang penyair memang selalu merasa gelisah. Selamat Membaca. (Redaksi)
[iklan]
Puisi-Puisi Rahem
Labirin
Kita bagaikan jalan
Sipang siur antara salah dan kebenaran
Belok kanan, belok kiri
Seperti para pengemudi bermain hati
Lampu lalu lintas di persimpangan jalan
Adalah jeda menuju luka
Bila dilanggar
Akan hancur sebuah harapan
Sumenep, 2019
Suatu Pagi di Giliyang
Sebelum matahari benar-benar merangkak dari keningmu
Lengking kokok ayam pertanda pagi akan beranjak
Di halaman-halaman, juga di luar jendela
Sebuah fajar jatuh menyamari cinta
Di pulau ini
Harapan melayang seperti helai mimpi
Waktu mengintip dari balik senyummu
Matahari terus kau genggam
Bagai belas kasihan yang menghunjam
Ada pun di matamu terukir sebuah harapan
Bercelaru pada kepastian yang ranggas
Membelai masa depan tak hendak tuntas
Di bulan-bulan yang jatuh cinta
Waktu terus menyingsing
Bagai tapak jejak basah
yang kemudian menggasing
Sumenep, 2019
Sebuah Sungai di Negeri Pasaman
Sungai yang kejatuhan cerita
Melipat banyak waktu terus bersua
Derap perjuangan terlukis di kanvas waktu
Sebagai lecutan para pemimpi
Menyimpan banyak kenangan di hati
Rekam jejak masa lalu
Tertulis dalam kenangan anak negeri
Angin meniup sejarah
Cerita tumpah di negeri tuan
Menyimpan sejuta kisah para pahlawan,
Tuanku Imam Bonjol
Di persada negerimu
Engkau menjadi Lembar-lembar mimpi
Dan bulan mencatatnya’, sebagai sejarah para pejuang
Yang tak kunjung habis terus terbayang
Sumenep, 2019
Rahem, Pria kelahiran Sumenep 20 April 1999, Alumni Miftahul Ulum Bancamara Giliyang dan Nasy’atul Muta’allimin Gapura Timur Gapura Sumenep, Semasa di sekolah aktif di Komunitas ASAP(Anak Sastra Pesantren) dan Sanggar Relaxa. Saat ini aktif di Kelas Puisi Bekasi, beberapa puisinya di antologikan di beberapa Event, diantaranya : Antologi Gus Punk (Pelataran Sastra Kaliwungu 2018), Sahabat (2018) Surat Berdarah diantara Gelas Retak (2019), Tanah Air Beta (2019), Jazirah II (Festival Sastra Internasional Gunung Bintan 2019), Antologi Membaca Asap (2019) Antologi Puisi untuk Bj. Habibie (2019) dan Tanpa Aku (Group Strafara 2019). Dan juga dalam Media Massa di antaranya : Koran Radar Madura, Radar Cirebon, Bangka Pos.Di tahun 2017 Puisinya Maduranya dinobatkan sebagai juara II di STKIP PGRI Sumenep dengan tema “Dha’ Songennep”.