Perbedaan Tanaman Keladi dan Alokasia

Pada akhir-akhir ini, pamor tanaman hias yang berasal dari tanaman liar yang sering dijumpai tumbuh di bawah pohon besar, atau pun di pinggiran ladang sedang menjadi kejaran para pemburu tanaman hias. Pemburu ini bisa berasal dari penggemar, pembudidaya, maupun pedagang tanaman hias.

“Pantesan sekarang agak sulit ditemukan di kebun-kebun, atau pun di tanah kosong. Dulu-dulunya banyak tumbuh liar di kawasan ini”

Demikian mungkin sering terdengar celoteh dari beberapa masyarakat di luar kota, ketika mulai menyadari bahwa tanaman ini mempunyai potensi menjadi tanaman hias andalan, dan ternyata sudah mulai langka, sulit ditemui tumbuh liar di kebun-kebun kosong, barang kali karena perburuan terhadap tanaman ini sudah sampai ke desa-desa. Tanaman yang dimaksud tidak lain adalah Tanaman Keladi, dan Alokasia. Keladi merupakan tanaman dari genus Caladium, sedangkan Alokasia dari genus Alocasia. Keduanya dari famili talas-talasan (Araceae)

Keladi dan Alokasia

Sekilas kedua tanaman ini memang mirip namun sejatinya tanaman hias Keladi dan Alokasia adalah dua tanaman yang berbeda. Memang mereka sama-sama berasal dari tanaman liar, yang terangkat derajatnya menjadi tanaman hias sukulen umbi-umbian. Tanaman ini berdaun indah menawan, dan kadang beragam warna warni. Sama-sama terbiasa hidup di bawah pohon rindang dengan sinar matahari temaram, ada juga yang tahan di bawah sinar matahari penuh, dan bisa hidup di alam bebas di tanah maupun dipelihara di media tanam di pot.

Perbedaan utama antara tanaman Keladi dan Alokasia terletak pada saat menghasilkan anakan atau tunas bibit sebagai tanaman baru. Tanaman Keladi mengeluarkan tunas sebagai calon anakan tanaman Keladi baru, langsung menempel menjadi satu di bonggol umbi utamanya, kemudian tumbuh membesar. Sedangkan tanaman Alokasia mengeluarkan anakan sebagai tunas baru yang terlihat menjalar seperti akar. Di ujung bagian yang menjalar ini akan tumbuh umbi tunas bibit tanaman Alokasia sebagai tanaman Alokasia baru, kemudian tumbuh membesar dan terpisah dari umbi utamanya.

Keladi dan Alokasia

Macam Ragam Tanaman Keladi dan Alokasia

Saat ini banyak sekali ditawarkan oleh pedagang tanaman hias, baik melalui perdagangan konvensional di lapak-lapak kawasan penjualan tanaman hias maupun melalui penawaran toko online. Beberapa contoh tanaman Keladi maupun Alokasia adalah sebagai berikut:

Keladi dan Alokasi

Pembibitan Tanaman Keladi dan Alokasia

  • Penyemaian Bijih

Budidaya bibit tanaman Keladi dan Alokasia dapat dilakukan melalui menyemai bijih maupun pemisahan umbi yang bertunas. Bijih tanaman Keladi dan Alokasia terdapat di dalam buah. Tanaman Keladi dan Alokasia dewasa pada saat yang tepat akan berbunga dan membentuk tongkol kecil berisi butiran buah. Buah yang berwarna merah menandakan matang dan siap diambil bijihnya, kemudian dikeringkan dan disemai di media penyemaian. Kadang kala jika tongkol tanaman Keladi dan Alokasia ini dibiarkan kering di pohon, benih tanaman Keladi dan Alokasia bisa mulai tumbuh secara alami di media tanam.  Media semaian yang diperlukan agar penyemaian berhasil adalah media yang terbebas dari jamur dan bakteri pembusuk. Biasanya terdiri dari campuran : kokopit, pasir halus dan sekam bakar, masing masing satu bagian. Bijih yang sudah kering disemai di atas media lembab. Kira kira sekitar seminggu sampai sebulan kemudian, akar kecambah keluar dan tumbuh daun baru menjadi bibit tanaman Keladi dan Alokasia. Ketika akar sudah kuat, bibit Tanaman Keladi dan Alokasia pun siap dipindahkan ke media tanam baru untuk pembesaran.

  • Penyemaian Umbi

Seperti yang sudah diketahui bahwa budidaya tanaman Keladi dan Alokasia dapat melalui umbinya. Bagi Keladi, perbanyakan bisa melalui penyemaian umbi bertunas, atau memisahkan anakan yang tumbuh menempel di umbi utama dari tanaman induk.  Untuk tanaman Alokasia, umbi yang menjalar dan bertunas bisa langsung dipotong kemudian disemai, atau menunggu sampai umbinya menjadi anakan, kemudian dipotong terpisah menjadi tanaman baru.

Tanaman hasil penyemaian yang sudah tumbuh bagus, bisa langsung ditanam di media baru, dan akan tumbuh besar menjadi tanaman baru.

  • Pemeliharaan Tanaman Keladi dan Alokasia

Seperti telah disampaikan bahwa tanaman Keladi maupun Alokasia memerlukan sinar matahari sesuai dengan jenisnya, ada yang tahan terpapar sinar matahari penuh, ada juga hanya cukup sinar temaram seperti di bawah pohon rimbun.  Di samping itu tanaman ini juga memerlukan cukup air. Namun demikian tidak boleh terlalu banyak air, siraman air berlebihan bisa menyebabkan akar menjadi busuk, dan menular ke umbi tanaman.

Jika kekurangan air seperti di musim kemarau, tanaman ini akan menyesuaikan diri dengan cara tidak menumbuhkan daun alias mogok tumbuh, seolah-olah mati sementara. Cara penyesuaian seperti ini dikenal sebagai masa dormansi. Pada masa ini, tanaman mengandalkan umbi sebagai cadangan makanan diri sendiri, karena di dalam umbi memang banyak persediaan makanan.

Tatkala air sudah mulai cukup kembali, semisal musim kemarau sudah pergi, tanaman Keladi dan atau Alokasia pun terlihat menumbuhkan daun dan hidup sehat berkembang biak lagi. Untuk tanaman Keladi atau pun Alokasi yang ditanam di pot, kebutuhan nutrisi tanaman dan air agar dijaga selalu mengikuti pertumbuhan tanaman. Hal ini bisa mencegah agar tanaman tidak mengalami masa dormansi di sepanjang tahun pertumbuhan.

Nutrisi  tanaman biasanya berasal dari pemberian pupuk NPK, kompos, atau pun pupuk lambat terurai. Semua ini untuk keperluan penyubur: akar, daun, tangkai daun maupun umbi. Disamping itu juga perlu penyiangan rumput liar yang tumbuh di sekitar tanaman, menjaga kebersihan daun, sekaligus mencegah hama yang berupa keong, bekicot, serangga pemakan daun, ulat, dan kutu penggangu tanaman. Pencegahan ini bisa dilakukan melalui pemeriksaan langsung, dan membuang pengganggunya, atau pun dengan penyemprotan cairan pencegah hama tanaman, paling lama sebulan sekali.

Selamat berkebun Keladi dan atau Alokasia!

Penulis:

Kek Atek – Pecinta Tanaman Hias, dan Pemilik Usaha Rumah Kebun Man Atek Collection, di Bogor, Jawa Barat, Indonesia.

Bagikan:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *