Yang Diciptakan
Pada hujan yang diciptakan
ada lebat prasangka
Awan-awan
mencadangkan pesan-pesan
tanpa pernah terhidang
Pada layar
ditimangnya gelisah
selepas ambang
berpisah jauh
dari derap detak
Dua titik yang terpisah
menjembatani angka-angka
yang menikam diam-diam
Depok, 9 Maret 2022
Di Bawah Kilat dan Bulan
Di sudut-sudut
berandal kembali
menikam malam
Orang-orang berburu sore
untuk temani pulang
Ayah-ibu masih belum
memetakan arah langkah
Jalan memerah
Was-was lahir penuh debar
dari layar berita
Darah di tajuk bagai isyarat
untuk bertekuk lutut
Bulan berembang
detik masih memuntahkan angin
lalu di sini
setapak dan bilik
masih dilukai kekosongan
Depok, Januari 2022
Aku Melihat Doa Berdenting
Aku melihat doa bagai melompat
berdenting di tubir
stalaktit
Ia mengalir
ke papan-papan batu
Kau menulis puisi-puisi di lorong
membesarkan karsa
mengecilkan gigil
yang mengintip di sela
Batu masih menutup
matahari dan mata batin
Daun-daun koyak menyirih bibir gua
Setelah lintasan komet bertamu
dan rinai kembali ke hilir
adakah kata pertama yang lahir
terpantul bersama bulan
kala bendera kunng mulai beruban
dan gagak-gagak terkubur di tepian
Depok, 18 Januari 2022
Suara Terakhir di Lembah
Aku pikir panah telah tuntas
menyiangi nadi, menembus batu-batu
Ia pecah bagai ranting
yang dilumat ladam-ladam
dan mengisi ngilu pelan-pelan
Sebelum tubuhku
kian digoreng terik
ada resah dan desah
kembali beradu
membunuh detik-detk
“Klik”
Bagai bangsi tak dinanti
tepat setelah pelatuk mengatup
dahaga punah
Geliat terakhir
tuntas sudah
Di ketiak tajuk
aku masih ditawan keriput
sisa semak bertelungkup
mengandung doa-doa
anak-anak menjangan
Selepas lapar engkau pasung
amis mengepung
air berkondensasi bersama kawanan rindu
sedang aku yang kering ditawan musim
masih berlindung
menanti pasukan embun
Depok, 14 Januari 2022
Putri Erline. Karya puisinya pernah dimuat di laman Omong-omong, Suku Sastra, Madrasah Digital, Semilir dan Fopini.