Pada hari Sabtu, tanggal 24 Maret 2024, Dengan membutuhkan konsistensi yang cukup panjang dengan mengucapkan hamdalah Komunitas Dapoer Sastra Tjisaoek masih diberikan kesempatan dan niat untuk kembali mengadakan acara “Buka Puasa bersama” yang bertempat di Jalan Kucica 7, Bintaro tempat kediaman teteh Cikeu Bidadewi. Acara ini selain sesuai dengan nama komunitasnya riungan dapoer sastra tentunya selain menyajikan santapan makanan untuk perut juga menyediakan santapan bergizi buat otak dengan diadakan debat pendapat dan diskusi yang tentunya dengan suasana yang familiar acara ‘riungan’ ini selalu menjadi panggung bagi diskusi yang mendalam bagi penghuninya sebut saja ada Abah yoyok, kek Atek bintoro, Uki Bayu Sedjati, Nana Sastrawan, Didi KH, Cikeu Bidadewi, Ahmad Saugi, Adang Albanie, Beni Satria, Tao Hidayat, Andy Lesmana, Sentot dan satu pendatang baru seorang pendongeng Devina Febrianti. Dalam riungan tersebut para anggotanya selalu melemparkan tema diskusi yang mendalam dan meluas, tentang sejumlah isu penting dalam dunia sastra dan kebudayaan, tentunya.

Partisipan acara, terlibat dalam analisis mendalam mengenai makna filosofis riungan dalam karya sastra. Mereka menyelami lapisan-lapisan kearifan lokal dan universal yang terkandung dalam riungan, menjelajahi simbolisme dan metafora yang melekat pada konsep tersebut. Diskusi ini memperluas wawasan tentang bagaimana sastra tidak hanya mencerminkan realitas, tetapi juga meresapi makna yang lebih dalam dari kehidupan manusia.

Dalam riungan tersebut juga mereka membahas tentang kemajuan Teknologi AI dalam Kemajuan Sastra. Pembicaraan tentang dampak kemajuan teknologi kecerdasan buatan (AI) terhadap dunia sastra membawa para peserta untuk mempertimbangkan berbagai aspek. Mereka menjelajahi bagaimana AI dapat digunakan dalam analisis teks, kreativitas pembuatan karya sastra, serta distribusi dan interaksi dengan pembaca. Diskusi ini juga memunculkan pertanyaan etis tentang peran manusia dalam penciptaan seni dan bagaimana teknologi dapat memperkaya atau mereduksi pengalaman sastra.

Isu regenerasi dan keberlanjutan komunitas sastra menjadi fokus utama diskusi. Tanpa mengikat diri pada struktur organisasi yang kaku, para peserta merenungkan pentingnya pengembangan generasi muda dalam komunitas sastra untuk menjaga keberagaman ide dan kreativitas. Mereka membahas strategi untuk menumbuhkan minat sastra di kalangan generasi muda, menciptakan ruang bagi ekspresi dan eksplorasi, serta menggali potensi kolaborasi antargenerasi dalam mewujudkan visi dan misi komunitas sastra.

Acara ini bukan hanya menjadi forum intelektual yang memperdalam pemahaman tentang sastra dan kebudayaan, tetapi juga menjadi momentum untuk merayakan keberagaman pandangan dan pengalaman dalam mengeksplorasi dunia sastra yang kaya dan dinamis.

Bagikan:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *