Benar dawuh Rasul SAW dan ajaran para Ulama warasatul Anbiya, bahwa ada beberapa hikmah dan manfaat bagi orang-orang yang gemar silaturrahmi, diantaranya akan panjang usia, berkah rizki dan jauh dari mara bahaya.
Hal itulah yang dirasakan Ust. Daden Sukendar, satu diantara pegiat Kader Penggerak Nusantara berbasis Aswaja An-Nahdiah (Nahdlatul Ulama) asal Sukabumi dalam perjalanan silaturrahmi dan ziarah ke Pariaman Padang, Sumatra Barat, Indonesia.
Setelah menempuh perjalanan darat 2 hari 3 malam dari Jakarta (20-23 Februari 2023), sampailah ia di Kampung Halaman keluarga istrinya di Kampung Punggung Ladiang, Desa Punggung Ladiang, Kecamatan Pariaman Selatan, Kota Pariaman Padang, Sumatra Barat.
Setelah sampai ditujuan ia pun tidak lantas berdiam diri, namun memanfaatkan waktunya dengan bersilaturrahmi kepada keluarga dari mertuanya, baik yang masih ada maupun yang sudah meninggal dunia, kemudian di hari-hari berikutnya melanjutkan silaturrahmi dengan berziarah ke Para Ulama dan Wali di Tanah Minang, mulai dari Almaghfurlah Abuya Syekh Ungku Saliah Kiramatullah Sungai Sariak Kota Pariaman (Yang photonya biasa terpampang hampir di setiap RM. Padang yang pernah kita singgahi), Syekh Burhanudin Ulakan Kab. Pariaman, Syekh lbrahim Musa Pabarek, Bukit Tinggi Agam, Padang Sumatra Barat, dan lainnya.
Ni’mat yang menurutnya hikmah dari sulaturrahmi itu datang di saat ia bersilaturrahmi dengan Kepala Mudo Gadang / Ketua Adat di Wilayah Punggung Ladiang Pariaman, Padang Sumatra Barat, Sidi Syahrul Guci (61). Bagaimana tidak ketika ia bertemu Pria berperawakan Gagah, Tinggi, Besar Penuh Wibawa itu bertanya kapan pulang dan menyarankan setelah hari Ahad saja, “sebaiknya tidak pulang sebelum hari Ahad biar tidak terlalu capek” katanya.
Namun ternyata beliau beserta tokoh masyarakat di sana sudah menyiapkan satu kejutan yang sangat bersejarah dalam kehidupan Ust. Daden pada hari Ahad 26 Februari 2023, bagaimana tidak karena ternyata ia diundang dalam acara yang sakral dan di istilahkan masyarakat setempat sebagai acara “Mendoa” yang diantara isinya ada penganugrahan Gelar Kehormatan kepada Ust. Daden Sukendar dengan gelar SUTAN oleh Kepala Mudo Gadang Punggung Ladiang Pariaman Padang Sumatra Barat.
“Ndak sumbarang Urang dape’ gala kehormatan ko, tapi kamu pantas mandapekannyo“(Tidak sembarang orang bisa mendapat gelar kehormatan ini, tapi anda pantas mendapatkannya). Tegas Sidi Syahrul dalam pertemuan tersebut.
“Saya awalnya kaget akan dianugrahkan gelar Sutan ini, namun setelah mendapat penjelasan dan diyakinkan Sidi Syahrul bahwa saya pantas dan berhak mendapatkannya akhirnya saya bersedia menerimanya” ungkap Sutan Daden saat dihubungi redaksi
Perlu diketahui juga bahwa gelar Sutan adalah salah satu dari 3 gelar kehormatan (Sidi, Sutan dan Bagindo) yang biasa diberikan kepada keluarga di kalangan Ulama, Bangsawan dan Kesatria dalam adat di Tanah Minang yang dipandang Pantas dan Layak menurut Ketua adat.
Dalam acara penganugrahan yang cukup sederhana namun sangat sakral dan khidmat tersebut, Sutan Daden Sukendar secara simbolik mendapatkan Tongkat dan Tasbih. Menurut Sidi Syahrul Guci, pemberian kedua barang keramat yang tadinya adalah milik beliau sendiri itu, keduanya memiliki makna yang mendalam sebagai pesan simbolik. “Semoga dengan pemberian tongkat ini Sutan Daden makin bertanggungjawab sebagai pemimpin di manapun, terutama memimpin diri sendiri. Dan dengan Tasbih ini semoga makin rajin berdzikir mengingat Allah SWT dimanapun dan sampai kapanpun“. Ungkap Sidi syahrul.
(Artikel ditulis sebagaimana diceritakan oleh Sutan Daden Sukendar ke Redaksi–tikro)