Siti Naimah

Mahasiswa Institute Studi Islam Fahmina

Menstruasi adalah siklus bulanan yang pasti dialami perempuan ketika sudah menginjak dewasa, yang mana keluarnya darah dari rahim perempuan. Menstruasi biasanya terjadi pada wanita pada masa pubertas dan masih dalam masa reproduksi. Menstruasi dapat berlangsung selama beberapa hari hingga satu minggu dan frekuensinya dapat berbeda-beda pada setiap wanita dengan proses alami yang normal, itu merupakan bagian dari siklus reproduksi wanita. Pada dasarnya wanita yang sedang menstruasi akan mengalami beberapa gejala seperti sakit perut, nyeri dan perubahan mood. Mereka merasakan ketidaknyamanan selama masa menstruasinya.

Namun siapa sangka, wanita yang sedang menstruasi mengalami penderitaan dan pengalaman yang tidak menyenangkan pada masa jahiliyah. Menurut nyai Hj. Evi Muafiah dalam bukunya yang berjudul “Menyelami Telaga Kebahagiaan” di halaman 236 yang saya baca, para wanita pada saat itu mengalami beban ganda, selain harus menikmati gejala pra menstruasi, mereka juga merasakan sakitnya fisik bahkan para wanita pra menstruasi ini harus dijauhi sampai mereka suci kembali[1]. Hal ini disebabkan karena perempuan yang haid dianggap sebagai kotoran, tidak hanya darah yang keluar dari vaginanya namun, seluruh tubuhnya haram dan najis untuk disentuh.  Mereka diasingkan tidak disentuh oleh suami dan dianggap kotor bahkan tak jarang para suami mengasingkan wanitanya ke hutan.

Tapi sepertinya hal seperti ini tidak berhenti pada masa jahiliyah saja namun berlanjut di masa sekarang, ada dari beberapa orang  yang menganggap wanita yang pra menstruasi sebagai kotoran yang harus dijauhi dan hal pembahasan mengenai menstruasi adalah hal yang tabu untuk dibicarakan. Mungkin, keadaan seperti inilah yang mendorong laki-laki pada masa Arab pra Islam banyak melakukan poligami karena, setiap mengalami siklus menstruasi ia harus berjauhan dengan wanitanya maka, untuk memenuhi nafsunya ia baru melampiaskannya dengan wanita lainnya.

Tapi bukankah pada saat itu Islam datang dan menghapus tradisi seperti itu. Karena memang saat itu adalah masa tergelap tanpa sebuah penerangan sedikit pun. Sampai dimana agama Islam datang dengan tujuan yang mulia, melalui Baginda Rasulullah beliau mengajarkan bahwasanya wanita adalah mahluk tuhan yang harus dijaga dan sayangi layaknya sebuah berlian mahal.Sudah banyak hadis-hadis yang mengungkap mengenai hal ini.Wanita juga harus merdeka, tidak bisa diperlakukan sedemikian hal. Termaktubkan sebuah hadis masyhur di dalam suatu  buku berjudul as-Shittin Al Adliyah.

Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu menuturkan bahwa ada seorang laki-laki datang bertanya kepada  Rasulullah SAW: “Siapakah orang yang paling berhak aku layani dan temani? Rasullullah menjawab, ibumu. Lalu siapa lagi? Ibumu. Lalu siapa lagi? Ibumu. Lalu siapa lagi? Ibumu. Lalu siapa lagi? Ayahmu, jawab Rasulullah.” (Shahih muslim).

Salah satu hadis dari banyaknya hadis yang terkenal menegaskan bahwasanya memperlakukan seorang ibu dengan baik adalah suatu kewajiban yang tidak akan pernah bisa dihilangkan dalam berkehidupan. Tidak ada sejarahnya bagi Rasulullah menyakiti atau berlaku buruk terhadap ibu kandung atau bahkan ibu susuannya. Menghormati seorang ibu sama halnya dengan menghormati seorang wanita karena ibu adalah wanita. Itu artinya menghormati ibu adalah bagian dari menghormati wanita. Bukan karena apa, tapi banyak fase yang dialami seorang wanita tapi tidak dialami oleh laki-laki.

Pada dasarnya seorang wanita yang berada difase pra menstruasi sedang mengalami rasa sakit yang tidak bisa dirasakan oleh laki-laki. Tapi lihat pada realita di dunia kita ini, seorang wanita yang sedang menahan rasa sakitnya karena pra menstruasi harus dipaksa untuk berhubungan seksual dengan laki-lakinya membuat fisik dan batinnya terluka. Dalam sebuah kasus seorang laki-laki yang memperkosa wanitanya di Gowa dengan membawanya ke rumah kosong yang dilansir dari detik.com[1].

Walaupun kasus ini sudah ditinjak lanjutkan dan korban telah dilarikan ke rumah sakit belum menutup kemungkinan hal seperti ini akan terjadi kembali. Hal seperti ini juga terjadi pada hubungan resmi seperti suami dan istri, yang pada umumnya seorang wanita terkhusus seorang istri cenderung lebih mengacu pada pemahaman dari masyarakat terdahulu. Terlihat dari kesehariannya, mereka tidak terlalu update dengan perkembangan zaman melainkan hidup untuk berbakti kepada suami. Seperti hal nya dalam bidang fiqih, masyarakat cenderung acuh. Sehingga ketika orang-orang yang memang memiliki pemahaman agama yang baik akan berbeda pendapat mereka berkata : “Turuti saja apa mau suamimu, toh pahalanya juga buat kamu, dari pada menolak dosa”.

Perkataan seperti ini sudah banyak dijadikan sebagai prinsip tak berdasar. Jika menggali lebih dalamnya seorang istri mematuhi perintah suami dalam hal tertentu saja yang memang itu adalah kebaikan dan tidak merugikan satu sama lain. Padahal dalam ajaran Islam, istri wajib menaati suaminya, namun dengan syarat tidak bertentangan dengan syariat Allah. Ketaatan ini bertujuan untuk menjaga keharmonisan rumah tangga dan menciptakan lingkungan keluarga yang kondusif.

Tapi beberapa masyarakat akan kekeh dengan pendapat masyarakat terdahulu dan tidak akan memakai pendapat dari orang yang memang ahli serta paham dengan perkembangan fiqih. Untuk itu sebagai orang yang memahami fiqih lebih baik perlu menyampaikan dengan metode yang baik tanpa menyinggung pemahaman masyarakat. Mungkin diawali dengan memberikan fakta-fakta atau realitas wanita ketika pra menstruasi. Hal apa saja yang wanita itu rasakan. Mungkin sedikit demi sedikit pemikiran mereka akan terbuka dan mulai memahami menstruasi lebih dari makna keluarnya darah dari vagina. Walaupun berhubungan seksual saat menstruasi memang aman dilakukan menurut kacamata medis, tetapi tetap ada beberapa efek samping yang harus diwaspadai seperti:

  1. Penyakit menular seksual

Salah satu efek samping berhubungan saat menstruasi adalah meningkatkan risiko tertular penyakit menular seksual (PMS). Hal ini karena virus yang berada dalam darah menstruasi lebih mungkin ditularkan ke pasangan. Beberapa PMS yang lebih berisiko ditularkan ketika berhubungan saat menstruasi termasuk HIV, hepatitis dan herpes.

  1. Kehamillan

Anda mungkin mengira melakukan hubungan seksual saat menstruasi tidak akan menyebabkan kehamilan. Namun, hal tersebut tidak sepenuhnya benar. Kehamilan masih mungkin terjadi sebagai efek samping berhubungan saat haid, meskipun sangat jarang.

Waktu melakukan hubungan seks dan siklus menstruasi yang pendek maupun tidak teratur menjadi faktor penentu peluang kehamilan. Perlu diketahui jika sperma dapat hidup di dalam tubuh selama 7 hari. Jika Anda berhubungan seksual di akhir periode haid dan memiliki siklus menstruasi 22 hari, ada kemungkinan sperma masih berada di saluran reproduksi, lalu membuahi sel telur yang dikeluarkan saat ovulasi.

  1. Infeksi jamur vagina

PH vagina normalnya berada di antara 3,8 hingga 5,0. Memasuki periode menstruasi, PH vagina menjadi lebih rendah atau menjadi lebih basah. Kondisi ini akan memudahkan jamur hidup dan berkembang biak kemudian menginfeksi saluran reproduksi wanita.

Gejala infeksi jamur vagina mungkin akan terjadi di minggu pertama menstruasi. Nah, melakukan hubungan seksual akan memperparah gejala yang timbul. Gejala efek samping berhubungan saat haid ini meliputi keputihan yang menyerupai gumpalan keju serta gatal, nyeri, dan kemerahan di area sekitar vulva.

  1. Vagina kering

Berhubungan saat menstruasi bisa mengurangi penggunaan pelumas karena darah menstruasi dapat menjadi pelumas alami. Namun, berbeda halnya dengan wanita yang terbiasa menggunakan tampon ketika menstruasi.

Penggunaan tampon, terutama hingga sesaat sebelum berhubungan, akan menyebabkan vagina menjadi kering. Hal ini terjadi karena tampon mampu menampung darah menstruasi, sekaligus menyerap pelumas alami yang berada sekitar di leher rahim.

  1. Infeksi saluran kemih

Efek samping berhubungan saat menstruasi lainnya adalah lebih rentan mengalami infeksi saluran kemih (ISK). Letak lubang kencing dan vagina yang berdekatan akan meningkatkan risiko penyebaran bakteri dalam darah menstruasi selama menstruasi, terutama saat berhubungan intim.

  1. Endometriosis

Penelitian menunjukkan bahwa berhubungan seksual saat menstruasi dapat meningkatkan risiko terjadinya endometriosis. Berhubungan seks saat menstruasi bisa membuat darah mens kembali ke rongga perut (menstruasi retrograde), sehingga memungkinkan terbentuknya endometriosis yang terdapat di luar dinding rahim.

Untuk itulah kajian ini menjadi pilihan karena bisa menyesuaikan dengan beberapa pandangan tanpa melupakan tujuan awalnya yaitu memberikan pemahaman kepada laki-laki maupun wanita itu sendiri. Mungkin dengan adanya pelaksanaan kajian fiqih wanita sedikit demi sedikit bisa mengubah cara padangan masyarakat. Banyak respon positif yang didapat meskipun sasarannya masih untuk kalangan orang tua yang menganggap ajakan suami adalah kewajiban yang harus dipatuhi. Namun dengan respon yang baik ini bisa membuat program kerja yang dijalankan akan memiliki pengaruh dimasyarakat dan ketika dikalangan orang tua sudah berjalan dengan baik yang perlu dilakukan hanya mengemas kegiatan kajian fiqih wanita ini lebih fresh jika dikalangan remaja.

 

Referensi :

  1. Mollazadeh, S., Najmabadi, K., Mirghafourvand, M., & Roudsari, R. (2023). Sexual Activity during Menstruation as A Risk Factor for Endometriosis: A Systematic Review and Meta-Analysis. International Journal of Fertility & Sterility, 17(1), pp. 1–6.
  2. Nyai Hj. Evi Muafiah, Menyelami Telaga Kebahagiaan, cetakan 1, Agustus 2021, ditebitkan muadalah.id dan Yayasan Fahmina.
  3. Kitab Shittin Al-adliyah karya kyai Faqihuddin Abdul Qodir .
Bagikan:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *