AKU TAKUT DEWASA

Ibu, apakah dewasa itu harus bergincu?
aku takut bibir merahku berubah
sepucat bibir ibu
bahkan, jari-jariku belum mampu
memegang lipstik
itu sama sekali tidak lucu

aku takut bu,
aku takut tepung putih yang saban hari kau tabur di pipiku
pudar sebagaimana cinta yang luntur digerus umur

aku selalu rindu
ketika aku bertelanjang
dengan pempes masih terpasang
sementara oma datang
beri hadiah beraneka rupa
sambil mencubit bakpauku
dan menyebutku unyu-unyu

aku begini saja bu
aku takut menjadi dewasa
akan menjarakkan kita
aku ingin selalu menghidu aroma napasmu
saat-saat malam dalam kelambu
hingga waktu mendewasakan aku
menjadi sosok ratu di hati ibu

Rengat, 03 September 2024

DRAMA MOKONDO KELAS KAKAP
: TOKSIK BOS

bermodal naskah melas
di balik topeng malas
paling berkelas stadium akhir
aku segera naik podium angkat piala
serasa abdul razak gurnah
merayakan tahap taraf prestasi
siap melesat sesatkan teman akrab

di bawah pengaruh aturan lingkaran setan
rayap-rayap lencir menggerogoti badan
sedangkan berat badan melejit karuan
tapi nurani terbujur lunglai
tak sesubur genangan antorium
mungkin telah sesap
lindap bersama sikap
sigap sesat berantakan

ketika semua nyenyak
aku terjaga menertawai jalan hidup
lidah gigi beradu dengan sumber cuan
serupa beruk-beruk bedondotan
sekuat tenaga berusaha biasa saja
menyelesaikan alur drama
persengketaan dunia
yang tiada ujungnya

& saat semua usap dada
mengemis upah hak mereka
juga menabur doa-doa
supaya budaya buruk kantor kotor
segera lenyap di marka bumi
juga kudengar bisikan yang berpindah
dari telinga kiri ke telinga kanan
terselip kata “biar bos meledak porak poranda
bersama bom waktu”

aku terbang mengawang
di antara kering air mata
–keruh dahaga
berpura-pura memungut luka
di lubang-lubang bekas tugal basah
mereguk hampar keringat rakyat

Rengat, 25 Juni 2024

USIA DOSA

di panggung fana
pablo neruda juga semula tanpa busana
disulap berbadan sempurna
sebagaimana manusia lainnya

lantas pantaskah aku
sang rakyat jelata
coba memintal usia
dari serpih air mata
sudah dikristalisasi
berkali-kali gagal dipintal
jadi benang-benang hari dewasa

sedangkan tingkah tingkat dewa
doa-doa sekadar diselipkan
di antara dosa-dosa di sisa usia

sudah tentu nol di mall-mall besar
surga menolak amin percuma
sebab, perkara wajib terlantar
digarap sia-sia

Rengat, 24 Juni 2024

WANITA SARKAS PURNABAKTI

ia wanita sarkas kenalan pertamaku
memaparkan alat kontrasepsi kenakalan remaja
tentang rute bersenang remang ibukota
pada pijar pelupuk mata ibu yang kini pudar

sejak itu akalku mulai beranjak dewasa
dewakan ciri-ciri segala cara
mencuri cara buka kunci diri
dari gang anoni pemicu onani

maki di gendang telinga monas jadi senar gitar
berputar searah gerak sungsang mati suri
dan kau pun berakhir di nisan
tinggalkan nama yang masih dikenang

Rengat, 24 September 2024

TERAKHIR KALI

jika tahu canda lalu
adalah tawa terakhir
pasti kuselip kata maaf
iring doa di ujung hehe

jika nyata sua lalu
adalah cuap terakhir
pasti kujabat hangat tangan
iring salam di ujung dada

jika detik tadi
adalah detak terakhir nadi
kan kutalqin embus napasmu
sebelum izrail merenggut jiwa
di ujung nyawa

Rumah Beratap Duka, 24 September 2024

Muhamad Sholeh Arshatta, lahir 04 Desember 1995. Berdomisili di Pekanbaru-Riau. Sehari-hari bekerja di PT Nestle Indonesia sebagai Medical Nutrition sembari menjalani hobi menulis yang menjadikannya sebagai mentor di kelas puisi Asqa Imagination School sejak Agustus 2023 dan mentor di Symprerifora Publisher sejak Juli 2024. Peraih Anugerah COMPETER 2023. Puisi-puisinya terbit di media online dan tergabung di dalam puluhan buku Antologi bersama. Buku Solonya berupa Antologi Puisi berjudul Kepingan Renjana Matamu (2023), Solo Novel terbit berjudul Arok Tan Lika-liku Menjemput Surga (2024).

Bagikan:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *