Jannah di Bibirmu

Bulan tersenyum di hadapan doa-doa
pulang dengan gembira berbunga rahmat
manusia yang sedang jatuh cinta rupanya
telah menggila dalam zikir

Jannah di bibirmu
mengalir taman kautsar dari paras perangaimu
aku telah lumpuh di hadapan cinta dan kasihNya
sungguh nyata iman dan budi pekerti
yang menjadi saksi
engkaulah rumah atas segala resah dan bahagia
engkaulah teduh dari sekian panjang
perjalanan dan pergantian musim
engkaulah mata air atas gelap dan keterasingan
engkaulah cinta untuk bersama-sama
merindu sang nabi, bermunajat
mendekat pada rabbul izzati

Lekuk tubuh itu
kesaksian atas segala nafsu
aku mencintaimu sejak di pertemuan itu
menghindar semakin jatuh
menjauh semakin dalam
ah, ini nafsu, teriakan persyetan
tubuhmu terlalu gemulai untuk aku miliki
parasmu begitu menggoda pada setiap tatapan
aku melupakan dan
aku telah benar-benar gila
cinta telah membawaku sampai detik ini

Atas nama cinta pada nabimu
Nabi yang sama, nabi Muhammad
aku berlindung dari segala kemunafikan
mengagumimu sungguh bukan perkara rencana
menikahimu inilah sebenar-benarnya keberanian

Madura, 2024

Pagi yang Malang

Pada pagi yang kusam
ditambah hasil panen berantakan
politik menyapa lewat janji yang dilebih-lebihkan

Ibu mengaduk kopi
gulanya dua sendok tanpa kebohongan
di luar sedang berisik mencari dukungan
pagi makin pekat
kekayaan alam lenyap
janji politik telah mematikan suara kebenaran

Apa yang disebut pembangunan
gedung tinggi dengan pemangkasan proyek
atau aspal jalan desa dengan bahan dasar tepung
yang dipoles dokumentasi cantik
pekerjanya pulang
jalannya kembali berlubang
ah, pagi-pagi sudah dibuat suram

Di kantor kota pegawainya rujakan
menunggu absen datang dan pulang
seragamnya coklat keemasan
dibalut acara ceremonial
lengkap sudah sebagai bahan laporan
sungguh pemandangan pagi
yang sudah dilumrah-kaprahkan

Madura, 2023

Pekat

Pada malam yang pekat
di antara kabar dan kabut awan
aku berdiri di muka jendela
menanti yang datang sebelum turun air mata
inilah sebongkah harapan di bawah
langit dengan Tuhan yang sama
Kuasa dan Esa untuk segala perwujudan cinta

Pada malam yang pekat
di antara kekhawatiran dan sisa-sisa hujan
aku menyebut nama indah
memanggil keras dengan tangan menggalah bintang
Tuhan telah melempar senyum
pada doa dan manusia yang sedang jatuh cinta

Di tengah malam yang pekat
aku telah lebur dalam peluk mimpinya
tiada bekas kecuali candu
cahaya itu berlinang nan manja
menjemput wahai orang-orang menyinta

Madura, 2024

Ach Jazuli asli kelahiran Sumenep-Madura. Pernah belajar di IAIN Madura dan UNISMA Malang. Selain menjadi penulis lepas di media cetak dan online, pria yang akrab disapa Ajaz ini juga ngopeni komunitas literasi yakni Komunitas Ghâi’ Bintang (KGB). Buku terakhirnya yang terbit di tahun 2023 berjudul Kisah Hujan yang Lain.

Bagikan:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *