Puisi seperti candu bagi mereka yang dilanda kegundahan hati. Ya, puisi terkadang menjadi representasi kegelisahan dari si penulisnya yang dapat mewakili perasaan-perasaan jutaan orang. Kalimat yang padat dengan gaya bahasa atau metafora membuat puisi memiliki tafsir yang cukup menarik untuk digali lebih dalam. Itulah sebabnya, puisi seperti makhluk gaib; menjalar ke setiap pikiran orang-orang yang membacanya, bahkan si penyairnya itu sendiri. Puisi-Puisi Ruhan Wahyudi, seorang penyair muda ini telah membuktikannya. Selamat Membaca! (Redaksi)
[iklan]
Puisi-puisi Ruhan Wahyudi
Sebelum tidur
1/
Sebelum tidur kutulis namamu
Di kamar mimpi paling abadi
Tempat mencatat rindu mengaliri waktu
Sembari menikmati secangkir kopi
Menenun rasa di antara pekat bibirmu
Dengan sebatang rokok mengepul kenangan
2/
Di atas pembaringanmu, sepucuk wangi
Kukecupkan di sudut kamar mimpi
Dengan adukan rasa dan doa paling sunyi
Sementara sepi terus membungkam imaji
Melenyapkan resah pada sebuah ironi
Agar aku bisa tidur di pelukan tubuhmu
3/
Sebelum tidur kulantunkan sajakku
Di atas bebatuan rindu
Yang selalu menjadi tempatku mengadu
Mengadu tentang diriku yang bisu
Di tempat sunyi, tempat temaram
Aku yang selalu melafalkan namamu
Gapura, 2019
Perjalanan Rindu
1/
Kemanakah aku harus mengadu
Menciptakan jalan menuju rindu
Jalan yang buntu di persimpangan waktu
2/
Atau kah aku harus meniti kenangan
Di antara sembab luka yang tersirat
Pada sebatang puisi paling hakiki
3/
Barangkali perjalanan itu benar-benar buntu
Dalam penantian menapaki jejak rindu
Lalu berliku menuju gubuk gerhanamu
4/
Kemanakah aku harus mengadu
Ke matamu ataukah pada hatimu
Yang selalu menyusun menara di jantungku
Gapura, 2019
Membaca Setumpuk Surat
1/
Di ruang penantian sunyi
Tumpukan surat tersaji di meja ilusi
2 lembar berserakan ke puncak mimpi
Seperti kau mengepakkan sayapnya
Di antara nyanyian tembang rindu bersemai
Menuntaskan isyarat cinta di hatimu
2/
Seperti ombak menghempas jauh ke hilir
Sebagaimana surat itu menuntaskan pelayarannya
Singgah di tepian jantungku yang rapuh
Aku pun terus menghayati makna surat itu
Di atas pengharapan yang begitu muara
Agar aku bisa leluasa menenun sepucuk asmara
Gapura, 2019
Waktu Kenangan
1/
Sudah kuukur waktu kenangan
Menjalari puncak mimpi
Di atas pintasan cahaya nurani
Dan 3 jarum rindu masih setia
Menemani resah-bahagia
Dalam kehidupan yang tertata
2/
Baru kali ini cahaya lebih surga
Dari rindu yang mengerutu
Saat memandang malam di pintu zaman
Lalu aku menghitung namamu
Membacakan mantra di setiap sudutnya
Pada angka satu aku asah, kemudian bisu
Gapura, 2019
Melupakan Bunga di Matamu
1/
Aku harus bagaimana lagi
Cara melupakan bunga belati
Di matamu yang menusuk jantungku
Atau aku harus menyeka lebih dulu
Sekuncup rindu di alun hati
Demi sebait tenang dalam diri
2/
Lalu kukecupkan angin penghabisan
Di pusaran asmara yang tertinggal
Tinggal penantian dalam kenang
Sementara bunga itu masih membekas
Dalam bayang berkelindan andang
Di matamu yang sunyi mengutuk hati
3/
Aku harus bagaimana lagi
Cara melupakan bunga belati
Di matamu yang rekah merangkum sunyi
Ataukah aku harus menuntaskan
Segala rindu di pundak waktu
Yang selalu mesra di mataku
Gapura, 2019
Ruhan Wahyudi. Lahir di Gapura Tengah Gapura Sumenep Madura pada 06 Mei Aktif di Kelas Puisi Bekasi dan Komunitas ASAP Merupakan alumnus MA. Nasy’atul Muta’allimin Gapura Timur Gapura Sumenep dan MTs. Al-Huda Gapura Timur, memulai berproses menulis Puisi di bangku MA Nasy’atul Muta’allimin, dan puisinya pernah mendapat juara 3 di tingkat nasional, juga sebagai 11 nominasi pemenang lomba cipta puisi 2019 Yayasan Hari Puisi Nasional Disparbud DKI Jakarta, Puisinya juga termaktub dalam antologi bersama, Banjarbaru Festival Literary(2019), Festival sastra internasional Gunung Bintan (Segara Sakti Rantau Bertuah) (2019), Sua Raya (Malam Puisi Ponorogo; 2019), Dongeng Nusantara Dalam Puisi (2019) Menenun Rinai Hujan(Sebuku.Net)dan lainnya, Puisinya juga tersebar di berbagai media cetak dan online antara lain Radar Banyuwangi, Radar Cirebon, Radar Madura, ,Radar Pagi, Tembi id. Magelang Ekspres. Tribun Bali, dan lainnya ,Facebook Ruhan Wahyudi.