Puisi-Puisi biasanya hadir dalam proses permenungan panjang. Sehingga setiap lariknya dapat menggetarkan hati pembaca puisi itu sendiri. Namun, terkadang puisi juga hadir dalam ketiba-tibaan. Lalu, di mana letak keberhasilan puisi? Apakah yang mengalami proses perenungan panjang atau yang hanya sepintas menyaksikan atau merasakan sesuatu, maka jadilah puisi? Jawabannya mungkin pada apa yang dirasakan, apa yang dibaca yang bersumber pada kepekaan penyair. Silakan dibaca. (Redaksi)

Puisi-Puisi Rasman Maulana

Mencari Cita-Cita

Ku buka topeng
Ku cari muka
Kesana kemari
Mencari wajah sendiri

Ku tanya ibu
“Kau adalah aku”, katanya
Ku tanya ayah
“Kau adalah kakiku”, ungkapnya
Ku tanya tuhan
“Kau adalah kekasihku”, bisiknya

Seseorang di Bawah Mentari Pagi

Pagi dini hari
Mentari bersiap mencumbu bumi
Bedak dan gincu sudah menopengi
Baju ketat dan rok mini
Menggantung seksi

Dari belakang bukit ia mengintip
Bumi masih termangu dalam mimpi
Tubuhnya lemas, dilumat rembulan semalaman
Mentari pun cemburu
Napasnya mendengus
Melangkah pergi berpindah hati

Buaya Telaga Anteng

Buaya berpawakan tinggi besar
Tertawa geli sehabis menonton televisi
Tubuh sangarnya mengeliat sana-sini
Gerakannya mengundang ombak menepi

“Jangan kesana, disana ada siluman buaya putih”
Teriak ibu pada anaknya

Bagikan:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *