“MANTU POCI” TRADISI UNIK MENARIK
Pasutri (baca: pasangan suami isteri) umumnya ingin dikaruniai momongan. Namun setelah menikah beberapa tahun mendambakan kehadiran anak tak kunjung hadir, maka berbagai cara dilakukan, baik melalui pengobatan oleh ahli medis maupun ahli herbal, misalnya, juga melalui upacara yang sudah mentradisi dilaksanakan oleh etnik tertentu.
Anda pernah ke Tegal? Kota di pesisir pantai Utara Jawa ini memiliki minuman khas teh poci. Beda dengan bangsa Jepang yang menjadikan minum teh sebagai upacara yang khas, maka warga Tegal menikmati teh poci sebagai minuman keseharian.
[iklan]
Jadi, apa hubungan antara pasutri dengan teh poci? Di sini uniknya. Bagi pasutri yang mendambakan keturunan ada yang ikhtiar dengan menggelar upacara tradisi “Mantu Poci,” yakni hajatan perkawinan dari sepasang poci (: teko terbuat dari tembikar). Ya, tak perlu kaget, yang bersanding sebagai mempelai bukan pasutri-nya melainkan sepasang poci raksasa yang dirias layaknya pengantin. Undangan resepsi disebar, hadirin datang, hidangan disajikan, pertunjukan digelar, di antaranya : musik, sulap, tari-tarian. Jelas meriah.
Tentu Anda tertarik menyaksikan upacara “Mantu Poci,” yakin. Apalagi tak harus ke Tegal, cukup ke Taman Mini Indonesia Indah, TMII, yang sedang menggelar acara bertajuk Parade Teater Daerah ke 8, pada hari Sabtu, tanggal 22 Juni 2019, jam 08.00 pagi, di Sasana Langen Budaya.
Pementasan “Mantu Poci” diolah-garap Teater Radio Siaran Pemerintah Daerah (RSPD) Tegal, yang sudah kiprah sejak tahun 76-an. Didukung belasan pemain aseli Tegal, disutradarai oleh Yono Daryono (pemeran dalam sinetron “Tukang Bubur Naik Haji”), tentu menggugah warga Tegal dan sekitarnya – yang mukim di Jabodetabek – untuk menontonnya. Sila. (AY).