Apa Manfaat Alam Semesta Untuk Manusia?
Erry Amanda
Saya tidak akan mengurai soal fungsi-fungsi Planet selain Bumi – termasuk Gugus Matahari yang jumlahnya Milyaran bahkan Trilyunan (jika di atas Bima Sakti – Milky Way masih terdapat gugus bintang yang jaraknya dari lapis tujuh – tiga lapis lagi – sekitar 1 milyar tahun sinar).
Pertanyaan Sederhana
- Untuk apa planet-planet itu (fungsinya)
- Untuk apa trilyunan matahari itu
- Mengapa hanya bumi berisi manusia
Mari keluar dulu dari pokok bahasan ini. Tilik ulang paradigma memahami norma keyakinan (lupakan dulu pesan Allah soal Akhli dan nakhli – akal dan pikiran yang harus dipergunakan.
Sering kita dengar pernyataan, bahwa Keyakinan bukan logika – katakan jauh di luar logika juga jauh dari ratio – penjelasan sebagai logic argument (logika nalar) adalah meta logic dan META ratio.
Dasar inilah kemudian kita pahami, bahwa kebenaran keyakinan adalah mutlak dan tidak membutuhkan verifikasi dan juctifikasi.
[iklan]
menghindarkan tafsir logika keyakinan
100 tahun Rasulullah wafat – Dunia bangkit dari Masa Kegelapan (Nihilism). Kebangkitan Ilmu Pengetahuan sebagian besar diawali Pemikir Muslim. Kondisi ini wajar, sebab jauh sebelumnya, Rasulullah memerintahkan untuk menggali dan mengumpulkan buku-buku Ilmu Pengetahuan dari berbagai Negara dan diterjemahkan secara massif yang harus menguras harta Rasulullah.
Urai Perjalanan Singkat Ilmu Pengetahuan
Tak lama muncul persilangan-persilangan tafsir yang bersentuhan dengan sains dan Filsafat. Banyak kalangan Imam yang kepleset. Al Ghozali sempat majnun – sebelum kembali ke akidah – Ibn Rosh – Averos. Ibn Sina – Avisena. Ibn Farabi dan masih banyak lagi yang dianggap kebleset. Di samping itu sinkretis keyakinan lain mulai merebak. Kesufian Hindu Pakistan diawali lahirnya faham sufistik Jalaudin Rumi – dan beberapa cendikia muslim lainnya yang bersinkretis dengan fahan Zoroaster dan Panteism.
Lahir Statement Menghindari Sains
Menyadari semakin luasnya persilangan-persilangan antara pemikiran filsafat dan sains serta munculnya banyak sekte (sektarian) – para pemikir Islam murni makin gelisah. Kegelisahan inilah yang melahirkan (semacam) fatwa (bukan hujah) – untuk memisahkan pemikiran logika ilmu pengetahuan ilmiah dengan kebenaran ilahiah.
Awalnya hanya bersifat pemisahan antara Agama dan sains (baca Ilmiah) – bukan pelarangan untuk mempelajari Ilmu Pengetahuan. Perjalanan panjang kemudian pemisahan tersebut menjadi pelarangan dan bahkan dicap kafir dan musyrik bagi kalangan cendikia ilmu pengetahuan. fatwa ini terus berkembang dan makin kental hingga kini di sebagian ranah kajian.
Kembali Ke Soal Jagad Raya
Mari kita bayangkan video streaming yang membongkar apa isi jagad raya ini dan berapa gega trilyun jika diungkap di meta data sains virtual berupa code-code ilmiah saja. Adakah hubungan dan relevansinya pelarangan dan pemisahan Antara Kalamullah dan Ilmu Pengetahuan? Jelas ada.
Saya ambil satu saja soal QS: yang menjelaskan, bahwa Jagad raya ini diciptakan tidak sia-sia kecuali manfaat.
Dari sini – jika saya bertanya soal manfaat dan kiamat sudah dekat yang sering merebak setiap ada prahara kemanusiaan – apa pun bentuknya – Tsunami – wabah penyakit dll – selalu disentuhkan dengan kiamat.
Pertanyaannya, adakah gugus bintang yang letaknya ada yang milyaran tahun cahaya – juga jumlahnya nir hitung – semua bintang-bintang (matahari) tersebut sudah diketahui manfaatnya, bahkan sudah dimanfaatkan? Termasuk planet-planet yang lebih besar dari Bumi?
Adakah jawaban soal kiamat adalah hak Allah dan Jika berkehendak tak ada urusannya dengan apa yang diciptakan dan 99.99% belum mampu dimanfaatkan? Hanya planet Bumi yang sangat kecil saja sudah cukup (sekali pun belum seluruhnya juga bisa dikuak manfaatnya yang baru bisa dimanfaatkan? Alasannya – Makna manfaat bagi manusia hanya yang mampu dijangkau oleh alam pikjir manusia yang kasat? Apa begitu – sehingga di luar bumi bukan urusan manusia sebagai manfaat?
Semakin tinggi olah data kemampuan dan potensi manusia – dalam perjalanan sejarah – banyak manusia kemudian menolak Agama dan menolak Tuhan. Di sinilah ketakutan serta kengerian Imam-Imam besar khususnya antara Islam dan Kristen tentang laju cepat sains dan tehnologi yang menggerus Kebenaran Keyakinan dan percepatan logika nalar yang melindas norma purwa cipta.
video simulasi itu saja masih merupkan pra kir bentuk yang realitasnya sulit untuk digambarkan seperti apa bentuk aslinya. kubangan solar (corona) di medan bakar abadi di matahari saja belum mampu dikuak apa bahan bakunya.
Benar. Keyakinan kiamat sudah dekat sama sekali tidak mau menghubungkan soal manfaat di luar bumi manusia.
Saksikan Jepang & Vietnam
Jepang
Semakin tingginya temuan-temuan yang nir nalar umum. Macam bio robotik yang baru menyertakan kecerdasan mesin 10 pangkat 6 DPI IC saja sudah memiliki kecerdasan yang menakjubkan. Termasuk Game animator – berefect optic – di luar temuan-temuan lainnya – banyak masyarakat Jepang sudah menafikan Keyakinan Agama moyangnya Shinto (yang dianggap sebagai dongeng mistis – dan anak-anak remajanya lebig dari 80% menolak agama juga menolak pernikahan.
Vietnam
Penderitaan akibat perang yang berkepanjangan dari invasi AS – kerusakan tata moral dan social ekonomi – pasca perang – banyak masyarakat Vietnan menolak beragama Budha atau sekte-sekte keyakian tradisi lainnya. Anak remajanya lebih dari 75% persen juga menganggap Agama sebagai Penjara kebebasan.
Sementara negara-negara bertehnologi tinggi yang dihajar sociopath mulai kehilangan kedamaian jiwa – mereka berbondong melakukan spiritual hilling (semacam semedi) – musik-musik enigma – space music sebagai ruang hening bagi mereka – juga masuk agama di luar agama yang sudah ada sebelumnya (Kristen atau Katholik. Mereka memilih Budha atau Huindu atau agama-agama semacam Kejawen.
Inti Tulisan
Siapa pun manusia – pada titik akhir sangat membutuhkan pelindung jiwa dan keteduhan apa pun bentuknya. Dulu ada danyang – dewa dan seterusnya. Renungkan video jagad raya itu.
Jangan merasa lebih tahu. Jangaan merasa sok benar dalam menjalankan norma keimanan. Jangan merasa benar dalam menjalankan perintah agama. yakini apa yang diyakini tidak usah membandingkan keyakinan di luar yang kalian yakini.
Bandung 11:57 — 12 04 2020