Allahu akbar, Allahu akbar, Walillahilhamdu.

Hari Raya Idul Adha kembali datang di 10 Dzulhijah 1443 H/2022 Miladiyah. Sudah seribu empat ratus tahun lebih, Lebaran ini dirayakan oleh umat Islam di seluruh dunia, dibarengi dengan menyelenggarakan kurban, dan ibadah haji bagi yang mampu, dalam artian mampu memenuhi: biaya, bekal sehari hari, kesehatan, keamanan di perjalanan, serta keamanan dan kenyamanan beribadah selama di Tanah Suci Mekkah.

Lebaran Haji demikian sebagian masyakarat menyebut Hari Raya Idul Adha, sudah selayaknya bisa membangkitkan gairah untuk menaikkan kualitas hidup dan kehidupan, khususnya bagi kaum Muslim di Indonesia, baik dari sisi ibadah langsung kepada Alloh SWT., dan ibadah dalam bentuk hubungan antar sesama muslim maupun sesama umat manusia beserta alam semesta.

Pelaksanaan Lebaran Haji, boleh dibilang merupakan ibadah yang melibatkan berbagai macam unsur, mulai dari: niat, pikiran, tenaga, waktu, kesehatan, biaya, dan segala hal yang menyertainya. Dengan demikian sudah sepatutnya apabila kaum Muslim bisa mengambil hikmah sebanyak banyaknya atas pelaksanaan Lebaran Haji. Hikmah yang bisa diambil bukan hanya semata mata dari sisi dimensi spiritual Ma’rifatulloh dalam mengenal Sang Pencipta, Alloh SWT., tetapi juga bisa dari sisi yang lain sebagai pendukung. Beberapa di antara hikmah dari sisi pendukung tersebut adalah sebagai berikut:

  • Hikmah Persaudaraan

Mengingat penyelenggaraan Lebaran Haji melibatkan umat Islam di seluruh dunia, maka sebaiknya kegiatan ini bisa memacu peningkatan persaudaraan sesama Muslim, baik di dalam maupun di luar negeri. Hal ini bisa berawal dari memahami bagaimana perjalanan Nabi Ibrahim Alaihissalam beserta Istrinya Siti Hajar, dan Ananda Nabi Ismail Alaihissalam. Mereka membangun kawasan Mekkah, mulai dari padang pasir yang tak berpenghuni sampai menjadi perkampungan yang ramai, banyak masyarakat berdatangan dan membentuk persaudaraan yang kuat di antara penduduknya.

Memahami kehidupan keluarga Nabi Ibrahim Alaihissalam ini termasuk dalam kategori mengenal Rosul Alloh yakni dalam ranah Ma’rifatul Rosul, Nabi Ibrahim Alaihissalam adalah satu di antara dua puluh lima Rosul. Dengan demikian diharapkan bahwa kaum Muslim dengan segala permasalahan yang dihadapi dengan sesama Muslim dan atau sesama umat manusia, bisa dicarikan jalan keluar melalui jalur perdamaian, kekeluargaan dan persaudaraan sebagaimana Nabi Ibrahim Alaihissalam membangun keluarga, dan masyarakat di Mekkah. Dengan demikian peperangan antar umat manusia sebisa mungkin mampu dihindari, dan diubah menjadi Perdamaian. Sebab ketika terjadi perang, bukan hanya menimbulkan kekacauan bagi yang sedang berperang, tetapi juga bagi kawasan di sekitarnya yang tidak ikut berperang atau bahkan kawasan yang sangat jauh pun bisa terkena imbasnya.

Lebaran Haji merupakan momentum yang tepat untuk meningkatkan persaudaraan dan kekeluargaan antar umat manusia, khususnya di antara sesama kaum muslim. Saling kenal mengenal, saling menghormati, dan saling memahami satu sama lain. Lebih lebih ketika bertemu bersama sama beribadah Haji di Mekkah, maupun misalnya bagi yang mengikuti sholat berjama’ah Idul Adha di Indonesia. Dari kegiatan ini diharapkan mampu menjadi semacam pintu gerbang dalam memahami sesama umat manusia atau dalam ranah kegiatan Ma’rifatunnas.

  • Hikmah Berkurban

Penyelenggaraan Lebaran Haji seringkali juga diikuti dengan berkurban Sapi, Onta, atau pun Kambing. Daging kurban kemudian dibagikan ke masyarakat luas secara umum di sekitar masjid penyelenggara pemotongan hewan kurban. Hal ini seyogyanya bisa menjadi momentum untuk meningkatkan minat berkurban demi terwujudnya kemaslahatan hidup dan kehidupan yang semakin lebih baik, dan bisa menjadi media untuk saling mengenal antara pegiat masjid dengan masyarakat di sekitarnya, kemudian terjadilah aktifitas Ma’rifatunnas saling kenal mengenal antar umat manusia dalam ranah yang lebih luas. Sehingga segala hal mulai dari: pikiran, sikap, dan tindakan yang bisa menyebabkan hidup dan kehidupan yang tidak menjadikan lebih baik bisa segera ditinggalkan, dan beralih pada: pikiran, sikap, tindakan, atau pun kebiasaan yang lebih baik baik saja.

Di samping itu juga perlu memahami tentang beberapa binatang yang boleh dijadikan sebagai hewan kurban. Di sinilah seorang Muslim bisa memulai mengenal alam binatang, khususnya Sapi, Onta maupun Kambing. Pengenalan tersebut bisa berawal dari aktifitas pemeliharaan, pemotongan, sampai pembagian daging hewan kurban. Pengetahuan bidang ini termasuk dalam ranah Ma’rifatul alam khususnya alam terkait hewan kurban. Pada ujung ujungnya Muslim di seluruh dunia, khususnya di Indonesia diharapkan akan berkarakter baik, penuh iman dan taqwa.

  • Hikmah Kemandirian

Segala pelaksanaan ibadah Haji, sholat Idul Adha, maupun perhelatan pemotongan hewan kurban tidak bisa terlepas dari kaidah syarat dan rukun dari masing masing ibadah. Untuk memenuhi syarat dan rukunnya, tentu wajib mengetahui ilmu yang terkait penyelenggaraan ibadah tersebut. Kegiatan mengenal ilmu seperti ini termasuk aktifitas dalam ranah Ma’rifatul ilmi.

Ohya, Ada kaidah umum dalam hal ilmu dan amal kegiatan, yaitu: Ilmu akan tetap saja ilmu meskipun tidak diamalkan. Sedangkan amal kegiatan akan rusak jika tanpa ilmu. Oleh karena itu sudah menjadi keniscayaan jika sebagian kaum Muslim ada yang bisa melaksanakan Fardu Kifayah sebagai peran pendukung agar ibadah haji dan ibadah kurban bisa terlaksana sebaik baiknya. Fardu kifayah yang dimaksud diantaranya adalah: memahami ilmu dan praktek pendukung dalam pelaksanaan ibadah haji atau pun kurban, misal menjadi penyedia transportasi darat, laut, maupun udara bagi Jama’ah Haji. Atau pun bisa membuka usaha peternakan Sapi, dan atau Kambing sebagai penyedia hewan Kurban. Atau bahkan bisa mempunyai pabrik Mobil, pabrik Kapal laut, dan pabrik Pesawat Udara. Kegiatan seperti ini bisa berpeluang masuk ke ranah Ma’rifatul Fulus dalam artian bisa mengenal uang, meskipun dari nilai uang yang paling kecil sekali pun. Biar kecil, yang penting uang. Sebab ternyata memang segala penyelenggaraan Lebaran Haji, dan ibadah ibadah yang menyertainya masih sering kali memerlukan uang: Berangkat Haji perlu uang, Memotong hewan kurban perlu uang, dan Biaya listrik penyelenggaraan sholat Idul adha juga perlu uang.

Lebaran Haji merupakan momentum untuk membuka diri, membuka mata, membuka telinga, dan membuka pikiran bahwa hikmah Lebaran Haji bisa melahirkan banyak dimensi, mulai dari Ma’rifatulloh, Ma’rifatul Rosul, Ma’rifatunnas, Ma’rifatul alam, Ma’rifatul ilmi, dan Ma’rifatul Fulus.

Semoga kaum Muslim pada umumnya bisa mengambil hikmah sebanyak banyaknya, tambah sehat, dan tambah barokah. Serta bisa menjadi haji Mabrur bagi yang beribadah Haji di Mekkah. Aamiin.

Allahu akbar, Allahu akbar, Walillahilhamdu.

Selamat Hari Raya Idul Adha 1443 H.

Penulis:

Atik Bintoro, Ketua Dewan Pembina Mbludus.com

Bagikan:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *