Judul Buku : Kembara Rindu (Dwilogi Pembangun Jiwa)
Pengarang : Habiburrahman El Shirazy
Editor : Triana Rahmawati
Desain Cover : Abdul Basit
Penerbit : Republika Penerbit bekerjasama dengan Lampung Post
Cetakan 1 : September 2019
Tebal : IV + 266 halaman
[iklan]
Mengingatkan Kembali Pentingnya Peran Pendidikan Pesantren
Novelis Habiburrahman El Shirazy alias Kang Abik baru meluncurkan novel terbarunya bertajuk: Kembara Rindu (Dwilogi Pembangun Jiwa). Novel pertama dari dwilogi setebal 266 halaman yang diterbitkan Republika Penerbit dan Lampung Post ini mengambil latar lokasi di beberapa pesantren yang berlokasi antara lain; Cirebon, Bandar Lampung , Lampung Barat,Pesisir Barat dan Tanggamus.
Penulis novel best seller “Ayat-Ayat Cinta” ini lewat novel terbarunya ingin mengingatkan dan meneguhkan kembali pentingnya peranan pendidikan pesantren di era milineal ini. Lewat novel Kembara Rindu , novelis yang baru dinobatkan menjadi Tokoh Perbukuan Islam 2019 ini ingin mengingatkan, bahwa pendidikan karakter yang kini digembar-gemborkan pemerintah melalui kemasan kurikulum dengan segenap program turunannya , sebenarnya sudah dijalankan dari dulu di pesantren . Pendidikan karakter di pesantren bukalah hal baru. Dari dulu di pesantren anak-anak tak hanya didik menjadi pintar,trampil, jujur, tawadhu, tetapi juga santun dan berahlak.
Membangun Pesantren, Membangun Kampung
Pendidikan di pondok pesantren secara umum adalah mewujudkan masyarakat Indonesia yang memiliki tanggung Jawab tinggi dihadapan Allah sebagai khalifah sehingga harus memiliki sikap, wawasan, pengamalan iman dan akhlakul karimah, tumbuh kemerdekaan, demokratis, toleran dan menjunjung hak asasi manusia, berwawasan global yang berdasarkan ketentuan dan tidak bertentangan dengan nilai dan norma Islam. Sedangkan misi pendidikan pondok pesantren secara umum adalah menuju masyarakat madani, melalui pendidikan yang otonom, luwes namun adaptif dan fleksibel. Proses pendidikan yang dijalankan bersifat terbuka dan berorientasi kepada keperluan dan kepentingan bangsa.
Lain dari itu, lewat tokoh Ridho dalam novel Kembara Rindu ini juga mengingatkan kembali kampung halaman yang tak hanya dikunjungi ketika mudik lebaran. Tetapi sebuah panggilan kerinduan untuk membangun dan berbagi di kampung halamannya setelah menangguk ilmu di perantauan. Kang Abik ingin mengingatkan kaum muda agar tak hanya memburu pekerjaan di kota, tetapi juga bisa melirik potensi ekonomi dan peluang usaha di pedesaan berupa usaha perkebunan, pertanian, peternakan dan juga pengembangan usaha wisata. Sehingga para anak muda yang telah berhasil meraih pendidikan bisa menerapkan ilmu dan mengembangkan di kampung halamannya termasuk mendirikan pesantren.
Simak saja penggalan ujaran Kyai Nawir kepada santrinya Ainur Ridho mengingatkannya agar kembali ke kampung halamannya.“Waktumu ngaji dan belajar di pesantren ini sudah khatam. Sudah saatnya kamu pulang ke Lampung. Keluarga dan masyarakatmu saat ini sangat memerlukan kehadiranmu,” ujar Kyai Nawir.
Santri memiliki beberapa kelebihan dibanding dengan lulusan dari sekolah umum, khususnya pengetahuan dan kecerdasan dibidang spiritual dan akhlak. Bila dikaitkan dengan kasus kriminal yang marak terjadi di Indonesia, maka mendorong para santri untuk meningkatkan peran mendongkrak keberhasilan pembangunan Indonesia menjadi salah satu faktor penting yang perlu dipertimbangkan. Kini saatnya pemerintah perlu memberi ruang yang cukup, termasuk iklim kondusif kepada para “santri” dan “pesantren” agar dapat berpartisipasi dalam pembangunan. Pesantren tidak cukup hanya menciptakan para santri yang memiliki kompetensi tinggi tetapi juga harus mampu menciptakan produk kreatif dan inovatif yang dapat dikontribusikan ke ranah industri bernuansa islami.
Dengan berbekal ilmu dan kesalehan kaum muda diingatkan untuk terus menumbuhkembangkan tradisi dan budaya lokal yang luhur juga kegiatan-kegiatan keagamaan di Pekon atau Kampung.
Pada Novel Kembara Rindu ini, Kang Abik juga menyampaikan pesannya, betapa banyaknya potensi lokal berupa kuliner, kesenian, dan budaya,yang makin terasing di bumi sendiri, karena perkembangan teknologi di era kampung global ini.
Meski sekilas, dalam buku pertama dari novel Kembara Rindu ini, Abik juga menyoroti, kawasan wisata di Lampung; berupa kampung-kampung tua, ;Kawasan Terpadu Sekuting, Gunung Pesagi, Pantai Sawmill, Gisting, Gunung Tanggamus, dan lainnya dengan menjadikannya latar cerita. Banyak “pusaka” leluhur yang bisa diolah yang ada di kampung halaman.
Kang Abik juga meramu konflik keluarga, perjuangan hidup, kisah percintaan yang menjadi bumbu kisah novel ini. Kisah percintaan yang menjadi penyedap sebuah novel, tentunya diramu dengan ciamik oleh kang Abik dalam novel Kembara Rindu ini. Tetapi kisah cinta dalam novel ini oleh kang Abik dipilih yang senafas dengan kehidupan pesantren yang religius. Nampaknya proses taaruf menjadi pilihan kang Abik.
Simak saja, kisah percintaan Kyai Shobron anak Kyai Nawir dari Pesantren Sidawangi, Cirebon dengan Nur Fathiyah anak saudagar Haji Qamaruddin dari Bandar Lampung. Kyai Shobron Jalil, lulusan program Magister Universitas Om Durma Khartum, Sudan yang akhirnya sukses membuka pesantren Minhajus Sholihin di Bandar Lampung.
Lalu bagaimana dengan kisah asmara Ainur Ridho pendiri Pesantren Al Ihsaniyah, Way Mernti, tokoh utama novel ini. Masih dibuat samar oleh Kang Abik. Apakah Diana putri Kyai Munawir yang diam-diam mulai simpati dan kagum dengan Ridho. Bisa jadi Lina calon dokter putri almarhum Haji Syahril Abror asal Liwa . Atau Naimah santriwati dari Pesantren asuhan Kyai Harun Abdussalam yang bakal bersanding jadi jodoh Ridho? Masih menjadi misteri.
Pada muaranya, sejatinya novel ini ingin mengingatkan kepada kita bahwa orang hidup di dunia ini seperti orang bepergian hanya penaka kembara. Dunia bukanlah tujuan, yang menjadi tujuan adalah Sang Maha. Karena rasa rindu yang mendalamlah yang akan mengantar kita sampai rumahNya. Rindu, yang didedahkan dalam novel besutan kang Abik kali ini rindu yang tak biasa, seperti pada novel-novelnya yang terdahulu. Ya, rasa rindu yang tak biasa.(*)
Christian Heru Cahyo Saputro, Penyair, Penulis lepas di berbagai media, Penggiat Heritage di Jung Foundation Lampung Heritage dan Pan Sumatera Network (Pansumnet)
Kembara Rindu 2 belum terbit yaa ?