
Catatan Perjalanan Di Seattle Washington State – USA
Seperti yang telah diketahui oleh banyak orang bahwa kota Seattle, Washington State – Amerika Serikat merupakan kota impian bagi pelaku dunia usaha, pendidikan, industri, bisnis, dan sekali gus destinasi wisata yang menarik. Puluhan tempat wisata tersedia di kota ini, dari yang alami, industri enjinering, sampai tempat wisata buatan. Adapun beberapa destinasi wisata yang sangat menarik, diantaranya adalah sebagai berikut:
Issaquah river
Di sungai ini tempat kembalinya ikan Salmon mudik untuk bertelur, setelah sekian lama mengembara hidup di lautan. Konon katanya ada yang pernah melakukan penelitian, diketahui bahwa dimana tempat seekor ikan Salmon menetas di situlah ketika dewasa dia akan kembali ke lokasi tersebut untuk bertelur.
Perjalanan ikan Salmon dari lautan bebas ke sungai Issaquah ini, berenang dengan cara melawan arus dari lautan lepas, kemudian masuk melawan aliran sungai sampai menuju tempatnya bertelur. Masa periode mudik ikan Salmon setiap tahun sekitar bulan September sampai dengan Oktober. Setiap tahun dapat dipastikan selalu ada yang mudik, sampai ribuan ekor berbarengan. Setiap tahun juga, setelah menetas, ikan ikan kecil itu beberapa bulan kemudian, mereka segera kembali ke laut lepas.
Dalam perjalanan mudik, banyak ikan Salmon yang tampak terluka berdarah darah dalam usaha mencapai lokasi bertelur. Meskipun jumlahnya ribuan dan sungainya tidak terlalu dalam, kedalamannya sekitar 60 cm, ditambah dengan pagar sekadarnya, namun tidak terlihat adanya usaha penangkapan ikan di sepanjang sungai. Pengunjung sungai hanya lalu lalang dan sesekali memotret ikan ikan yang berusaha melawan arus, dan berfoto ria di sekitar sungai.
Tidak semua ikan Salmon dibiarkan bebas bertelur dan menetas secara alami. Ikan ikan yang mudik diarahkan ke Penampungan mirip akuarium raksasa yang dapat dilihat di balik kaca.
Dan di situlah mereka bertelur, hal ini untuk menghindari mangsa predator.
Setelah telur menetas, selang beberapa bulan, anak ikan tersebut dilepas ke sungai dan kembali mengikuti siklus hidupnya menuju laut lepas. Beberapa tahun kemudian ketika hendak bertelur, mereka akan kembali lagi ke tempatnya menetas, ya di Sungai Issaquash tersebut.
Taman Gas works
Taman ini memang tepat untuk lokasi memandang kota Seattle dari kejauhan. Terlihat deretan gedung pencakar langit dengan latar depan danau yang amat luas. Untuk menuju taman ini perlu menyebrang danau melalui jembatan panjang yang membelah danau. Dekat taman ini ada rongsokan bekas pabrik gas atau semacam kilang tak terpakai. Sesekali beberapa ekor angsa terlihat terbang di sekitar taman.
Setelah berjalan naik dari pintu gerbang taman, sampailah di puncak taman. Di puncak taman Gas works angin terasa bertiup kencang banget, karena memang tidak ada penghalang angin dari arah danau. Di puncak ini, saya menyempatkan diri baca puisi. Kapan lagi, mumpung di taman Gas Works. Teriakan saya berpacu dengan desau angin yang menyambar nyambar suara saya ketika baca puisi. Orang orang sekitar pun cengar cengir melihat tingkah saya. hm.
Snowqualmie Pass
Lokasi ini adalah daerah pegunungan yang berhawa dingin. Jika musim dingin tiba, seluruh permukaan benda di luar ruangan berwarna putih, tertutup salju. Dalam perjalanan, aku sempat singgah di sini. Baju tebal dan celana hangat diperlukan. Untunglah sebelum ke USA, ketika masih di Bogor, ada yang ngasih tahu, pakai saja celana panjang ketat sebagai daleman. Akupun beli celana panjang untuk celana senam perempuan yang cukup ketat, untuk daleman ini tidak apa apa. Dari pada beli di Amerika, pasti mahal. Itung itung berhemat, beli saja di negara sendiri. Ternyata benar, di Amerika harganya memang mahal, dan kabar baiknya celana senam yang dipakai sebagai pakaian dalam, bisa mengurangi rasa dingin yang menusuk tulang. Ada yang pernah mengukur, kira kira sekitar minus delapan derajat Celcius. Bagian permukaan sungai sudah banyak yang membeku menjadi es dan tertimbun salju.
Banyak wisatawan berkunjung, sekedar jalan jalan, main sky, berseluncur pakai ban, ataupun bermain main salju. Pada kesempatan di sana, tak lupa aku pun baca Puisi spontanitas. Sama sama bersuara tapi rasanya berbeda, baca puisi sambil dikepung salju. Serasa gimana gitu, sambil sedikit gigil, dingin mulai menembus kulit. Mungkin karena sudah terlalu lama di luar ruangan yang sangat dingin. Aku pun segera masuk ke mobil dan menghangatkan badan.
Monumen Space Needle
Monumen ini sebagai lambang supremasi Amerika dalam menggapai penguasaan antariksa. Seolah memberi pesan kuat dan percaya diri bahwa Amerika memang mampu menembus antariksa sebagaimana jarum menembus lapisan kain atau pun media lain. Memang tentang percaya diri, orang Amerika jagonya. Bahkan ada semacam pengakuan atau kepercayaan tidak tertulis bahwa orang Amerika itu, sebagian percaya, siapa pun bisa menjadi ahli di bidang apa pun. Menurut pak Aang kenalan saya, Orang Indonesia yang sudah lama tinggal di Amerika. Angka 10.000 jam adalah angka yang diyakini sebagian orang Amerika bahwa angka ini bisa mengantarkan seseorang menjadi ahli. Jika seseorang terus menerus berlatih sampai dengan selama 10.000 jam bisa mengantarkannya menjadi ahli di bidang yang ditekuninya. Jika seandainya ditekuni selama 5 jam sehari, atau 100 jam sebulan, berarti perlu waktu 100 bulan atau sekitar 09 tahun berlatih. Wallahu a’lam.
Gambaran percaya diri seperti itulah yang juga bisa dirasakan sebagian pengunjung ketika menikmati kunjungan wisata ke kawasan Monumen Space Needle di kota Seattle.
Kerry Park
Taman ini berada di seberang danau. Dari taman ini bisa dinikmati Down Town sebagai pusat kota Seattle. Disamping itu juga bisa berfoto ria dengan latar belakang Monumen Menara Space Needle. Di taman ini juga ada monumen Kerry Park yang berbentuk tugu berlubang. Dari lubang ini bisa juga menikmati pemandangan danau sebagai latar depan Monumen Space Needle.
Suatu ketika, pada saat mampir disini, saya sempat kehilangan tas, karena ketinggalan di Monumen Kerry Park ini. Di dalam tas terdapat pasport, dan kartu nama yang ada alamat email saya. Teman seperjalanan yakni Pak Ari Sugeng dan Pak Agus Aribowo menemani saya untuk mencari keberadaan tas tersebut. Hampir dua jam menelusuri kawasan Kerry Park sampai ke monumen Space Needle, namun tidak ada hasilnya. Di tengah dingin yang gigil, kami tetap berharap tas tersebut dapat ditemukan.
Subhanalloh, ketika istirahat, ngopi di bawah Monumen Space Needle, pada saat membuka e-mail, ada yang kirim email, kira kira begini:
Hi … I found your bag. Please call me.
Its my phone number.
Alhamdulillah, kami lanjutkan komunikasi lewat telepon, dan tasku kembali tanpa kekurangan apa pun, termasuk pasport masih berada di dalamnya. Seorang bule Amerika telah menemukan tasku dan mengembalikannya padaku di Monumen Kerry Park. Setelah tas ada di tanganku, dia pun langsung pergi tanpa meninggalkan pesan. Masya Alloh, saya hanya tertegun dan berucap terimakasih.
Percaya atau tidak, ketika selepas sholat subuh di awal datang di Amerika, saya telah memasukkan infaq ke kas Masjid di Seattle. “Kapan lagi bisa infaq di Amerika”, pikirku di kala itu.
Subhanalloh, ternyata benar, bahwa sodaqoh atau infaq bisa menghindarkan diri dari musibah.
Alhamdulillah sekarang saya sudah kembali ke kampung halaman di Rumpin Kab. Bogor, Jawa Barat, setelah terbang dari bandara Internasional Seatac – Washington State ke Narita Tokyo – Jepang terus dilanjutkan ke Jakarta – Indonesia.
Tetap saja pengalaman menarik selanjutnya, ingin saya awetkan menjadi beberapa catatan lagi. Siapa tahu masih ada yang tersisa yang belum tersampaikan.
Lain kesempatan akan diteruskan ke catatan perjalanan berikutnya di lain waktu, dan lain tempat.
Insya Alloh,
—
Penulis Kek Atek
Pecinta perjalanan, tinggal di Rumpin, Kab. Bogor – Jawa Barat, Indonesia.