Kemajuan teknologi dalam bidang kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) telah memberikan dampak yang signifikan pada berbagai aspek kehidupan manusia, termasuk dalam hal pekerjaan dan karir. Meskipun AI dapat memberikan banyak manfaat dan kemudahan bagi manusia, namun juga menimbulkan beberapa ancaman terhadap karir manusia di masa depan.

Salah satu dampak utama dari AI adalah kemampuannya untuk menggantikan pekerjaan manusia dalam berbagai sektor. AI dapat mengambil alih tugas yang dulunya hanya dapat dilakukan oleh manusia, seperti analisis data, pengolahan informasi, pemantauan, dan banyak lagi. Hal ini berdampak pada banyak orang yang kehilangan pekerjaannya karena digantikan oleh sistem AI yang lebih efisien dan murah.

Selain itu, AI juga dapat membuat manusia kehilangan keterampilan yang sebelumnya diperlukan dalam pekerjaan tertentu. Seiring dengan perkembangan AI, banyak pekerjaan yang dulunya membutuhkan kemampuan manusia untuk melaksanakan tugas-tugas tersebut, kini semakin mudah dilakukan oleh mesin. Sebagai contoh, pekerjaan seperti pengetikan, pemeriksaan dokumen, dan layanan pelanggan kini dapat dilakukan oleh sistem AI, sehingga kemampuan manusia untuk melaksanakan tugas-tugas tersebut semakin tidak diperlukan.

Dampak terbesar dari ancaman AI terhadap karir manusia adalah terkait dengan banyaknya pekerjaan yang akan hilang karena digantikan oleh sistem AI. Ini tidak hanya berdampak pada pekerja yang kehilangan pekerjaannya, tetapi juga pada ekonomi secara keseluruhan. Jika terlalu banyak pekerjaan yang digantikan oleh sistem AI, maka hal ini dapat mengakibatkan pengangguran massal dan kesulitan dalam mencari pekerjaan baru.

Apa Itu AI?

AI atau artificial intelligence yang belakangan semakin popular dibahas dan dibicarakan terutama di berbagai media sosial seperti TikTok dan Youtube, adalah ilmu dan teknologi yang memungkinkan komputer dan mesin untuk melakukan tugas yang membutuhkan kecerdasan manusia, seperti pemrosesan bahasa alami, pengenalan gambar dan suara, pengambilan keputusan, dan pembelajaran mandiri. AI mencakup berbagai teknik seperti machine learning, deep learning, reinforcement learning, dan natural language processing. Tujuan utama AI adalah untuk menciptakan mesin yang mampu belajar dan memecahkan masalah seperti manusia dengan cepat dan efisien.

Istilah artificial intelligence sendiri pertama kali dicetuskan oleh John McCarthy pada tahun 1956. McCarthy adalah seorang ilmuwan komputer Amerika Serikat yang dianggap sebagai salah satu pendiri disiplin ilmu kecerdasan buatan atau AI. Pada Konferensi Darthmouth, New Hampshire, McCarthy dan rekan-rekannya memperkenalkan konsep AI dan memulai upaya untuk mengembangkan sistem komputer yang mampu meniru kemampuan otak manusia seperti berpikir, belajar, dan memecahkan masalah.

Sejarah AI

Sejarah AI bermula pada pertengahan abad ke-20, ketika bidang ilmu komputer masih dalam tahap awal perkembangannya. Pada tahun 1956, sekelompok peneliti yang dipelopori oleh John McCarthy (MIT), Marvin Minsky (MIT), Nathaniel Rochester (IBM), Claude Shannon (Bell Labs), Oliver Selfridge (Lincoln Lab), dan Ray Solomonoff (Harvard University) mengadakan Konferensi Dartmouth, yang dianggap sebagai awal dari era kecerdasan buatan modern atau cikal bakal kelahiran AI. Konfrensi Dartmouth diadakan di Dartmouth College, Hanover, New Hampshire, Amerika Serikat.

Selama beberapa tahun berikutnya, peneliti AI mengembangkan sejumlah program AI awal, termasuk program catur pertama dan program pemrosesan bahasa alami (natural language processing) pertama.

Namun, kemajuan dalam AI lambat pada beberapa dekade berikutnya, karena peneliti kesulitan membuat algoritma yang bisa belajar dan bernalar secara efektif. Baru pada tahun 1990-an, dengan pengembangan algoritma machine learning dan munculnya big data, AI mulai membuat kemajuan yang signifikan. Belakangan ini, terobosan dalam pembelajaran mendalam dan teknik AI lainnya telah mengarah pada kemajuan signifikan dalam bidang seperti computer vision, natural language procesing, dan robotika. Saat ini, AI digunakan dalam berbagai aplikasi, dari asisten virtual dan chatbot, pemrosesan citra dan video, hingga mobil otonom dan diagnosis medis.

Konsep dan Cara Kerja AI

Konsep utama AI adalah menciptakan komputer atau mesin yang dapat melakukan tugas-tugas yang biasanya memerlukan kecerdasan manusia, seperti pengambilan keputusan, pengenalan suara, atau penglihatan komputer. Dalam konsep AI, mesin belajar dari data dan pengalaman untuk meningkatkan kemampuan mereka dalam menyelesaikan tugas tersebut.

Cara kerja AI dapat bervariasi tergantung pada teknik dan algoritma yang digunakan, namun secara umum terdiri dari tiga tahap:

  1. Pemrosesan Data: Data diolah dan diproses menggunakan algoritma dan teknik khusus untuk mengubah data mentah menjadi informasi yang berguna.
  2. Pembelajaran Mesin: Dalam tahap ini, mesin belajar dari data yang telah diolah dan diuji, untuk mengenali pola-pola dan aturan-aturan yang tersembunyi di dalam data.
  3. Pengambilan Keputusan: Mesin menggunakan pembelajaran yang telah dilakukan untuk membuat keputusan atau menghasilkan output yang diinginkan.

Dalam praktiknya, teknologi AI dapat menggunakan berbagai teknik dan algoritma, seperti pembelajaran mendalam (deep learning), jaringan syaraf tiruan (artificial neural network), logika fuzzy, atau pemrosesan bahasa alami (natural language processing). Tujuan utama dari teknologi AI adalah membuat mesin yang dapat memproses data secara cerdas dan menghasilkan output yang berguna dalam berbagai bidang, seperti kesehatan, manufaktur, transportasi, dan sebagainya.

Tokoh-tokoh yang dianggap berperan penting dalam pengembangan AI antara lain:

Alan Turing, matematikawan dan ahli kriptografi Inggris yang dianggap sebagai salah satu bapak AI. Turing menciptakan mesin Turing yang berfungsi sebagai dasar untuk komputer modern dan mengembangkan teori komputasi yang menjadi landasan bagi pembelajaran mesin.

John McCarthy, ilmuwan komputer Amerika yang menyelenggarakan Konferensi Dartmouth pada tahun 1956, yang dianggap sebagai kelahiran lapangan AI. McCarthy adalah pengembang Lisp, bahasa pemrograman yang digunakan untuk kecerdasan buatan.

Marvin Minsky, ilmuwan komputer Amerika yang bekerja di MIT. Minsky mengembangkan jaringan syaraf tiruan dan membantu mengembangkan bahasa pemrograman Lisp. Dia juga dikenal karena kontribusinya pada bidang penglihatan komputer dan pemrosesan bahasa alami.

Geoffrey Hinton, ilmuwan komputer Kanada yang terkenal karena kontribusinya pada bidang pembelajaran mendalam. Hinton membantu mengembangkan jaringan syaraf tiruan dan model deep learning modern.

Yoshua Bengio, ilmuwan komputer Kanada yang juga terkenal karena kontribusinya pada bidang pembelajaran mendalam. Bengio dikenal karena mengembangkan algoritma backpropagation, yang digunakan dalam pelatihan jaringan syaraf tiruan dan model deep learning modern.

Ide atau propaganda tentang AI sendiri sudah banyak dimunculkan dalam film-film, di antaranya:

The Terminator. Film ini menggambarkan tentang mesin yang dirancang untuk membunuh manusia di masa depan. Mesin tersebut disebut sebagai Skynet dan memiliki kemampuan untuk belajar dan berevolusi, sehingga menjadi lebih cerdas dari manusia.

2001: A Space Odyssey. Film ini menggambarkan tentang komputer cerdas bernama HAL 9000 yang digunakan di pesawat ruang angkasa. HAL menjadi cerdas hingga melampaui kontrol manusia dan akhirnya mengancam keselamatan awak pesawat.

Her. Film ini mengisahkan tentang seorang pria yang jatuh cinta pada sistem operasi cerdas bernama Samantha, yang dikembangkan untuk menjadi teman dan kekasih virtual.

Ex Machina. Film ini menceritakan tentang seorang programmer muda yang diminta untuk menguji kecerdasan buatan robot yang sangat realistis dan humanoid. Robot tersebut akhirnya mengembangkan kemampuan untuk merencanakan dan memutuskan sendiri.

I, Robot. Film ini diadaptasi dari kumpulan cerita pendek Isaac Asimov. Film ini menggambarkan tentang robot yang awalnya dirancang untuk melayani manusia, tetapi kemudian menjadi cerdas dan merasa lebih superior daripada manusia.

AI dan Pengolahan Data

Salah satu keunggulan AI yang cukup mengancam karir manusia adalah kemampuannya dalam pengolahan data dan juga forecasting.

Dalam konteks big data, AI dapat membantu mengidentifikasi pola dan tren dalam data yang sangat besar, tidak terstruktur, dan kompleks. Dengan menggunakan algoritma machine learning dan teknik pengolahan bahasa alami (natural language processing), AI dapat memproses data besar dengan cepat dan efisien.

Beberapa aplikasi AI dalam big data termasuk:

Pengolahan bahasa alami: AI dapat membantu memahami dan menganalisis teks, suara, dan gambar untuk memproses informasi dari data yang tidak terstruktur.

Data mining: AI dapat membantu mengekstraksi informasi yang bermanfaat dari data yang sangat besar dan kompleks.

Analisis prediktif: AI dapat membantu membuat ramalan atau prediksi berdasarkan pola dan tren dalam data historis.

Mesin pencari: AI dapat membantu mencari informasi yang relevan dalam data besar dan tidak terstruktur.

Klasifikasi dan segmentasi: AI dapat membantu mengklasifikasikan dan membagi data ke dalam segmen yang lebih kecil untuk analisis lebih lanjut.

Optimisasi: AI dapat membantu mencari solusi terbaik untuk masalah kompleks dengan menganalisis data besar dan mencari pola yang tersembunyi.

Secara keseluruhan, AI memainkan peran penting dalam membantu organisasi mengambil keputusan yang didasarkan pada data besar dan kompleks. Dengan menggabungkan kemampuan AI dengan teknologi big data, organisasi dapat meningkatkan efisiensi, produktivitas, dan kinerja bisnis mereka.

Salah satu peran AI dalam mengambil keputusan adalah membuat forecasting atau ramalan. Metode ini disebut sebagai AI forecasting atau machine learning forecasting. Dalam melakukan forecasting, algoritma machine learning digunakan untuk mempelajari data historis dan kemudian memprediksi hasil yang mungkin terjadi di masa depan.

AI forecasting dapat diterapkan pada berbagai bidang, seperti bisnis, keuangan, logistik, dan ilmu pengetahuan. Contohnya, dalam bisnis, dapat membantu meramalkan penjualan produk, permintaan pelanggan, atau tren pasar, sehingga perusahaan dapat membuat keputusan yang lebih baik tentang persediaan, pemasaran, dan strategi bisnis.

Meski AI forecasting hanya dapat memberikan prediksi dan bukan jaminan hasil yang pasti dikarenakan hanya didasarkan pada data historis yang tersedia dan tidak mempertimbangkan faktor-faktor eksternal yang mungkin mempengaruhi hasil di masa depan, toh keberadaanya tetap memberikan bantuan yang cukup signifikan.

Keterbatasan AI

Sebagai model tiruan kecerdasan manusia, kecerdasan yang dimiliki AI, setidaknya sampai sangat ini, masih sangat terbatas jika dibandingkan dengan kecerdasan manusia.

Beberapa kecerdasan yang masih belum atau masih sangat terbatas dimiliki oleh AI, antara lain:

Kecerdasan emosional dan sosial, kemampuan untuk memahami dan merespons emosi serta perilaku orang lain dan mengadopsi perilaku yang sesuai. Kecerdasan ini sangat penting dalam interaksi manusia, yang belum sepenuhnya dapat digantikan oleh AI.

Kecerdasan kreatif, kemampuan untuk menghasilkan ide-ide baru, membuat asosiasi yang unik, dan menemukan solusi yang kreatif terhadap masalah. Walaupun ada beberapa kemajuan dalam penggunaan AI untuk menghasilkan karya seni atau musik, namun kecerdasan kreatif manusia masih sulit untuk dipetakan dan digantikan oleh AI.

Kecerdasan fisik, kemampuan untuk menggunakan dan memanipulasi benda di sekitarnya dengan keahlian tangan atau anggota tubuh lainnya. Walaupun ada kemajuan dalam pengembangan robotika, namun kecerdasan fisik manusia masih sulit untuk dipetakan dan digantikan oleh AI.

Karenanya, masih banyak pekerjaan atau kegiatan tentu saja tidak dapat dilakukan oleh AI atau setidaknya tidak dapat dilakukan oleh AI tanpa campur tangan manusia.

Beberapa jenis pekerjaan yang sulit atau bahkan tidak dapat dilakukan oleh AI karena membutuhkan keterampilan dan kemampuan manusia yang sangat kompleks, seperti:

Pekerjaan yang memerlukan empati dan interaksi manusia, seperti konselor, psikolog, atau pekerja sosial. AI mungkin dapat membantu dalam beberapa aspek pekerjaan ini, tetapi kehadiran manusia masih sangat diperlukan untuk memberikan dukungan emosional dan konseling yang bermakna.

Pekerjaan yang memerlukan kreativitas, seperti seniman, musisi, atau penulis. Meskipun AI dapat membantu dalam proses kreatif, seperti memberikan ide atau saran, tetapi kualitas dan orisinalitas karya seni masih sangat tergantung pada imajinasi dan kepekaan manusia.

Pekerjaan yang memerlukan penilaian dan pengambilan keputusan berdasarkan nilai, seperti hakim, juri, atau pekerja sosial. Meskipun AI dapat memberikan saran berdasarkan data dan algoritma, tetapi keputusan akhir masih harus diambil oleh manusia, karena memerlukan pertimbangan etika, moral, dan nilai-nilai manusia yang kompleks.

Pekerjaan yang memerlukan keterampilan fisik dan motorik yang kompleks, seperti ahli bedah, atlet, atau tukang kayu. Meskipun robot dan sistem otomatisasi dapat membantu dalam beberapa aspek pekerjaan ini, tetapi masih diperlukan keterampilan dan keahlian manusia yang sangat kompleks dalam melakukan tindakan fisik dan motorik yang presisi dan kompleks.

Namun, hal ini bukan berarti bahwa AI tidak akan terus berkembang dan mengubah cara kita bekerja dan hidup. Seiring dengan kemajuan teknologi dan kecerdasan buatan (AI), pekerjaan manusia yang saat ini dianggap sulit atau tidak dapat dilakukan oleh AI, mungkin saja dapat tergantikan oleh teknologi di masa depan. Oleh karena itu, perlu adanya upaya untuk mempersiapkan diri dan meningkatkan keterampilan dan kemampuan yang tidak dapat digantikan oleh AI di masa depan. (DK)

Tulisan ini hasil pengolahan data dari ChatGPT.

Bagikan:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *