Suatu karya sastra tentunya dapat memberikan hiburan dan pelajaran bagi para pembacanya melalui tulisan. Tulisan yang dikemas dengan unsur fantasi ini membuat kesan baru bagi para pembaca setia Bernard Batubara.

Berbeda dengan karya-karya Bernard Batubara sebelumnya yang populer bergenre roman, kini Bernard Batubara menghasilkan karya bergenre fantasi dengan memiliki ide cerita berasal dari teori Filsafat Ekstensialisme yaitu konsep mengenai keberadaan Tuhan. Karya Bernard Batubara ini merupakan buku ketiga dalam rangkaian sindikat satu yang memiliki genre thriller, nuansa ini baru dijajal oleh penulis.

Berbeda dengan novel sebelumnya, ketika saya membaca sebuah novel karya Bernard Batubara yang berjudul Deo. Deo merupakan sebuah novel yang di dalamnya membahas tentang bagaimana pergelutan batin dari seorang tokoh yang masih meragukan adanya Sang Pencipta. Buku ini menghadirkan fantasi mencekam disertai pertanyaan mengenai filsafat eksitensialisme. Penggambaran cerita yang berbeda setiap babnya dalam buku ini memuat konflik-konflik yang  tidak begitu rumit bagi tokoh utama dalam buku ini. Pembaca seakan terbawa alur membacanya dengan setiap kata yang dilontarkan penulis.

Bernard Batubara mencoba menghadirkan tokoh utama Deo dalam novel ini. Tokoh Deo ini membuat saya menelusuri lebih dalam ketika membacanya. Selain tokoh Deo, tokoh Luna, Eros dan Eva juga menjadi pelengkap dari novel ini. Bernard Batubara sangat apik dalam memainkan peran antar tokoh. Tokoh  fantasi yang dibangun menghadirkan pergelutan bagi tokoh utama.

Bernard Batubara mencoba mengangkat tema Tuhan dan kehidupan yang dibalut dengan fantasi. Pemikiran-pemikiran dari tokoh Deo yang selalu saja menginginkan untuk membunuh orang. Seperti yang ditulis Bernard Batubara dalam novel Deo “Bagaimana rasanya membunuh orang?” Hal yang terkadang kita jumpai di kehidupan saat ini. Orang-orang yang sudah muak dengan segala kehidupan yang fana terkadang terlintas pikiran tersebut.

Beralih dari sisi keagamaan yang ditulis oleh Bernard Batubara membuat saya sedikit terkejut dengan isi cerita, konfliknya dengan sang pencipta. Tulisan Bernard Batubara dalam novelnya Deo:

“Omong kosong apa itu? Aku adalah aku, dan Sang Pencipta yang tak berdaya ini adalah dirinya sendiri. Aku akan menghabisinya sekarang agar kau tak punya alasan untuk tidak tinggal denganku, duniaku.” (hlm. 129)

“Bayang-bayang siluet hitam tersebut kemudian mewujud.

Eva.

Dan Pencipta.

Aku meraih pisau di lantai dan berlari ke arahnya. Aku melompat, meluruskan lengan, gagang pisau tercengkeram erat dalam genggaman, ujung matanya tajam lurus mengarah jantung Sang Pencipta, tak lebih dari dua jegkal jarak kami, ketika Eva berdiri di hadapanku, dan alih-alih menghujam tubuh Pencipta, pisauku menusuk tubuh Eva, masuk sangat dalam.

—- Aku merasakan bunyi pisau mendobrag daging merambat ke telapak tanganku.” (hlm. 130)

Alih-alih bercerita tentang Tuhan, Bernard Batubara menghadirkan sosok tokoh lain, Eva dan Eros, yang menghubungkan Tuhan, Pencipta, dan tokoh yang dibuatnya — tokoh rekaan, yang bertindak sebagai manusia dan Sang Pencipta dalam sebuah cerita di dalamnya. Tokoh Eros bertindak demikian, berusaha membunuh Sang Pencipta.

“Pencipta menoleh, menatapku lekat-lekat, tetapi aku tidak melihat amarah di dalam sorotnya. Sebaliknya, aku merasa kasihkan kepaadaku. Kasihan untuk apa? Aku sudah membunuh Eva dan tanpa sadari aku juga membunuh Luna. Apa yang Pencipta pikirkan? Dia ingin membunuhku? Datanglah kemari, mendekat. Bunuh aku. Aku akan menerimanya. Kali ini aku akan menerima apa pun yang ingin dia lakukan terhadapku.” (Deo: 131)

Eva dan Eros menggambarkan kekuatan cerita dalam tokoh yang ditulis Deo. Menghadirkan sosok yang masuk ke dunia lain bertemu Sang Pencipta dan malah membunuh Sang Penciptanya. Tumpukan kertas-kertas yang berserakan berisi tulisan menghadirkan sosok Eva dan Eros. Dunia, tempat, dan keindahan kota yang digambarkan sang pencipta ialah dunia Eros. Saat Eros memasuki dunianya, Ia ingin membunuh Sang Pencipta, Deo. Menurutnya Luna hanya menginginkan Sang Pencipta, sang penulis kisahnya sendiri. Bukan dirinya, bukan pula Eros. Ia ingin membunuhnya agar Luna masuk ke dunianya. Tinggal ke dunianya, bukan dunia yang penuh luka ini.

Karakter tokoh Eva dan Eros dalam cerita ini menghadirkan sosok baru, seperti cerita di dalam cerita. Konflik menuju ending yang rumit dengan konsep Tuhan menjadi temanya dan menghadirkan kekuatan dalam cerita yang dibuat oleh Bernard Batubara. Peristiwa dan konflik dalam cerita ini juga tak kalah menarik. Bernard Batubara menuliskan tokoh bernama Deo dan Luna, Deo menciptakan tokoh baru bernama Eva dan Eros yang mendominasi cerita dengan konsep Tuhan.

Setting tempat yang berbeda antara dua dunia, dunia saat ini dan dunia lain menghadirkan warna baru. Tuhan, tragedi, kehidupan sangat melekat dalam novel ini. Meski, bahasa yang sulit dipahami membuat saya harus berulang-ulang ketika membacanya. Pembacaan setiap bab yang berbeda dan tidak ada keterkaitan cerita satu dengan lainnya serta setiap bab dari novel ini yang tidak menyelesaikan kesimpulan, sempat membuat bingung saat membacanya.

Ada hal yang membuat menarik dari penulis, Bernard Batubara berhasil membawakan novel ini dengan apik yang berbeda dengan novel bergenre fantasi lain. Mengaitkan konsep Tuhan di dalamnya dengan bercerita di dalam cerita novel Deo. Menghadirkan kisah lain dalam sebuah cerita yang ditulisnya.

Tri Setianingrum, lahir di Banyumas, 19 Februari 2002. Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Muhammadiyah Purwokerto. Berdomisili di Kemranjen, Banyumas.

Bagikan:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *