Anjing Pembunuh

Yogi Dwi Pradana

Asal Usul Anjing Pembunuh 

Siang itu matahari begitu terik, hingga keringat mengucur deras di pelipis Karto. Dia sedang mengumpulkan beberapa botol bekas, sampah plastik, dan memasukkan dalam kantong yang ia bawa. Seekor anjing datang menghampiri dan kencing begitu saja di dekat tiang listrik itu.

Anjing tersebut tidak memiliki tanda bahwa ia mempunyai seorang majikan. Di lehernya tidak ada kalung yang membedakan dengan anjing-anjing peliharaan. Anjing itu kulitnya rusak, kakinya pincang sebelah, dan anjing itu sangat kumal.

Karto tak menghiraukan anjing itu. Ia kembali kepada sepedanya dan mengayuhnya lagi untuk mencari barang rongsok. Di depan sedang banyak sekali orang-orang yang sedang berkumpul. Karto mendekat.

Dalam kumpulan orang tersebut terlihat beberapa orang sedang menerima amplop dari seseorang yang berdasi dan memakai jas. Dia memberikan amplop yang secara cuma-cuma kepada orang-orang yang berada di kumpulan tersebut.

Karto ikut mengantre. Saat akan mendapat giliran tiba-tiba ada seekor anjing yang muncul. Anjing itu mendekat ke kumpulan orang-orang tersebut. “Guk, guk, guk,” anjing itu menggonggong ke arah kumpulan orang tersebut.

Orang-orang ketakutan dan berlarian. Mereka bubar seketika. Karto mengumpat karena kurang sebentar lagi ia mendapat jatah amplop yang sudah ia tunggu. “Asu, asu, asu,” emosi Karto memuncak. Ia belum pergi dari tempatnya berdiri.

Anjing itu mendekati seorang yang membagikan amplop tersebut. “Oh, nampaknya anjing ini juga mau menerima amplop juga,” ucap seseorang dermawan yang sedang membagikan amplop tersebut. Anjing itu semakin keras menggonggong. “Guk, guk, guk.” Anjing itu menggigit celana dermawan tersebut.

Seorang dermawan tersebut lari terbirit-birit. Masuk dalam mobil dan mengumpat. “Asu, gagal semua rencanaku,” ucap dermawan yang masuk ke dalam mobil tersebut. Karto terdiam melihat adegan anjing mengejar dermawan tersebut. Padahal, tadi saat melihat Karto pertama kali ia sama sekali tidak menggaung bahkan menggigit dan bertindak beringas.

Dalam benak Karto ia berpikir pasti ada yang salah dengan orang itu. Ataukah anjing itu yang salah, bisa jadi anjing itu sedang kelaparan. Karto kembali ke sepeda dan mengayuh kembali sepedanya.

Anjing Yang Tidak Suka Menjilat

Karto tidak langsung pulang. Ia mampir ke pengepul rosok untuk menjual barang temuannya. Kali ini sedikit sekali uang yang diterima dari mengepul rosok. Ia pulang dengan rasa kecewa. Ia sampai depan rumah. Istrinya menunggu kepulangannya.

Segera disambut baik oleh istrinya. “Duduk dulu pak, biar ibu buatkan teh,” ucap istrinya pergi menuju dapur. Anjing itu datang di pelataran rumah Karto. Ia kencing di bawah pohon rambutan. Karto sepertinya mengenali anjing tersebut.

Karto berdiri mendekat ke anjing tersebut. “Loh, ini anjing yang tadi, yang kutemui sewaktu di jalan,” Karto bicara sendiri. Ia bingung mengapa bisa sampai ke sini. Jangan-jangan anjing itu memang mengikuti Karto semenjak pertemuan pertama tadi.

Istrinya datang. “Loh, itu anjing siapa pak?” bingung karena selama ini tidak ada anjing yang berada di sekitar rumahnya. Karto mendekati istrinya dan langsung duduk di teras rumah. Ia menyeruput teh hangat.

Karto mengamati terus pergerakan anjing tersebut. Nampaknya anjing itu sedang kelaparan. Biasanya anjing yang lapar mengendus dan menjilat segala sesuatu yang ada di depannya. Bahkan, anjing yang begit lapar ada yang sampai menjilat tahi ayam sekali pun.

Sama sekali lidah anjing tersebut tidak terjulur ke luar. Karto bingung dengan yang dilakukan anjing tersebut hanya terus berjalan seperti sedang mencari sesuatu. Karto tidak terlalu pusing memikirkan hal tersebut dan ia masuk dalam rumah untuk istirahat.

Cahaya bulan sudah menerobos genting kaca yang ada di rumahnya. Segera mungkin ia menarik selimut dan memejamkan matanya. Dari luar tedengar suara anjing. “Guk, guk, guk.” Karto berusaha tenang tidak menghiraukan anjing tersebut.

Di luar sana anjing itu sedang melihat seseorang memanjat pagar rumah milik tetangga Karto. Orang yang sedang memanjat pagar rumah tersebut langsung turun mendekati anjing itu. Seseorang tersebut memberikan daging yang segar kepada anjing tersebut. Seseorang yang memanjat pagar tersebut naik pagar kembali. Ia memang sudah terbiasa menyiapkan segala hal untuk mengantisipasi segala kejadian yang bisa terjadi di lapangan.

Anjing itu masih menggonggong dan sama sekali tidak menyentuh daging segar tersebut. “Guk, guk, guk.” Seseorang tersebut kembali turun dari pagar mendekat ke arah anjing tersebut. Pemuda tersebut memberi uang seratus ribu kepada anjing tersebut. Ia naik lagi di pagar.

Anjing itu tetap menggonggong. “Guk, guk, guk.” Karto merasa terganggu dengan suara tersebut. Karto bangun dan segera ke luar rumah. Karto membuka pintu. Melihat anjing itu sedang berada di depan rumah tetangganya.

Seseorang yang memanjat pagar tersebut langsung turun. Karto memergoki seseorang yang berusaha menaiki pagar tersebut. Karto mengejar dan sambil berteriak maling. “Maling, maling, maling.”

Para warga yang mendengar suara tersebut ada yang ikut keluar rumah. Mereka ikut mengejar. Tak terkejar orang tersebut. Menghilang bagai kilat. Para warga kembali ke rumah masing-masing.

Anjing Menangkap Tikus di Gorong-Gorong

Karto memulai pekerjaannya sebagai tukang rosok kembali. Dia menyusuri jalan-jalan. Anjing tersebut mengikuti Karto mencari rosok. Karto turun ke gorong-gorong memungut botol bekas dan segala barang yang bisa diambil. Karto naik dan memasukkan dalam kantong yang ia bawa.

Anjing itu nyemplung dalam gorong-gorong. Mengejar tikus itu. Tak akan melepaskan begitu saja. Akhirnya anjing itu berhasil menangkap tikus itu. Anjing dan tikus memang terkenal bermusuhan. Para tikus lari ketika melihat anjing-anjing tersebut.

Anjing itu hanya suka mengejar tikus. Ia tidak memakan hasil buruannya tersebut. Hanya meletakkan dan membuang di gorong-gorong tersebut. Karto pergi meninggalkan tanpa memperdulikan anjing tersebut.

Anjing tersebut terus mengikuti Karto. Karto kembali berhenti dan memungut kembali botol bekas yang ada di pinggir jalan. Anjing itu masih setia mengikuti Karto. Anjing itu kencing di bawah pohon mangga di pinggir jalan tersebut.

Karto menjual di pengepul rosok. Kali ini hasil temuannya cukup banyak. Ia membawa pulang uang yang lumayan. Anjing itu masih mengikuti Karto. Karto masuk dalam rumah. Anjing itu duduk lemas di bawah pohon rambutan. Tiba-tiba Karto memberi makanan kepada anjing tersebut.

Anjing itu sangat lahap memakan pemberian dari Karto. Walaupun hanya nasi yang diberi air dan masako. Namun, anjing itu merasakan begitu lezat makanan yang sedang disantapnya.

Karto masuk rumah. Anjing tersebut tertidur setelah perutnya kenyang. Ia sudah beberapa hari tidak makan makanan selezat ini. Dia sangat bersyukur bisa bertemu Karto.

Mengejar Koruptor Sampai Tertabrak Mobil

Anjing itu pernah melihat orang-orang yang menerima uang secara cuma-cuma di gang dekat rumah Karto. Anjing itu tidak suka melihat mereka. Anjing itu menggonggong. “Guk, guk, guk.” Mereka lari melihat anjing tersebut. Seperti sedang melihat polisi yang akan menangkap mereka.

Anjing itu hanya berfokus mengejar satu orang. Dia adalah orang yang diduga anjing tersebut yang membagi-bagikan uang. Orang itu lari terbirit-birit. Sehingga saat menengok ke arah anjing tersebut orang yang dikejar tertabrak mobil.

Ada beberapa orang yang sedang mengerumuni orang yang tertabrak mobil tersebut. Mereka berusaha menyegat mobil yang berusaha kabur setelah menabrak tersebut. Namun, usahanya gagal dan mobil itu berhasil pergi.

Anjing Itu Diadopsi

Karto bingung setelah beberapa polisi mendatangi rumahnya. Karto merasa tidak melakukan kesalahan yang bersangkutan dengan hukum. Dia mempersilakan beberapa polisi tersebut untuk duduk di teras rumahnya.

Polisi tersebut berusaha menenangkan Karto dan menjelaskan maksud kedatangannya. “Jadi begini pak, kedatangan kami ke sini untuk mengadopsi anjing peliharaan bapak, kami akan memberikan sepeser uang untuk mengadopsi anjing tersebut.” Karto sedikit lega mendengar penjelasan tersebut.

Karto bingung apa yang baru saja dilakukan anjing tersebut sehingga bisa ada polisi yang mau mengadopsi anjing tersebut. “Silakan pak, ngomong-ngomong itu juga bukan anjing saya kok, itu anjing liar yang kebetulan selalu berada di pelataran rumah saya,” jawab Karto mempersilakan polisi tersebut membawa anjing tersebut.

Polisi tersebut membawa anjing tersebut ke dalam mobil. Karto menerima beberapa lembar uang dari polisi tersebut. Dan Karto memanggil istrinya untuk keluar rumah. Karto memberikan uang tersebut pada istrinya dan meminta dimasakkan masakan terenak.

Setelah beberapa bulan Karto melihat ada seseorang polisi yang sedang mencari orang. Kata beberapa warga polisi tersebut sedang mencari buronan teroris yang selama ini dicari-cari. Karto melihat anjing yang sedang dibawa polisi tersebut mirip anjing beberapa waktu lalu tinggal di pelataran rumahnya.

Kini anjing tersebut sudah terlihat lebih baik, bulunya menjadi bersih, kakinya sudah tidak pincang lagi, dan sudah wangi. Anjing itu menggonggong melihat ke arah Karto. Sepertinya, anjing itu tidak melupakan Karto.

Anjing itu dilepas oleh polisi ketika menggonggog terus. Seperti menunjukkan sebuah petunjuk. “Guk, guk, guk.” Polisi itu melepskan tali yang menjerat leher anjing tersebut. anjing itu langsung mengarah ke sebuah kebun yang kosong. Anjing tersebut langsung diikuti oleh beberapa polisi yang ada di sana.

Anjing itu menemukan seorang buron teroris yang selama ini dicari dan segera polisi mengepung tempat tersebut. Akhirnya, polisi tersebut menangkap buron teroris tersebut.

Karto melihat langsung kejadian tersebut. Ternyata anjing tersebut sekarang dijadakan anjing pelacak oleh kepolisian. Anjing itu memang anjing yang cerdas dan baik.

Ia memang tak mencabik para lawannya, tetapi ia membunuh pergerakan orang-orang yang akan melakukan kejahatan. Anjing itu bisa mengetahui kejahatan yang terjadi. Kini anjing tersebut diberi makan enak-enak setiap hari karena jasanya membantu membunuh pergerakan kejahatan-kejahatan yang ada.

Bantul, 2021

Yogi Dwi Pradana. Seorang mahasiswa Sastra Indonesia di Universitas Negeri Yogyakarta. Sedang belajar menulis. Puisi dan cerpennya pernah masuk dalam antologi. Dapat disapa melalui akun instagram @yogidwipradana.

Bagikan:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *