Dalam beberapa tulisan tentang sastra puisi, sering kita baca tentang penjelasan puisi gelap maupun puisi terang benderang, dan keduanya memiliki pembaca tersendiri. Cukup disadari, jika puisi-puisi Tao Hidayat ini terbuka lebar untuk dimaknai sebagai keterjelasan bahasa. Pembaca, tidak terlalu sulit membedah hingga menemukan pemaknaan. (Redaksi)
[iklan]
Afirmasi
Aku bersyukur
Atas hari-hari yang kujalani,
Atas waktu yang menyertai,
Aku bahagia
Terima kasih Maha Pencipta
Kebutuhanku selalu Kau penuhi
Lebih dari tercukupi
Keberlimpahan di segala sisi kehidupanku
Adalah keadaan yang kusyukuri setiap waktu
Keberlimpahan ini milik-Mu
Kupersembahkan syukurku
Aku sangat bahagia hari ini,
Segala hal baik dan positif terus terjadi
di kehidupanku
Tak satupun yang kupungkiri
Aku menikmatinya
Keberlimpahan dan kesejahteraan senantiasa melekat padaku
Dan aku melekat padanya
Setiap hari aku menjadi lebih baik dan lebih baik
Entah bagaimana caranya hal itu selalu terjadi
Hati bersyukurku
Menarik segala apapun yang kuidamkan
datang padaku
Keberlimpahan, kesejahteraan,
Kesehatan, dan kebahagiaanku
Adalah kebahagiaan bagi orang banyak
Dunia tempat yang luar biasa
Dengan segala fasilitas di dalamnya yang bisa kunikmati
Setiap arah yang kutuju selalu membahagiakanku
Cinta mengelilingiku di setiap tempat aku berada
Sehingga aku merasakan jatuh cinta setiap harinya
Aku bahagia
Syukurku bertambah seiring hal baik yang mendatangiku
Sebagai Rahmat Sang Maha Kuasa
Aku layak sejahtera
Kumulai hari-hariku dengan bersyukur
Menyambut kebahagiaan dan kegembiraan
yang menantiku
Aku menghapus segala kebiasaan burukku
Dan mempertahankan, bahkan menciptakan kebiasaan positif
Aku makhluk kreatif,
Aku makhluk inovatif
Kumiliki segala apapun yang kumau
Dengan potensi milik-Mu
Aku mencintai diriku
Aku mencintai setiap orang
Setiap orang mencintaiku
Gunung Sindur, 13 Mei 2020
Kata Benda
Mencintaiku itu baik,
Selain membahagiakan perasaanmu
Itupun membahagiakanku
Begitu senangnya mengetahui
Isi kepalamu dipenuhi tentang aku
Menyentuhku setiap hari juga baik,
Wajahmu terlihat lebih cerah
Ketika pikiranmu tercerahkan
Kau merasa memiliki teman terbaik
Menggelikan kala aku berkata,
“Aku pasangan terseksi dalam foto-fotomu,
Sidik jarimu memenuhi tubuhku,
Aku suka saat kau berbisik,”
Mengubah persepsimu terhadap perkataan nakal
Mengenalku memang mengagumkan,
Namun batasi kebanggaanmu
Kau tak pantas besar kepala
Meremehkan orang lain,
Hanya karena orang itu tak mengenalku
Itu hanya soal kebiasaan
Bukan soal kapasitas nalar
Bukan soal bodoh-pintar
Ketika itu terjadi, kau hanya sedang merasa
Bukan sedang pintar
Menjadikan hidupmu lebih baik,
Menghangatkan perasaanmu yang jenuh,
Mengisi waktu luangmu yang banyak terbuang,
Memberimu pengetahuan,
Adalah sebagian dari tujuanku.
Sadari betapa bijaksananya tujuanku
Maka sepantasnya kau menjadi bijaksana
Simpan aku di rak ruang kerja,
Di rak kamarmu, atau di rak manapun
Meskipun bertahun-tahun kau tak membaca,
Setidaknya keberadaanku memperindah ruangan
Tapi membacalah!
Gunung Sindur, 15 Mei 2020
Elegi Esok Malam
Setiap hari perasaanku rusak
Melihat sekeliling terdampak
Pulang dengan dada sesak
Kucari obat di channel memasak
Apa yang bisa kau lakukan?
Hanyalah berjalan mengelilingi halaman
Mencari-cari pencerahan
Lihat pohon, lihat awan, lihat langit kebiruan
Bulan sempurna hampir usai
Biasanya orang-orang bersiap pergi ke pantai
Merayakan kebaruan setelah kealfaan dirasa terurai
Angan-angan itu hanya tinggal andai-andai
Apa yang bisa kau perbuat?
Mensugesti diri untuk tetap kuat
Beberapa mendekat, belajar lebih taat
Beberapa menjauh, bertahan hidup dari berbuat jahat
Lilin pengganti pelita masih kita jaga
Menerangi ruangan semestinya
Di luar hanya bisa meraba dalam gulita
Langkah kaki tak beralas melangkah terpaksa
Gunung Sindur, 16 Mei 2020
Tao Hidayat, seorang musisi yang mencintai puisi dan melukis. Beberapa karya lagunya lahir dari lirik-lirik puisi. Kini, dia aktif bersama Komunitas Emperan Pamulang berkesenian dari panggung ke panggung.