Nihayatul Wafiroh, atau biasa disapa Nduk Nik oleh kolega dan masyarakat di sekitarnya adalah sosok perempuan multi talenta, betapa tidak, bagi setiap orang bisa saja mempunyai pengalaman yang berbeda-beda jika bertemu sekilas dengan Tokoh Nasional yang satu ini, tergantung talenta mana yang ditemui orang tersebut.

Nduk Nik bisa ditemui sebagai pegiat komunitas Lare Osing yang legendaris, tidak segan-segan untuk bertutur sapa ala teman sebaya dan akrab ketika diajak ngobrol bareng di antara rekan-rekan sesama komunitas tersebut. Komunitas Lare Osing adalah komunitas kultural perantauan semacam diaspora yang berasal dari Banyuwangi, Jawa Timur, yang berdiri secara kekeluargaan sejak awal tahun 2000-an sesama teman dekat di dalam Ikatan Keluarga Besar Banyuwangi-Ikawangi.

Di sisi lain, Nduk Nik itu sejatinya adalah seorang wakil rakyat anggota DPR RI, sebagai Wakil ketua Komisi IX DPR RI, yang memiliki kewajiban untuk melakukan pengawasan kinerja pemerintah dan merumuskan serta menyepakati anggaran yang dibuat pemerintah. Sebagai anggota DPR RI juga memiliki hak mengusulkan, merumuskan dan mengesahkan rancangan undang-undang bersama pemerintah.

Dalam menjalankan tugas tersebut ada dua hal utama yang dilakukannya yaitu rapat dengan Kementrian yang menjadi mitra di tiap-tiap komisi, juga rapat dengan Kepala-Kepala Daerah yang dilakukan pada saat kunjungan kerja. Dalam setiap rapat tersebut, dan sebagai wakil ketua Komisi IX bersama pimpinan lainnya, bertugas memimpin rapat secara bergantian.

Selain rapat, Komisi IX ini juga menyerap aspirasi konsituen di daerah pemilihan untuk mengetahui keinginan masyarakat, juga untuk mendengarkan pendapat  dari berbagai kelompok masyarakat.

Perempuan kelahiran Banyuwangi-Jawa Timur ini memulai karir Politisi sebagai anggota DPR RI pada awal tahun 2014 di Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). Banyak hal menarik selama melaksanakan amanah sebagai wakil rakyat, contoh di antaranya adalah :

Melalui pengabdian dan pelaksanaan tanggung jawab amanah, Nduk Nik bisa belajar banyak untuk memahami kebutuhan masyarakat dan mengkomunikasikan kebutuhan-kebutuhan tersebut pada pemerintah agar dapat dipenuhi oleh pemerintah Negara Republik Indonesia.

Terlebih dapat dipahami bahwa anggota DPR adalah pekerja publik alias Pelayan rakyat yang memerlukan cara komunikasi yang tepat agar dapat tersambung kepada pihak pihak terkait. Sehingga pihak pemerintah harus bisa memilah mana kebutuhan masyarakat yang wajib segera dipenuhi, dengan membuat program kegiatan dan mana yang tidak.

“Karenanya, pekerjaan ini butuh keterampilan dalam memahami psikologi massa dan  psikologi birokrasi. Harus tepat langkah yang diambil, supaya kebutuhan masyarakat tersebut benar-benar bisa dipenuhi.” Demikian pesan Politisi PKB ini.

Adapun dalam bidang pengawasan setidaknya terdapat dua hal capaian Nduk Nik yang masih melekat di ingatan, Capaian pertama yaitu saat dapat menolak dan menolak keras Peraturan Menteri Kesehatan No.19/2021 tentang vaksin Covid 19 berbayar bagi individu. Baru saja, bulan Juli 2021 yang lalu,  permenkesnya terkait hal tersebut pun dicabut.

Capaian kedua, saat dapat menolak kenaikan iuran BPJS Kesehatan untuk kelas III, yang dilakukan pemerintah pada awal tahun 2014. Hasilnya pemerintah pun menggagalkan rencana kenaikan tersebut.

Selain itu, beberapa kali berhasil memulangkan PMI non procedural yang mengalami kesulitan untuk pulang ke daerah masing-masing.

Sedangkan di tugas legislasi, kinerja terbaiknya adalah ketika berhasil mengusulkan   Rancangan Undang-undang Penghapusan Kekerasan Seksual di Baleg untuk dijadikan RUU dan dibahas di Baleg sampai disetujui pada tahapan satu dalam pembuatan undang-undang.

RUU ini sudah lama sekali diwacanakan tetapi belum juga diusulkan untuk dibahas di DPR karena tekanan dari berbagai pihak. Karena itu, pada saat dapat mengkomunikasikan dengan anggota Baleg dan menyakinkan bahwa RUU ini benar-benar penting untuk dibahas dan disahkan di DPR, kemudian diterima untuk dibahas.

“itu sungguh melegakan”

Ungkap Politisi multi talenta dan penuh prestasi ini, yang pada tahun 2018 pernah menjadi legislator terbaik versi Panggung Indonesia.

Seperti yang telah disampaikan bahwa Perempuan yang bernama lengkap Dr. Hj. Nihayatul Wafiroh, MA memang multi talenta, dari mulai Aktivis komunitas masyarakat umum, Politisi, Wakil rakyat, Ibu rumah tangga, Penyayang anak anak, dan yang sangat mencengangkan, ternyata Nduk Nik juga seorang ilmuwan canggih, lihat saja beberapa giat ilmiahnya dalam ikut serta di berbagai proyek ilmiah, beberapa contohnya adalah :

  1. Sandwich Program at Boston University by Henry Luce Foundation. Sept – Dec 2013.
  2. Fellow of Muslim Exchange Program Australia-Indonesia, Australia Indonesia Institute (AII) (2011)
  3. Travel Award for conference from Asian Research Institute (ARI), National University of Singapore (NUS). July 2009.
  4. Master Degree from International Fellowship Program (IFP) Ford Foundation 2006-2009.
  5. Travel Award for research from Starr Foundation Graduate Fellowship in Asian Studies 2007, at University of Hawaii-Manoa, Honolulu, Hawaii USA.

Sedangkan Karya Tulis Ilmiah yang pernah diterbitkan adalah:

  1. “Kenapa Perempuan Harus Memiliki Pendidikan Bagus ?” Swara Rahima magazine edisi 39, September 2012.
  2. “Sexual Abuse May Occur Even in Holy Places.” Nihayatul Wafiroh, an article in Opinion. The Jakarta Post Newspaper, January 18, 2013.
  3. “Untukmu Perempuan-perempuanku,” in the book with the title “Seksualitas,
  4. Gender, Kesehatan Reproduksi : Refleksi, Inspirasi, Perjuangan, Pemberdayaan.” Nihayatul Wafiroh, published by Mitra INTI Foundation.
  5. “Kenalkan Indonesia di Seluruh Dunia,” an article in Newspaper, Radar Banyuwangi, Jawa Pos. September 18, 2013
  6. “Siapapun Boleh Membaca di Boston Public Library,” an article in Newspaper, Radar Banyuwangi, Jawa POs, October 23, 2013.
  7. “Bagaimana Menjalankan Ibadah di Luar Negeri,” article in Newspaper, Radar Banyuwangi, Jawa Pos. January 6, 2014
  1. “Bagaimana Kita Memperlakukan DIfabel?,” Newspaper, Radar Banyuwangi, Jawa Pos. January 24, 2014
  2. “Geneologi Politik Islam Fatayat di Era Soekarno dan Soeharto: Kajian Feminisme Sejarah Organisasi,” Jurnal Perempuan, Vol. 19, No. 3, Agustus 2014
  3. “The Islamic-political Geneology of Fatayat in Soekarno and Soeharto Era: Feminist Perspective on the History of Organization,” Indonesian Feminist Journal, Vol, 2, No.2, August 2014.

Beberapa Seminar/Konferensi yang pernah diikuti  antara lain :

  1. Speaker in Pertemuan Nasional Masyarakat Sipil ( CSOs) for SDGs , “TantanganPerempuan di PartaiPolitik (Challenges of Women in Political Parties)” held by INFID , Jakarta, November 14-15, 2017.
  2. Speaker in Feminist Fest 2017, “Perempuan dalam Politik” (Women in Politics), held by Jakarta Feminist Discussion Group, August 26-27, 2017.
  3. Speaker in “Monotoring dan Kerjasama Peningkatan Layanan Asuransi Kesehatan Nasional” Workshop, with “Peningkatan Kualitas BPJS Kesehatan”, held by Akatiga Centre for Social Analysis, Jakarta, May 24, 2017
  4. Speaker in “Sensitifitas Gender di Kalangan Mahasiswa IAIN Metro Lampung” Workshop, with “Pemahaman Gender Bagi Mahaiswa dan Penafsirannya dalam Al-Quran”, IAIN Metro, Lampung, May 18-20, 2017
  5. Speaker in “Integrasi Perempuan dan Teknologi untuk Indonesia” held by Rappler /Alumni Eisenhower Fellowships, Jakarta, April 21, 2017
  6. Speaker in “Dinamika Perempuan Masa Kini dalam Kepemimpinan, Ekonomi dan Pembangunan” with theme “Geo Ekonomi, Geo Politik, Geo Strategis Gerakan Perempuan”, held by SKKN KOPRI PB PMII, Jakarta, April 20-21, 2017
  7. Participant in CALD Consultative meeting in the Liberal Manifesto 2017 & ALD Executive Committee Meeting, held by Friedrich Stiftung/ FNF, Bangkok, February 24-27, 2017
  8. “Buddhism and Women in Thailand” presented in School of Pacific and Asian Studies (SPAS) 19th Annual Graduate Student Conference March 12-14 2008 in University of Hawaii at Manoa Honolulu Hawaii USA.
  9. “Arranged Marriages in Indonesia” presented in Women’s Leadership Conference, May 27-29 2008 in Busan South Korea.
  10. “Women and Politics after 1998: A Case Study of Fatayat, Nahdlatul Ulama” presented in Indonesia Conference and Cultural Event (ICCE) 2009, on April 24, 2009 in Honolulu, Hawaii, United States.
  11. “Negotiations Regarding Educational Systems in the Pesantren of Darussalam, Blokagung, Banyuwangi” presented in the 8th East West Centre (EWC) International Graduate Student Conference, on February 12-14, 2009, in Honolulu, Hawaii, United States. And in International Conference, Islam: Global and Local Challenges, held by Al-Jami’ah Journal UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta, on December 7, 2010, in Yogyakarta.
  12. “Arranged Marriages in Indonesia: A Case Study of Darussalam Pesantren, Banyuwangi, East Java, Indonesia” presented in School of Pacific and Asian Studies (SPAS) 20th Annual Graduate Student Conference on May 2009 at University of Hawaii at Manoa, Honolulu, Hawaii, USA; presented in the 4th Asia Research Institute (ARI) at National University of Singapore (NUS), Singapore on July 13-17, 2009.
  13. “Educational System in Pesantren Darussalam.” Presented in International Conference on Islamic Theology and Philosophy (Ushuluddin) in a New Direction : Its Contribution to Humanity and Nationality, by UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta, Indonesia and Centre for the Study of Religion and Conflict, Arizona State University, at UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta, on July 31, 2010
  14. Participant in “International Conference and Research ‘The Resurgence of Religions’ in Southeast Asia, 1997-2011” by ICRS (Indonesia Consortium for Religious Studies) and CRCS (Cross Religion and Cultural Studies), Yogyakarta. In Yogyakarta January 4-6, 2011
  15. Participant in “Konferensi Nasional I : Pengetahuan dari Perempuan tentang Hukun dan Penghukuman,” held by Program Studi Kajian Wanita, Program Pascasarjana Universitas Indonesia and Komisi Nasional Perempuan. In Jakarta, November 28 – December 1, 2010.
  16. Speaker in “Sekolah Feminist” with the paper “Gender, Agama dan Negara,” held by Perempuan Mahardika, in Malino, South Sulawesi, on March 24, 2012
  17. Speaker in “Konferensi Nasional – Seksualitas, Gender, Hak dan Kesehatan Seksual serta Reproduksi : Teori dan Praktis Komunitas di Indonesia,” with the title of paper “ Membangun Kesadaran akan SRHR di Pesantren,” held by Mitra Inti, in Jakarta, on April 21, 2012
  18. Speaker in “Lecture Series” with the paper “Mendiskusikan Tentang Gender dan Pendidikan Multikultural,” at STAIN Datokarama, Palu, Sulawesi Tengah, on April 27, 2012.

Luar biasa, kata yang tepat dan pantas untuk disandangkan kepada perempuan multi talenta ini, yang mampu memadukan antara karakter seorang ilmuwan yang penuh batasan ketat pada kaidah dan substansi ilmiah, di sisi lain mampu menjadi sahabat yang bisa akrab selayaknya masyarakat biasa, awam-awam saja, dan Politisi yang penuh dengan cara pikir ketidak pastian tinggi dalam berkomunikasi pada pemerintah maupun pada masyarakat luas, ternyata cita-citanya hanya sederhana saja, yakni :

“Bisa sehat dan bahagia itu cukup” Katanya sambil senyum berakrab ria. Luar biasa!

Demikian Sekilas perkenalan dengan Perempuan yang akrab dipanggil Nduk Nik tersebut, Sang Sritanjung masa kini. Perempuan yang setia di jalan hidupnya: Sahabat yang akrab, Politisi, Ilmuwan hebat, dan sederhana.

Panggilan “Nduk” biasa diberikan kepada keluarga dari kalangan Pesantren oleh masyarakat Banyuwangi. Nduk Nik adalah cucu pertama dari almarhum KH Mukhtar Syafaat Abdul Ghofur, pendiri dan pengasuh Pondok Pesantren Darussalam Blokagung, Karangdoro, Tegalsari, Banyuwangi. (kek Atek).

Bagikan:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *