Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih Lagi Maha Pemurah

“Barang siapa yang jatuh cinta kemudian menjaga kehormatan/harga dirinya lalu mati,

maka ia mati dalam keadaan syahid.”

Novel ‘Akunya Dia’ ini mengisahkan kehidupan seorang lelaki bernama Ali Fattah yang jatuh cinta kepada seorang wanita bernama Mahtab, anak puteri dari pembantunya sendiri. Ali meyakini adanya rasa cinta yang suci. Oleh karena itu, selama ia belum yakin bahwa cintanya itu suci, ia menolak ke jenjang pernikahan. Di tengah kisah, ia meminta bantuan petunjuk seorang darwis bernama Musthofa yang berperan penting dalam cerita ini. Mahtab dan Ali pada akhirnya meninggal dengan saling menyimpan perasaan tersebut di hati masing-masing. Mereka berdua berharap dapat menjadi pasangan di alam akhirat.

Akunya Dia, karya Reza Amirkhani adalah contoh sebuah novel Iran yang memasukkan topik sufistik  (irfan) di dalam ceritanya. Racikan antara irfan dan budaya rakyat dalam bentuk novel merupakan hal baru. Kombinasi ini juga terlihat dalam tokoh-tokohnya yang memiliki dimensi zahir dan batin. Saya kira, novel ini sedikit banyak dapat membantu menyingkap kehidupan asli di Iran dengan baik dan menunjukkannya kepada dunia melalui irfan Iran yang digunakan di dalamnya.

Novel ini berisi simbol: Ali simbol kegigihan, kesabaran, keteguhan, dan ketakwaan. Karim simbol perubahan, Mahtab simbol keindahan. Maryam menyiratkan kebingungan zahir dan kerumitan batin. Darwis Musthofa mewakili agama. Kakek dapat menjadi simbol sosok yang moderat, Iskandar simbol keikhlasan dan ketulusan yang menjelma dalam berkhidmat kepada Kakek.

Akunya Dia memuat segala hal, mulai dari cinta hingga sejarah, politik, perang, kematian, kehidupan, humor, dan agama. Oleh karena itu, gayanya tidak dapat disebut mengikuti salah satu gaya sastra tertentu.

Salah satu tema utamanya adalah cinta dan kesucian. CInta suci yang bagaikan cinta transenden tradisi sastra Persia. Meskipun tidak meniscayakan berakhir dalam sebuah perjumpaan, namun tetap mengagungkan sang pecinta bersama kekasihnya dan mengantarkan keduanya kepada kesempurnaan.

Di antara keunggulan bahasa yang menonjol dari penulis adalah kesatuannya dalam alur cerita yang cukup panjang sehingga menjadi kekuatan daya tariknya. Reza Amirkhani tidak banyak menggunakan tehnik bahasa yang rumit, namun mampu menjaga kedekatan dengan pembaca dari berbagai latar belakang sosial, agama dan bahkan kesusastraan, termasuk banyak tokoh.

Novel Iran

Sangat menggembirakan sekali novel ini diterbitkan bertepatan dengan peringatan 70 tahun hubungan diplomatik dua negara berpengaruh di kawasannya masing-masing dengan mayoritas penduduknya Muslim, Indonesia dan Iran. Novel ini dipersembahkan untuk para pencinta sastra cerita dan saya berharap kita dapat menyaksikan hubungan yang lebih luas dan erat dari dua negara tercinta ini.

Saya berkewajiban mengucapkan terima kasih kepada dosen Universitas Indonesia. Dr. Bastian Zulyeno yang telah menerjemahkan karya penting ini. Dengan penguasaan sastra Persia dan Indonesia, ia mampu menerjemahkan novel ini dengan sangat baik, walaupun penulisnya memiliki gaya dan tehnik bahasa khas yang tetap menghubungkan ruang-ruang cerita dan tokoh-tokohnya. Juga tidak lupa saya sampaikan terima kasih kepada Yayasan Hari Puisi yang telah bekerja sama dalam penerbitan karya pertama dari negeri Persia ini.

Mehrdad Rakhshandeh Yazdi

Konselor Kebudayaan Iran di Jakarta

 

Info buku :

Cover – sofcover
Halaman – 648 hlm
Tahun terbit – Cetakan ke 38, 2020
Penerbit – RausyanFikr Institute
ISBN – 9786021602256

Harga – Rp 150.000 info penjualan WA 087788484000

Bagikan:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *