Rehat Demi Ketenangan Diri Sendiri

Karya sastra terdiri dari berbagai bentuk, seperti cerita rakyat, cerita pendek, drama, dan novel. Novel merupakan karangan prosa yang panjang mengandung rangkaian cerita kehidupan seseorang dengan orang di sekelilingnya yang menonjolkan watak dan sifat pelaku. Novel menjadi salah satu karya yang banyak disukai untuk dibaca mulai dari remaja hingga orang dewasa, tetapi belum banyak yang mengetahui bagaimana sejarah novel dan perkembangannya. Pemilihan bahasa dalam sebuah novel juga penting karena dapat memudahkan pembaca dalam memahami apa isi cerita dari novel yang dibaca.

Dahulu novel pertama kali berkembang tahun 1885 dari novel Melayu China dengan novel Melayu pertama yang ditulis adalah karya Lie Kim Hok. Novel Melayu China terus berkembang hingga mencapai puncak ketenaran pada tahun 1925 dengan adanya seri bulanan untuk tulisan roman. Di Indonesia untuk seri roman bulanan sangat populer di Sumatera khususnya kota Medan. Salah satu judul novel yang sangat terkenal di sana adalah novel bergenre detektif karya Jusuf Souyb yaitu Serial Elang Emas dan Matu Mona yaitu Pacar Merah. Cerita-cerita detektif seperti ini akhirnya banyak disukai sejak tahun 1950-an sampai di tahun 1960-an.

Dalam penulisan sebuah novel nilai estetika akan tetap terjaga dan diperhatikan, meskipun seorang penulis dibebaskan dalam memilih kata-kata bahkan seorang penulis juga dikenal dengan gaya penulisannya masing-masing. Berikut kutipan novel “Duduk Dulu” karya Syahid Muhammad.

Duduk Dulu

“Kemarahan yang ada di kesunyian, rasa sakit tertinggal dan ditinggalkan, segala kehancuran yang memporak-porandakan caramu melihat diri sendiri dan dunia, obati dengan dada yang berlapang.

Biarkan semua itu mencairkan kelakuan caramu melihat, merasa, menerima.

Biarkan itu membentukmu kembali, dan membentukmu terus.

Kebahagiaan yang berumur panjang bukan karena tidak pernah alami rasa sakit,

tapi karena mampu menerima dan mengelola rasa sakit dengan baik.” (Novel Duduk Dulu, Syahid Muhammad, 2021:92).”

Kadang kala kita butuh waktu untuk rehat dari hiruk pikuk permasalahan yang ada, istirahat dari rumitnya kehidupan, serta memahami bahkan merenungi beberapa hal yang dirasa kurang baik, tetapi perlu kita hadapi dengan santai. Memang kita selalu dihadapkan untuk menikmati segala hal dalam hidup, baik saat sedih maupun senang, dalam keadaan enak maupun tidak enak, dan juga kita diajarkan untuk menerima segala rasa yang ada dalam hidup. Begitulah, manusia diciptakan untuk merasakan segala manis dan pahitnya kehidupan. Selalu di dalamnya mengajarkan arti kehidupan. Dipastikan di dunia ini ada beberapa orang yang tidak mengerti bagaimana untuk rehat sejenak dalam menghadapi sesuatu hal. Kita diharuskan untuk benar-benar menerima keadaan diri kita sendiri.

Novel Syahid Muhammad berjudul “Duduk Dulu” merupakan salah satu contoh, bagaimana kita diajak untuk rehat dari berbagai permasalahan yang ada dalam jiwa manusia, seperti sedih, cemas, ekspektasi, luka, amarah hingga kesepian yang mencekam. Di sinilah kita dapat merasakan kepekaan penulis pada perasaan manusia. Di dalam buku ini berisi kumpulan paragraf singkat mengenai makna kehidupan, yang dikemas secara menarik. Buku yang cocok dibaca saat kita sedang rehat sejenak, lalu dibaca sembari duduk dan tidak terburu-buru.

Bang Iid nama yang lebih dikenal oleh para pembaca karyanya, hal ini dilakukan agar terkesan si penulis dan pembaca mengenal lebih dekat. Dalam bukunya, Bang iid selalu menambahkan kutipan yang menarik di akhir pembahasan, sehingga menjadikan pembaca bisa memposisikan dirinya untuk menjadi teman dari buku ‘Duduk Dulu’. Buku ini tidak hanya menceritakan diri sedang butuh apa, tapi juga mengajarkan pembaca untuk mengerti bagaimana memahami jika semesta tidak hanya tentang dirimu dan juga masalahmu, melainkan ada orang lain juga.

Buku ini ditulis oleh Bang Iid dengan bahasa yang sangat sederhana, diksi yang ringan, sehingga pesan yang disampaikan mudah dipahami dan dimengerti oleh pembaca. Kalimatnya dalam buku berisi ungkapan emosi dan kata hati penulis yang juga sering dirasakan oleh kebanyakan orang. Isi bukunya memiliki kekuatan yang dapat membius pembaca kemudian jatuh cinta dengan tulisannya.  Buku ini juga tidak membuat Bang iid menjadi orang yang paling benar, karena dalam beberapa tulisannya Bang iid juga menulis sifat buruk manusia.

Buku ini sangat mudah untuk dinikmati dengan baik. Di masa sekarang banyak orang yang merasa kurang bahkan tidak percaya diri serta overthinking, buku ini sangat layak menjadi bahan bacaan. Karena mengajak pembaca supaya bisa berdamai dan mencintai diri sendiri. Dalam bukunya juga terdapat kata-kata yang cukup menenangkan para pembaca, hal ini diciptakan agar pembaca menjadi kuat dan mengingatkan untuk tidak lupa berterima kasih pada diri sendiri, mengatakan hebat pada diri sendiri karena sudah hidup dan berjuang sejauh ini.

Sebagai pembaca yang mencoba mengkritik apa isi dari buku tersebut, buku ini lebih bisa dikatakan sebagai self improvement. Dan saya suka sekali dengan Bang iid sebagai penulis yang selalu mengarahkan pembaca untuk selalu kembali dan mengingat Tuhan.

Sabrina Andin Rakhmawati, Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Purwokerto.

Bagikan:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *