
Lelystaad and Batavia
Di Belanda jika hanya berkunjung ke Amsterdam untuk belanja barang-barang bermerk? Anda pasti rugi waktu dan tenaga. Mengapa? Amsterdam terlalu hiruk pikuk oleh turis. Antrian mengular hampir disetiap kasir outlet. Kunjungilah kota Lelystaad. Di sana ada satu komplek pusat perbelajaan bernama Batavia Staad dengan suasana abad ke 17 yang buka 7 hari seminggu atau sepanjang tahun. Tentu saja ini special. Karena banyak kota di Belanda yang pusat perbelanjaan hanya buka setengah hari kala akhir pekan atau bahkan tutup. Di Batavia Stad Lelystaad ini kamu tak perlu khawatir dengan waktu libur. Dan kamu bisa temukan segala barang bermerk terkenal dengan harga-harga diskon. Selalu.
Mengajak anak-anak berkunjung ke satu negara yang pernah memiliki sejarah dan masa lalu dengan tanah air mereka adalah tak salah dengan mengunjungi kota Lelystaad. Kota ini adalah adalah salah satunya. Selain mengunjungi satu tempat pusat perbelanjaan. Di sini replika Kapal bernama Batavia terpajang di sana. Kapal yang punya cerita memilukan karena intrik dan kejadian memilukan hingga pembunuhan terjadi di kapal ini.
[iklan]
Kapal ini adalah kapal dagang VOC yang dibuat di Amsterdam ini dilengkapi puluhan meriam dan senjata lain. Pada pelayaran perdananya dinakhodai oleh commandeur sekaligus saudagar senior Francisco Pelsaert, bertolak menuju Hindia Timur pada pada 27 oktober 1962 meski tak pernah sampai ke tujuan karena karam di Australia.
Kapal setinggi 6 meter memiliki lebar 10 meter dan panjang 57 meter dan dapat mengangkut sekitat 650 Ton muatan ini membawa 322 penumpang termasuk perempuan dan anak-anak. Banyak emas dan perak dibawa karena akan menjadi barter atau untuk ditukar dengan rempah-rempah dari Nusantara yang berharga sangat mahal di Eropa.
Adalah Jeronimus Cornelisz seorang saudagar muda ahli apoteker yang bid’ah dan sedang menghindari sanksi hukum di Belanda yang juga ikut dalam pelayaran tersebut yang kemudian bersekongkol dengan Ariaen Jacobs seorang schipper yang sebetulnya dulu pernah diturunkan pangkatnya secara resmi oleh Pelsaert karena pernah mempermalukannya di depan saudagar-saudagar lain di satu tempat di kota Surat India.
Kapal berlayar hingga ke tanjung harapan atau cape of good hope Cape Town Africa. Kapal- kapal dari Eropa biasanya akan mampir ke daerah ini untuk mengisi perbekalan sebelum menuju ke daerah-daerah Timur Jauh. Di sini lah skenario dijalankan. Jacobs dengan sengaja mengemudikan kapal menyimpang hingga menjauh dan terpisah dari armada rombongan. Jacobs, Cornelisz dan bebebrapa awak kapal lain yang telah bersekongkol mulai merekayasa insiden yang memicu dahagi. (Dahagi sendiri artinya pemufakatan jahat oleh sekelompok orang secara terang-terangan melawan, mengganti atau menumbangkan kepemimpinan yang sah.
Rekayasa jahat mereka dimulai dengan perundungan seksual terhadap seorang perempuan muda dari kalangan atas bernama Lucretia Jans. Tujuannya, memancing Pelsaert agar melakukan tindakan mendisiplinkan awak kapal. Jika hal itu terjadi, para pihak yang bersekongkol akan menghasut anak buah kapal lain untuk melakukan kekacauan atau kerusuhan atas tindakan yang akan diambil nakhoda, sebagai satu bentuk pemberontakan atas ketidakdilan. Sayangnya, rencana itu tak sesuai skenario. Penumpang yang dilecehkan itu berhasil mengenali pelaku dan Pelsaert juga tidak terprovokasi untuk melaksanakan perintah hukuman karena saat itu sedang dalam keadaan terbaring sakit penyakit yang tak diketahui.
Pada tanggal 4 Juni 1629, kapal Batavia menabrak terumbu karang di Morning Reef dekat Pulau Beacon, bagian dari kepulauan Houtman Abrolhos Australia Barat. Sebagian besar penumpang dari 322 orang yang ikut pelayaran, berhasil mencapai pantai sementara 40 orang tenggelam. Kemudian mereka diungsikan ke kepulauan terdekat menggunakan sekoci-sekoci kapal. Namun pada awalnya, mereka tidak menemukan sumber air tawar di sana kecuali sekumpulan singa laut dan burung-burung.
Pelsaert beserta perwira kapal senior kemudian bertolak melanjutkan perjalanan ke Batavia dengan gagah berani. Hanya 33 hari beliau sampai ke Batavia dan bertemu dengan gubernur Batavia Jan Coen yang waktu itu memerintahkan Pelsaert kembali lokasi kapal karam untuk menyelamatkan penumpang yang selamat dan barang-barang yang tersisa. Selama dua bulan Pelsaert bersama kapal Sardam berhasil tiba di kepulauan Wallabi, meski dia tak menduga bahwa keadaan menjadi jauh lebih buruk setelah dia tinggalkan. Karena telah terjadi banyak peristiwa dahagi berdarah hingga mengakibatkan jumlah penumpang telah berkurang seratus orang lagi.
Sepeninggal Pelsaert, Cornelisz berhasil menguasai kapal yang karam itu dengan menguasai senjata dan persediaan makanan yang ada. Dia memindahkan sekelompok serdadu atau mereka yang kuat dan sehat untuk pergi ke satu pulau lain bernama West Wallabi dengan pura-pura ditugaskan mencari air tawar. Cornelisz meminta mereka untuk segera mengirimkan tanda berupa asap jika berhasil menemukan air bersih. Kelompok ini dipimpin oleh Eiebbe Hayes. Padahal secata logika, Cornelisz yakin tak akan mungkin mereka bisa menemukan sumber air bersih dan makanan di sana. Itu akal- akalan Cornelisz saja untuk menelantarkan mereka untuk mati sia-sia di sana. Kemudian secara sistematis dia akan melenyapkan siapa saja yang dianggap membahayakan rencananya. Cornelisz pandai dalam memanas-manasi sekelompok orang yang setia kepadanya untuk melakukan tindakan apapun. Pembunuhan sering terjadi hanya untuk alasan sepele dan tak masuk akal. Bahkan.. kadangkala mereka membunuh demi menghilangkan rasa bosan. Ada bilik perkosaaan juga di sana. Wanita dan anak-anak tak luput dari kekejaman mereka dengan cara di cekik atau dilemparkan ke laut. Cornelisz dan kelompoknya melakukan semua itu agar menjaga suplai makanan cukup hingga bantuan tiba.
Tak disangka, kelompok yang dia tinggalkan di pulau West Wallabi justru menemukan sumber air.bersih dan makanan yang dibuthkan. Segera mereka.mengirimkan pesan dengan membuat api unggun besar hingga asapnya terlihat kemana- mana termasuk oleh Pelsaert yang butuh dua bulan berangkat dari Batavia dengan kapal bernama Sardam.
Di satu sisi, sekelompok orang yang berhasil menyelamatkan diri dari kekejamam Cornelisz dan kelompoknya, melaporkan semua kejadian kepada Wiebbe Hayes. Sementara kelompok Cornelisz, dengan perlengkapan senjata dan meriam yang mereka punya, mencoba merebut pulau West Wallabi dari Hayes dan kelompoknya. Tapi tentu saja kelompok yang perutnya kenyang lebih unggul.
Ketika Pelsaert tiba, kedua pihak berlomba menuju kapalnya untuk mengadukan semuanya. Berdasarkan semua cerita yang dikumpulkan kedua belah pihak, Pelsaert memutuskan mengadakan sidang pengadilan singkat. Tak mungkin juga dia membawa seluruh penumpang dan muatan ke Batavia. Cornelist dan beberapa pembantu utamanya dipotong kedua tangannya sebelum tubuhnya digantung di Pulau Seal. Ariaen Jacobz diganjar dengan diremukan badannya di Batavia, menggunakan alat hukuman paling bar-bar saat itu. Yang lain, yang dianggap lebih ringan kejahatannya, ditinggalkan di salah satu pulau dari ratusan gugusan pulau-pulau milik Australia. Puluhan tahun kemudian, ketika datang pendatang warga Inggris ke benua Australia, mereka menemukan keberadaan beberapa orang-orang aborigin yang berkulit terang. Sungguh tak lazim. Mungkinkah orang-orang Eropa yang dulunya terlantar? Atau pernah ada kapal-kapal Eropa yang juga pernah karam sebelumnya? Beberapa warga satu suku Amanggu di daratan Eropa juga ternyata memiliki DNA atau golongan darah khas Leiden.
Wiebbe Hayes adalah serdadu biasa yang kemudian beruntung karena dia diangkat menjadi perwira dan dinaikan lima kali lipat gajinya.
Saya termanggu mendengar menyerap semua story tentang Kapal Batavia yang tak jauh dari Batavia Staad Factory Outlet berada. Betapa ratusan tahun lalu, Nusantara sudah jadi tujuan ekspoitasi bangsa-bangsa Eropa. Dan yang sangat mencengangkan saya, ternyata perusahaan terkaya sepanjang sejarah manusia di dunia hingga saat ini bukanlah Microsoft, Macintosh atau Facebook. Tetapi perusahaam itu adalah VOC yang pada saat itu mencapa nominal 8 Trilyun rupiah. Bayangkan nilai uang tersebut jika dikonversikan dengan nilai uang sekarang? Sekitar seratus ribu trilyun. Entahlah jika saya salah menuliskannya.
So, hari itu saya dan anak-anak tak jadi belanja banyak. Saya memilih meminum secangkir kopi sambil membayangkan nasib nusantaraku. 350 Tahun dijajah pihak asing… dan kita bahkan tak menyadarinya, betapa kaya raya nya Nusantara kita tercinta ini. (Cikeu)