Dewan Kesenian Indramayu (DKI) gelar diskusi sastra yang bertemakan “Antara Kearifan Lokal dan Khazanah Dunia” di Gedung Kesenian Mama Soegra, Sabtu, 29 Agustus 2020. Acara yang berlangsung hingga menjelang magrib terasa dimanis, hampir semua yang hadir terlibat mengikuti acara diskusi tersebut.

Dalam acara tersebut dihadiri oleh Nana Sastrawan, Acep Syahri, Yohanta A. Nugraha, Supali Kasim dan generasi penulis berbakat muda di Indramayu. Kali ini, Dewan Kesenian Indramayu mengundang Neni Yulianti dan Shiny.ane El Poesya yang baru saja menerbitkan buku puisi berjudul ‘Kelana’ dan ‘Bidadari Masehi’. Hadir juga Faris Al Faisal selaku Ketua Komite Sastra DKI sebagai pembicara utama dalam menghantarkan diskusi dan membedah kedua buku puisi yang ditulis dari penyair-penyair Cirebon.

[iklan]

“Diskusi buku puisi hari ini yang dihadiri penyair dari Cirebon dan para penulis, penyair, sastrawan dan generasi-generasi muda sastra di Indramayu diharapkan menjadi pemantik awal terhubungnya kembali silaturahmi yang erat antara seniman Cirebon dan Indramayu yang memiliki kultur dan rumpun bahasa yang sama,” ucap Nana Sastrawan kepada mbludus.com

Nana Sastrawan pun membacakan puisi berjudul ‘Kelana’ dan ‘Bidadari Masehi’ pada acara itu, sebagai pembuka acara berlangsungnya kegiatan diskusi.

Sementara itu, Ketua Komite Sastra DKI, Faris Al Faisal, mengatakan, acara yang diselenggarakan dengan tema Antara Kearifan Lokal dan Khazanah Dunia, sangat penting didiskusikan untuk mengangkat dan menghidupkan sastra-sastra lokal suatu Daerah menjadi khazanah yang dapat dimiliki dunia.

“Hubungan lokalitas dan globalitas sejujurnya memiliki keakraban dan bahkan saling mengikat. Sebab, globalitas tetap bersumber dan diperkaya dari lokalitas Daerahnya masing-masing. Untuk itu dibutuhkan penulis-penulis yang mulai fokus menulis untuk daerahnya, tradisi daerah masing-masing,” jelasnya.

Diskusi Sastra di Indramayu

sumber foto www.suaraaktual.co

Selain itu, Faris pun berharap dengan terselenggaranya diskusi sastra yang bertemakan Antara Kearifan Lokal dan Khazanah Dunia dapat memantik semua orang berkarya tanpa batas.

Neni Yulianti, menulis puisi-puisinya bertemakan kearifan lokal di Cirebon. Puisi-puisinya dibacakan oleh tamu undangan yang hadir secara bergantian, begitu pun dengan puisi-puisi Shiny El Poesya. Neni menceritakan proses kreatif menulis puisi yang berlatarkan tradisi yang berada di Cirebon yang ternyata tidak mudah.

“Saya butuh sekitar 1 atau 2 tahun untuk menyelesaikan penelitian, mengumpulkan data, wawancara dengan budayawan Cirebon, membaca buku-buku sumber, kemudian menuliskan ulang dengan gaya puisi,” katanya.

Salah satu puisi Neni Yulianti berjudul ‘Kelana’ pun diapresiasikan oleh penari topeng dari Indramayu, pertunjukannya memukaukan yang hadir.

Silakan tonton di sini https://www.youtube.com/watch?v=yDYFKUAgwPM

Shiny.ane El Poesya, sangat mengapresiasi dengan diadakan diskusi sastra yang diselenggarakan oleh DKI (Dewan Kesenian Indramayu). Dia bercerita perjalanan kegelisahannya tentang tradisi akar, tradisi kebudayaan sendiri yang hampir tak tersentuh sampai ke akarnya.

“Cirebon dan Indramayu seharusnya tidak tersekat oleh wilayah pemerintahan dalam konteks kebudayaan, sebab daerah-daerah ini memiliki sejarah kebudayaan dan bahasa yang sama. Kedua tempat ini memiliki kekayaan intelektual yang dapat digali dan dinikmati oleh dunia global, sehingga mendapatkan tempat pada khazanah sastra dunia,” ucapnya.

Diskusi pun ditutup dengan foto bersama dan ramah tamah. (red. 30/08/2020)

Bagikan:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *