Ketika pandemik Corona belum mulai di Indonesia, saya bersama 3 orang teman sempat mengunjungi objek wisata yang terletak di daerah Padalarang ini. Guha Pawon adalah goa alami yang juga situs purbakala dimana pernah diketemukan fosil manusia purba. Terletak di Kampung Cibukur, Gunung Masigit, kecamatan Cipatat, Bandung Barat. Menuju ke sana tidaklah sulit, karena jika dari arah Bandung, arahkan kendaraan anda menuju Cianjur. Demikian pula jika dari Jakarta, bisa dua opsi rute, bisa melewati Puncak atau Tol Cikampek/Purbaleunyi. Biaya masuk untuk kendaraan roda dua Rp. 20.000,- Dewasa adalah Rp.5.000,-

Guha Pawon atau Guha Dapur. Karena Pawon dalam bahasa Sunda artinya adalah dapur. Mengapa disebut Guha Pawon, mungkin karena dalam satu ruang di guha ini ada yang mirip dapur karena ada cerobong asap yang tembus ke atas. Pun jika senja tiba, ribuan kelelawar keluar melewati lubang ini untuk mulai mencari makan. Guha ini mulai diteliti serius pada akhir tahun 90 an. Padahal pada awal tahun 1900 an, pihak Belanda sudah meneliti tempat ini dan menemukan banyak peralatan seperti anak panah, pisau, penyerut, gelang batu dan semodel batu asah yang diperkirakan dari zaman Preneolitik. Entahlah mengapa selama itu kita menunggu, di saat lahan-lahan sekitar sudah habis dibuldozer kanan kiri untuk diambil batu kapurnya oleh para pengusaha.

Ada apa saja di dalam Guha Pawon?
Jika kita menyewa jasa pemandu yang dengan tarif seikhlasnya, kita akan diantar menuju ruang-ruang dalam Guha tersebut. Ruang Hiji, Ruang Angin, Ruang Kopi, Ruang Pawon, dll. Pemandu nanti akan menjelaskan semuanya. Termasuk kapan fosil manusia Purba tersebut ditemukan beserta artefak-artefak lain semisal alat pemotong, dan perhiasan seperti gelang yang diketemukan tak jauh dari fosil yang diperkirakan sudah ada sejak dari sepuluh ribu tahun lalu, yang terlihat dalam posisi meringkuk. Sebetulnya ada 6 fosil yang berhasil ditemukan, namun hanya satu yang utuh.

[iklan]

Menggunakan masker adalah keharusan agar bau air seni kelelawar tak mengganggu indra penciuman  kita ketika asyik menyusuri lorong demi lorong di dalamnya. Kagum dengan misteri di dalamnya, karena kita seperti di bawa ke jaman pra sejarah. Membayangkan pada jaman di mana manusia masih hidup di gua-gua ketika definisi rumah tempat berlindung belum mereka temukan metode pembuatannya.

Dari sini juga kita akan bisa melihat pemandangan kota Bandung dan sekitarnya dari ketinggian. Hal lain, kita bisa melihat stalaktit dan stalagmit yang menggantung dengan indah. Sayang, pengunjung boleh memegangnya. Padahal, batu-batuan itu masih meneteskan air tanda bahwa mereka masih hidup dan sebagai pembawa oksigen, seharusnya pengunjung sadar untuk tak menyentuhnya. Untuk bisa membesar dan sepanjang itu, pasti butuh waktu ribuan tahun. Karena stalaktit hanya bisa tumbuh kurang dari 0,5 mm per tahun. Hal-hal seperti inilah yang menyesakkan dada. Karena banyak dari pengunjung yang belum sadar akan keindahan yang Tuhan berikan dan bagaimana melestarikannya. Tak rugi mengunjungi tempat ini. Kagum akan keajaiban alam semesta sekaligus juga menyayangkan, karena lagi-lagi banyak tangan jahil yang melakukan vandalisme. Betapa mereka tak mengerti bahwa itu seharusnya bukti sejarah yang jangan sampai rusak apalagi hilang.

Stone Garden
Stone Garden atau taman batu, tak jauh dari Guha Pawon. Jika anda sudah mengunjungi Guha Pawon, sayang sekali jika kita tidak sekalian mampir ke tempat ini. Dia terletak di belakang Guha Pawon, pada sebuah bukit setinggi kira-kira 60 meter jika anda mendaki dari Guha Pawon. Namun Jika anda tak ingin lelah mendaki, anda bisa memutari bukit menggunakan kendaraan. Tetapi jika anda mau mendaki? Itu akan menjadi pengalaman asyik.

Stone Garden adalah keajaiban. Batu-batu sejenis koral/terumbu karang yang bisa kita lihat di dasar laut. Bagaimana mungkin itu semua bisa berada diatas ketinggian sekitar 700Mdpl? Mengapa laut itu bisa ada di atas gunung? Konon itu dulunya danau purba. Cikal bakal tanah Sunda. Nalar manusia kini mungkin hanya bisa menerka. Namun keberadaan batu-batu Karst (lime stone) bisa kita lihat, kita raba dan kita nikmati keberadaannya. Berfoto di sana menurut saya lebih indah dari pada kita jauh-jauh pergi ke luar negeri. Hasil alam yang konon setelah jutaan tahun masih berserakan dan berdiri kokoh di sana. Sepuluh tahun yang lalu kawan saya pernah mengunjungi tempat ini dan dia masih melihat seperti bintang laut dan kulit-kulit kerang menempel pada dinding-dinding bebatuan tersebut. Namun sekarang? Sudah tak ada lagi. Mungkin banyak tangan-tangan manusia yang mencongkelnya?
Geopark Karst, Stone Garden, Sejarah Laut Purba, Masa Neolitikum hingga legenda Sangkuriang hingga kita bisa melihat situs Petilasan atau tempat meditasi secara spiritual para pangeran jaman kerajaan? Entahlah… Saya harus menuliskan apalagi?  Selain merasa bersyukur kita masih memiliki suatu tempat mengagumkan yang meski belum diakui dunia. Terserah. Namun jika kita mau sekedar berfoto di sana? Tempat ini keren.

Sebetulnya antara Guha Pawon dengan Stone Garden ini saya punya pengalaman lain yang bisa dibilang mistis . Yaitu ketika menaiki bukit di antaranya. Dari Guha Pawon menuju Stone Garden mendaki bukit yang ternyata tidak boleh bicara sembarangan. Kisah lengkap beserta ilustrasinya bisa anda nikmati di link Omacie Story. Silahkan klik di alamat ini: https://www.youtube.com/channel/UCCVP_Fzl7SS_JtlrJ15aOXg/

*Cikeu Bidadewi*

Bagikan:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *