Bergembira Ke Belgia

Catatan Perjalanan Atik Bintoro

Perjalanan kali ini ke Benua Eropa tepatnya ke Negara Belgia, di kota Brussel. Dari berbagai sumber, masyarakat Negara ini sehari hari menggunakan bahasa Belanda, Jerman maupun Perancis. Namun demikian mereka juga mengerti bahasa Inggris.

Dari Rumpin, Bogor, Jawa Barat berangkat sekitar jam 10.00, menuju bandara Soekarno Hatta.

Jam 11.45 sampai di bandara, langsung ke peron pemberangkatan Internasional di Gate 1 di Lt. 2, sambil istirahat menunggu pemberangkatan sekitar jam 18.20.  Sholat duhur sekalian jamak dengan sholat ashar. Selepas itu makan siang di Lt. 1, pilih menu cepat saji ayam goreng, nasi, sayuran ditambah soft drink. Tiga jam sebelum pemberangkatan, loket check in dibuka.

[iklan]

Paspor dan tiket pesawat diperiksa, Tas dan koper dimasukkan bagasi. HP, baterei, power bank, dan lap top dibawa sendiri masuk kabin, dilarang masuk bagasi. Tentu semuanya telah lulus dipindai oleh mesin X-ray. Tanpa banyak kesulitan, check in dilalui, dilanjutkan masuk pintu imigrasi di Gate 5 di Lantai 2.

Begitu masuk ke ruang pemberangkatan, jalur jalan antrian berliku dan dijaga ketat oleh petugas.

Di sini pun paspor dan tiket diperiksa. Botol minuman,  wajib dikosongkan.

Setelah selesai, kemudian mencari tempat duduk sambil mengisi baterei HP. Istirahat bisa benar benar leluasa, berfoto foto selfie sambil berkenalan dengan sesama penunggu keberangkatan pesawat masing masing.

Bandara Qatar

Ada kenalan baru dari Medan sedang menunggu pesawat ke Doha, Qatar, dilanjutkan ke Tunisia untuk urusan bisnis perminyakan disana.

Dia pergi berdua dari Indonesia.

Setelah mereka berangkat, HP-ku masih diisi. Sambil menunggu panggilan keberangkatan pesawat berikutnya, saya pun apdet status medsos dan komunikasi seperlunya.

“Zona 1 siap, silakan masuk pesawat” kira kira begitu informasinya, terlihat petugas bandara memberi pengumuman sambil membawa papan tulisan Zona 1, dia berjalan menghampiri calon  penumpang di ruang tunggu.

“Tenang, aku di Zona 2”. Batinku.

Tak lama kemudian dipanggil Zona 2, aku pun segera masuk ke pesawat.

Tepat jam 18.20 waktu Jakarta, pesawat bergerak dan terbang menuju Doha, Qatar, bandara transit untuk melanjutkan ke Brussel, Belgia. Minimal nanti akan menginjakkan kaki di Negara Qatar. Rencananya pesawat akan mendarat pada jam 23.26 waktu kota Doha, Qatar atau sekitar jam 03.26 dini hari waktu Jakarta. Jadi sekitar 09 Jam perjalanan naik pesawat terbang. Waktu sudah maghrib, sholat maghrib sekalian jama’ sholat Isya.

Di dalam pesawat terlihat penuh penumpang. Di depan masing masing terpampang layar monitor yang terpajang beberapa menu acara semisal informasi peta penerbangan dari Jakarta sampai Doha, Film, TV dan Dunia anak anak. Dari peta penerbangan terlihat bahwa perjalanan melalui jalur udara di atas kota Jakarta, tepian Palembang, sedikit pantai Sumatra, tepian Phuket, bablas di atas samudra India menuju Udara di atas Colombo.

Ada pun kondisi terbang terlihat di layar monitor : kecepatan terbang 914 km/jam, Tinggi terbang 11582 m, Temperatur udara di luar pesawat -54 derajat Celcius.

Setelah beberapa jam terbang, sampailah saat santap malam gratis, ada beberapa menu, aku pilih makan nasi goreng, daging ayam, poding, sayur, dan jus apel. Setelah itu saya pun menyeduh kopi hitam, roti dan coklat, tidak lupa minum air putih kemasan botol kecil.

Penerbangan terus berlangsung, dari posisi di atas Colombo, lanjut ke jalur di udara di pantai kota Kozhikode. Sampai disini berarti penerbangan sepertinya sudah menempuh lebih dari separuh perjalanan. Semakin malam rasanya, kopi yang mulai dingin karena udara AC di dalam pesawat, terasa nikmat untuk diseruput sedikit demi sedikit sambil menyusun tulisan perjalanan.

Qatar

Pesawat pun terus terbang. Dari peta penerbangan di layar monitor, terlihat kali ini pesawat sudah berada di udara di atas laut lepas yang berbentuk teluk sangat luas, terbang mendekati bandara Doha.

Kali ini saya naik pesawat Qatar Airways, kelas ekonomi. Pramugara dan pramugari ramah ramah dan murah senyum.

“Mengendus aroma makanan dan minuman serasa ke  Amerika.” Saya bilang ke pak Syair.

“Ya, kalau saya lihat wajah wajah bulenya bertanda ke Eropa.” Dia menimpali.

Pramugara dan pramugarinya ada yang berwajah Indonesia, Arab maupun Bule.

Oh ya Pak Syair ini, satu di antara teman perjalanan yang berpengalaman, pernah lama bertugas di Negara Jerman. Oh ya lagi kami berlima, lelaki dari Rumpin, Bogor : saya, pak Syair, Abian, Angga, dan Giri.

Pesawat pun masih lanjut mengudara di udara di atas lautan bebas berbentuk teluk yang sangat luas. Sedikit demi sedikit mulai mendekati udara menuju udara di atas pantai. Sementara itu satu dua penumpang ada yang bangun mendapatkan tawaran makan minum yang kedua kali, di antaranya menu cita rasa Indonesia. Karena masih kenyang, saya hanya minta air putih, sambil sesekali melihat penumpang kiri kanan, dan pramugari pramugara pun masih menawarkan makan dan minum gratis.

Di layar monitor, terlihat pesawat mendekati ke arah di atas kota Kumzar menuju Dubai, kira kira perjalanan 1,5 jam lagi pesawat mendarat di bandara kota Doha. Posisi terbang berada di ketinggian 12.192 m, kecepatan 755 km/jam, pesawat pun berada di atas pantai diantara daratan kota Tiwi dan daratan menuju arah kota Muscat. Jarak ke Doha tinggal sekitar 700 km. Pesawat pun terus terbang, dan sudah di atas lautan dekat Dubai sedang menuju Doha, sekitar 400 km lagi.Terasa malam semakin  larut, perbedaan waktu antara Jakarta dan Doha sekitar empat jam. Jakarta mendahului 04 jam dari pada Doha.

Perjalanan terbang pun sudah mendekati 9 jam. Sepanjang perjalanan tidak bertemu dini hari, semuanya malam hari. Padahal perjalanan mulai dari Jakarta jam 18.20. Lampu pesawat dinyalakan, sandaran kursi mulai ditegakkan, tatakan makanan kembali dilipat, pertanda pendaratan sudah semakin dekat. Dan pesawat pun siap siap mendarat, ketinggian tinggal sekitar 01 km.

Tepat pukul 23.30 waktu Doha : Tiga, dua, satu… mendarat.

Alhamdulillah.

Masuk bandara Doha di Negara Qatar, berfoto selfie sejenak, kemudian menuju pintu kedatangan dan dilanjut masuk kembali ke terminal transfer menuju Brussel, Belgia. Malam pun semakin larut, dan akhirnya mencari kawasan penyedia kursi panjang untuk tidur, mata sudah terasa mengantuk, perjalanan masih dilanjutkan besok hari, terbang jam 09.05 waktu bandara Doha.

Bismillakallohumma ahya  wabismika amuut. Tidur istirahat jaga stamina, bugar badan dan pikiran.

Selepas istirahat tidur di Bandara, sholat dan sarapan seperlunya. Perjalanan dilanjutkan jalan jalan melihat sekitar bandara Doha sambil belanja souvenir, ticket pun diperiksa untuk data kasir sambil bayar belanjaan.

Selanjutnya jalan menuju loket Check in. Seperti biasa paspor dan ticket diperiksa, setelah itu langsung menuju Gate C 28 gerbang penerbangan ke Brussel. Di pintu masuk lapangan udara tiket dan paspor diperiksa untuk menuju bis bandara,  mengantarkan penumpang ke Pesawat parkir.

Tepat pukul 09.05 pagi waktu Doha, pesawat lepas landas terbang ke kota Brussel, Belgia. Diperkirakan mendarat di bandara Brussel sekitar jam 14.00. Di layar monitor tampak pesawat sudah berada di udara di atas lautan menuju arah Kuwait, terus ke arah Brussel. Jarak antara Doha dan Brussel sekitar 6395 km, ketinggian terbang di atas 11000 m dengan kecepatan terbang 813 km/jam.

Setelah beberapa puluh menit terbang di udara, pramugari pun menawarkan makan minum. Saya memilih telor, kentang, buah buahan,  yogurt, jus jeruk, air putih ditambah roti dan sale strawberry.

Di monitor terlihat pesawat masih terus terbang di ketinggian 12192 m, dengan kecepatan 831 km/jam, udara di luar pesawat mencapai -52 derajat Celcius. Sedangkan di daratan terlihat padang gurun bergunung gunung batu, tandus dan panas. Beda waktu antara Doha dan Brussel sekitar dua jam. Waktu Doha 02 jam  mendahului waktu Brussel. Atau sekitar beda 06 jam dengan Jakarta. Waktu Jakarta 06 jam mendahului waktu Brussel.

Waktunya ngopi pun datang, dapat tawaran segelas kopi panas. Tak bisa disia siakan langsung seduh sembari meneruskan menyusun catatan perjalanan. Sepanjang penerbangan, dari jendela pesawat terlihat matahari terang benderang, tak tampak sore akan segera datang. Padahal perjalanan terbang sudah menempuh waktu sekitar 04 jam lebih.

Di luar pesawat serasa sinar matahari masih seperti ketika berangkat dari Doha. Itulah efek  perbedaan waktu. Makin ke arah barat serasa menjadi lebih muda beberapa jam, karena harinya terasa telat dibandingkan dengan di Jakarta, Brussel di barat telat 6 jam. Dengan kata lain waktu Jakarta mendahului 6 jam dibandingkan waktu Brussel.

Dari layar monitor, pesawat terlihat mulai memasuki ruang udara di atas dataran Erzurum terus bergerak mendekati Brussel. Posisi kota Istambul mulai tampak ditinggalkan di peta pertanda pesawat siap siap memasuki ruang udara di atas benua Eropa. Tak lama kemudian kota Bucharest pun sudah tampak di peta berarti pesawat sudah memasuki ruang udara di kawasan Benua Eropa.

Akhirnya mulai tampak di peta kota Budapest, Prague, Berlin, Hamburg, Bremen. Berarti tidak lama lagi pesawat memasuki ruang udara di atas kota Brussel yang berdekatan dengan Roterdams, Amsterdams, Luxembourg, dan Paris yang tampak agak jauh ke selatan.

Dari peta penerbangan terlihat bahwa tujuan penerbangan ke kota Brussel hampir tiba, kurang dari 45 menit penerbangan, dengan jarak sekitar 460 km lagi. Sementara itu dari luar jendela, sinar matahari masih terang benderang, dan tentu silau di mata.

Akhirnya landing di Brussel.

Tepat jam 14.00 waktu Brussel.

Alhamdulillah…

Belgia. Atik Bintoro. November 2019

Bagikan:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *